Oleh: Suadi. Racun merkuri menjelma menjadi horror menakutkan bagi lingkungan dan makhluk hidup. Merkuri atau air raksa berasal dari aktivitas rakus manusia berupa menambang emas, batubara, aktivitas industri, penggunaan minyak bumi serta penggunaan produk berbahan merkuri.
Uap dari merkuri sendiri mampu menembus botol plastik dan gelas serta menyebar lewat udara berwujud uap tanpa bau dan rasa. Celakanya, limbah merkuri sangat berbahaya dapat memicu penyakit ginjal, mutasi gen, cacat, kerusakan hati, kerusakan kulit, kanker, hepatitis dan kematian.
Dalam kehidupan sehari-hari, merkuri ditemukan pada komponen baterai, bahan kosmetik (khususnya pemutih kulit), bahan pengisi termometer dan antiseptik. Penggunaan merkuri terus-menerus mengancam kesehatan pemakainya. Terlebih penggunaan merkuri secara berlebihan produk kosmetik dan penggunaan merkuri di lokasi tambang yang tidak hanya berbahaya bagi satu dua orang, tetapi merusak ekosistem dan seluruh makhluk hidup sekitarnya.
Dampak mengerikan limbah merkuri mulai terlihat fatal di lokasi tambang emas di 197 kota dan kabupaten di 32 provinsi tanah air. Contohnya di Maluku tepatnya Desa Debowae di mana para petani menderita gagal panen dan ditemukan 100 sapi mati diduga akibat air dan lingkungan sekitar tercemar limbah merkuri sisa tambang emas. Indonesia termasuk negara dengan tingkat pencemaran merkuri sudah meluas dan terlanjur mencemari air, udara dan tanah.
Hal tersebut mendorong Indonesia ikut meratifikasi Konvensi Minimata di Jepang pada 13 September 2016 yang digagas sejak Oktober 2013 oleh 1.000 delegasi dari 140 negara di dunia. Gagasan tersebut berangkat dari tragedi mengerikan pencemaran merkuri yang menyebabkan kerusakan sistem saraf ribuan orang di Minimata, Jepang.
Namun, hanya 128 negara yang meratifikasi, termasuk Indonesia. Konvensi Minimata memuat perjanjian larangan produksi, ekspor dan impor produk-produk mengandung merkuri berbahaya yang mulai efektif berlaku tahun 2020.
Merkuri di Kulit
Tanpa sadar, merkuri juga menempel di kulit. Terutama dioleskan dari produk-produk kosmetik dan kecantikan seperti krim pemutih kulit, pembersih wajah, sabun, rias mata, perawatan kulit hingga pembersih kuku. Motivasi tinggi bisa tampil cantik, kulit putih, cerah, bersih dan cemerlang, membuat siapapun terutama kaum hawa tidak memperdulikan efek samping bahaya merkuri yang terkandung dalam produk kosmetik dan pemutih kulit yang dipakai.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI sendiri telah merilis daftar 43 produk kosmetik berbahaya mengandung bahan merkuri, asam retinoat, hidrokinon dan pewarna terlarang. Bahan merkuri memicu kanker dan cacat janin, asam retinoat menyebabkan kulit mengelupas, hidrokinon menyebabkan kulit iritas dan penyebab ochronosis (kulit kehitaman) yang permanen tidak bisa dipulihkan dan bahan pewarna terlarang pewarna merah K3 dan merah K10 menyebabkan kanker (femaledaily.com, 2016).
Dapat dikatakan, merkuri sudah menyebar di mana-mana. Tidak hanya di lokasi tambang, tetapi juga di lingkungan masyarakat yang jauh dari lokasi tambang. Merkuri sudah bercokol di rumah, kamar tidur, meja rias, kamar mandi bahkan tas dalam bentuk produk kesehatan dan produk kosmetik. Minimnya informasi bahaya merkuri, motivasi menggebu-gebu ingin wajah cerah dan kulit putih secara instan, maka penggunaan merkuri tidak terelakkan.
