Minyeuk Pret, Parfum Hasil Alam Aceh

Oleh: Reza Fahlevi.

Memiliki tanah yang su­bur, Aceh dikenal sebagai daerah penghasil aneka tumbuhan ter­baik dunia. Seperti kopi Gayo (je­nis arabika), nilam serta se­jum­lah tanaman rempah-rempah lainnya, yang diincar negara luar sejak dulu.

Tumbuh-tumbuhan tersebut diolah menjadi beragam produk yang memiliki nilai jual sangat tinggi. Salah satunya nilam, yang manfaatnya selain bisa diramu untuk obat-obatan untuk menu­runkan berat badan dan menurun­kan tekanan darah hingga koles­trol, juga aroma wewangian (par­fum).

Seperti yang dilakukan sejum­lah anak muda di Aceh ini, mi­nyak nilam diolah menjadi par­fum yang  memiliki aroma ciri khas daerah sendiri. Merek par­fum yang diproduksi pun diberi nama khas Aceh, yakni minyeuk pret.

Minyeuk pret, merupakan bahasa Aceh, yang artinya par­fum. Sebutan minyeuk pret bagi kalangan orangtua di Aceh sudah tidak asing lagi di telinga. “Mi­nyeuk pret itu kan bahasa jaman da­hulu, masa indatu. Jadi, kita mau mengangkat budaya dan se­jarah nenek moyang dari brand­nya. Itu asal mula namanya,” kata Direktur Marketing Minyeuk Pret, Teuku Muda kepada Ana­lisa pekan lalu.

Teuku Muda bersama empat te­mannya, merintis produk par­fum asli Aceh itu bermula dari ra­sa keingintahuan mereka terha­dap tujuan utusan salah satu per­usahaan Perancis datang ke Aceh Barat melakukan pelatihan terha­dap petani nilam sekitar tiga tahun lalu.

“Kami berlima ketika itu se­dang ngopi-ngopi di warung dan mendapat info ada perusahaan Perancis datang untuk menggelar pelatihan terhadap petani nilam di Aceh Barat. Saat itu, kita ter­tanya-tanya, untuk apa mere­ka memberdayakan petani ni­lam,” ujar Teuku Muda.

Ternyata, katanya, berbagai negara memanfaatkan minyak ni­lam tersebut untuk industri par­fum dunia dan hal itu sudah ber­jalan ratusan tahun lalu, karena tingkat aromanya terbaik di dunia.

“Jadi, kami anak muda di Aceh merasa terkejut. Kok bahan bakunya di Aceh dipakai di luar, sedang kita tidak tahu apa-apa. Karena itu, kami berlima berini­siatif membuat produk parfum lo­kal dengan nama minyeuk pret,” jelasnya.

Menurut Teuku Muda, bahan utama yang menjadi pengikat aro­ma terbaik adalah minyak ni­lam. Di Indonesia pun yang men­jadi bahan utama pengolahan par­fum adalah minyak nilam, karena kualitasnya lebih bagus dari yang lain. “Semuanya kita memakai mi­nyak nilam, itu tidak bisa disintetiskan. Karena itu, kita sa­ngat menginginkan tumbuh in­dus­tri parfum di Aceh,” tegasnya.

Setelah dirintis, minyeuk pret pun mulai muncul di pasaran 1 April 2015 lalu. Di bulan pertama langsung menjadi daya tarik penyuka parfum. Kala itu, seba­nyak 1.500 picis atau botol mi­nyeuk pret laku terjual. “Jadi, kita promosinya melalui media sosial (medsos) bekerjasama dengan teman-teman. Al­hamdulillah, langsung jadi viral dan laku keras” kisahnya.

Tiga jenis

Ada tiga jenis varian parfum yang mereka keluarkan, yakni aroma kopi, seulanga dan meulu. Aroma dari ketiga produk legen­daris itu, merupakan tumbuhan ciri khas di Aceh. Bahannya hasil kola­borasi minyak nilam dan eta­nol, dengan cara diambil eks­traknya.

Namun, penjualan di bulan be­rikutnya tidak seberutung setelah launching parfum khas Aceh itu. Penurunan sempat terjadi karena dipengaruhi terbatasnya pro­duksi. Akibatnya, hasil penjualan me­reka saat itu hanya bisa me­nu­tupi orderan gratis dari bulan per­tama. Tahun selanjutnya juga mula-mula menurun. Tetapi, seka­­ra­ng Alhamdulillah sudah lumayan.

Minyeuk pret dijadikan par­fum di Jalan Wedana Lam Ara-Keuta­pang Dua, Kecamatan Banda Raya, Banda Aceh itu, saat ini sudah memiliki reseller seki­tar 400 titik di seluruh Indonesia. Reseller yang paling jauh adalah di Maluku.

Adapun harga parfum produk legendaris (kopi, meulu dan seu­langa) itu masing-masing dijual Rp110 ribu/picis. Sedang varian premium yang baru sekitar tiga bulan lalu diproduksi, yakni aroma sanger espresso dan jeum­pa, harganya Rp330 ribu/picis.

“Varian premium ini, baru tiga bulan diproduksi. Meski belum dipromosikan secara terbuka, na­mun permintaan dari kon­sumen sudah lumayan banyak. Rata-rata parfum premium itu peminatnya adalah masyarakat menengah ke atas, seperti Ka­polda, wakil gu­bernur dan wali­kota,” tandasnya.

()

Baca Juga

Rekomendasi