Plang Nama Penanda Area

PERNAHKAH terpikir oleh kita, mengapa kini hampir di semua tempat wisata, di pintu masuk sebuah kota/kabupaten, bahkan di lokasi tertentu terpasang plang nama berukuran raksasa? Lokasi mencolok dan mudah dijangkau pandangan, menjadi view paling dipilih untuk menempatkan plang nama tersebut.

Oleh: Rhinto Sustono

Dalam kajian arsitektur, mungkin plang nama raksasa ini merupakan hal baru silam hanya ada plang nama kantor, plang nama rumah, plang nama kompleks perumahan, plang nama jalan, dan lainnya yang dipa­sang sebagai penanda (petunjuk) umum.

Vitruvius dalam De Architectura meru­pakan sumber tertulis tertua yang hingga kini masih menjadi panutan dalam dunia arsitektur membatasi tiga unsur utama arsitektur yang baik: memilik venustas (keindahan/estetika), firmitas (kekuatan/tahan lama), dan utilitas (menyangkut fungsi/kegunaan). Apa pun hasil daya cipta arsitektur, semestinya menimbang keseim­bangan antara ketiga unsur tersebut. Pan­dangan manusia modern, arsitektur bahkan mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis.

Kemajuan dunia grafis memungkinkan plang nama raksasa yang terpampang seba­gai penanda area, bisa didesain sedemikian rupa. Bukan hanya dari faktor pewarnaan yang kian jamak, tapi juga font (bentuk huruf) yang dipilih semakin variatif.

Kemudahan mendesain berdasarkan bentuk huruf dan pilihan warna ini, mem­beri keleluasaan bagi para arsitektur dalam mendesain plang nama raksasa yang sarat nilai artistik. Bukan hanya itu, pemilihan dan penempatan yang tidak statis simetris, juga menjadi nilai tambah untuk mengapli­kasikan keindahan sebuah lokasi.

Tak perlu jauh-jauh untuk bisa menge­nali adanya plang nama berukuran besar. Di inti Kota Medan pun sudah ada di beberapa lokasi. Misalnya di Lapangan Merdeka, juga plang nama yang menyam­but siapa pun yang baru datang setelah memasuki gerbang Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU).

Bergeser sedikit menuju luar kota, di dekat gerbang Tol Belmera, juga ada plang nama Tanjung Morawa dan satu lagi persis di dekat Jembatan Sungai Blumai yang lang­sung berlatar belakang sebuah pesa­wat. Plang nama raksasa juga menyambut kita dari dan menuju Bandara Internasional Kualanamu.

Di Serdang Bedagai, plang nama rak­sasa Perbaungan dan Sei Rampah juga paling mudah dilihat saat melintas kedua kota itu.

Kecuali pemilihan material bahan yang memang tahan lama, jelas plang nama uku­ran raksasa di sejumlah lokasi juga menyajikan fungsi utama untuk mudah dibaca, sebagai penanda area, bahkan se­cara psikologis menawarkan ‘rasa’ lokal dan suguhan kenangan.

Keindahan alam sekitar kawasan Danau Toba yang menjadi destinasi unggulan, juga tidak luput dari keharusan menempat­kan plang nama raksasa. Selain fungsi utamanya, kegemaran masyarakat berse­lan­car di dunia maya, khususnya media sosial, memanfaatkan plang nama tersebut sebagai latar spot foto.

Seantero Nusantara

Bukan menjadi endemik suatu daerah, kini plang nama raksasa itu ibarat virus yang menyebar di seantero nusantara. Di area yang luas langsung menghadap pantai, plang nama Pantai Losari terpampang dido­minasi putih. 

Salah satu pantai terindah di timur Indonesia di pesisir Pulau Sulawesi,  Pantai Losari menjadi andalan wisata Makasar. Menjadi hal wajib, saat liburan ke Pantai Losari, plang namanya dijadikan latar foto sambil menikmati angin pantai dan sunset yang indah.

Pantai Padang, Sumatera Barat juga menjanjikan panorama indah. Sudah pasti, tagline Padang-IORA (Indian Ocean Rim Association/Asosiasi Negara-Negara di Kawasan Samudra Hindia saat ini Kota Padang menjadi gerbang IORA.  Di ger­bang IORA inilah ada penunjuk arah 21 negara peserta asosiasi tersebut.

Sebagai bagian dari cabang arsitektur tata ruang, keberadaan ruang terbuka hijau juga tidak luput ditandai dengan plang nama raksasa. Stadion Baharuddin Siregar juga mudah dikenali dengan adanya plang nama yang berada persis di depan hutan kota, bersebelahan dengan kantor Bupati Deli Serdang.

Begitu halnya dengan plang nama yang terpasang di Alun-alun Malang, di depan Gedung Sate Bandung, di Pantai Parang Tritis, di Pantai Seminyak Bali, bahkan sebagai penanda di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana Bali.

()

Baca Juga

Rekomendasi