Di sinilah bencana merkuri bermula kian mengganas. Bahaya merkuri versus tren tampil memukau dengan kulit cerah dan wajah bersih.
Kesehatan Nomor Satu
Kebanyakan orang anggap sepele terhadap kesehatan. Apalagi setelah menggunakan produk kosmetik tertentu berbahan merkuri, tetapi tidak timbul gejala-gejala efek samping merkuri dan tetap merasa sehat wal afiat saja. Otomatis ia akan bersemangat menjadi aktor testimoni menularkan penggunaan produk-produk kosmetik berbahan merkuri ke teman-teman, kolega, rekan kerja, bahkan keluarga terdekat. Ia ngotot menyajikan riwayat pribadi penggunanaan kosmetik berbahan merkuri tanpa adanya efek samping yang dirasakan. Ia lupa, efek samping merkuri tidak muncul tiba-tiba, tapi terkadang muncul belakangan. Butuh waktu panjang.
Jangan sampai bila sudah terlanjur kejadian efek bahaya merkuri, baru menyesal seumur hidup. Jelas sudah terlambat.
Indonesia terletak di wilayah geografis beriklim tropis dengan cuaca panas dan warna kulit penduduknya rata-rata coklat, kuning langsat dan beberapa yang beraktivitas di bahwa terik matahari secara langsung punya kulit coklat kehitaman. Orang Eropa melihat kulit orang Indonesia eksotis dan demi menirunya mereka rela berjemur berjam-jam di pantai yang panas.
Ironisnya, orang Indonesia malah ingin punya kulit seperti orang Eropa yang putih itu. Segala usaha dikebut. Pakai baju lengan panjang, pakai topi ke mana-mana, berdiam diri di rumah di siang hari, menghindari paparan langsung sinar matahari dan yang ekstrem adalah membeli produk-produk kosmetik yang secara instan bisa mengubah kulit jadi tampak bersih, cerah dan putih. Celakanya, sebagian orang tidak perduli apakah produknya aman atau tidak. Mengandung bahan aman atau mengandung merkuri dan bahan berbahaya.
Rata-rata, produk-produk kosmetik yang sehat tanpa bahan berbahaya seperti merkuri berlabel harga mahal. Kantong tidak sanggup membelinya. Terutama bagi kalangan remaja, mahasiswa, dan ibu-ibu rumah tangga dari kalangan ekonomi ke bawah. Maka, kehadiran produk kosmetik berbahan merkuri dengan harga murah meriah acapkali membuat silap mata dan tergoda.
Keinginan tampil putih, bersih, dan berkilau wajar-wajar saja. Tetapi tidak harus mengorbankan kesehatan. Kesehatan tetap nomor satu. Banyak artis-artis top dan public figure berkulit hitam yang terbukti bisa tampil cantik memukau dunia tanpa harus pakai pemutih seperti Beyonce, Zoe Saldana, Michelle Obama. Bahkan, gadis berkulit hitam legam berasal dari Senegal, Afrika bernama Lolita membuat dunia terpukau, ribuan netizen menggelarinya Black Barbie.
Jadi, jangan gara-gara ingin kulit putih cerah tapi mengorbankan kesehatan dengan menggunakan produk berbahan merkuri. Standar kecantikan bukanlah punya kulit putih semata. Tetapi juga punya akhlak, sopan santun, prestasi, kepiawaian memadukan warna pakaian serasi dengan kulit dan menggunakan style busana yang mendukung kulit yang dimiliki. Nama-nama beken di atas menjadi bukti bahwa kulit hitam tidak jadi penghalang tampil cantik, memukau dan membuat dunia terpesona.
Kesimpulannya, mari jauhi merkuri. BPOM RI sudah merilis daftar produk mengandung merkuri. Mari menjaga kesehatan dan ekosistem lingkungan sekitar dari bahaya merkuri.
(Penulis adalah alumnus S1 UMSU & S2 UNNES )