Menyikapi Tragedi KM Sinar Bangun

Oleh: Dr. Haposan Siallagan, SH, MH

Sebagai putera asli Huta Siallagan di pinggiran kawasan danau Toba saya sangat prihatin denganperistiwa tenggelamnya KM Sinar Bangun dari Simanindo ke Tigaras salah satu kapal penum­pang yang telah memakankan korban jiwa. Saya dari lubuk hati yang paling dalam yang saat ini jadi anak rantau putra asli Samosir mengucapkan turut berduka bagi keluarga korban jiwa dan semoga yang masih dalam proses pencarian bisa selamat. Itu adalah harapan kita bersama dari peristiwa yang mungkin naas, kelalaian, dan unsur lainnya.

Ini adalah peristiwa yang sangat menye­dihkan yang seharusnya tidak terjadi jika sedari awal semua stakeholder memahami prinsip keselamatan adalah hal yang paling utama, tata kelola trans­portasi yang baik, dan sistem pengamanan keselamatan penumpang di danau, dan penggunaan teknologi untuk sistem infor­masi kecela­kaan yang mapan. Apalagi saat ini kema­juan IT yang sangat pesat bisa menun­jang pengamanan cepat. Arti­nya, hendaknya ada lembaga yang terus melakukan pantauan terhadap kesela­matan para penumpang agar suatu waktu mengalami gangguang maka balai ban­tuan bisa cepat datang untuk melakukan pertolongan.

Apa lacur semuanya telah terjadi. Penyesalan tidak akan berguna. Yang bisa kita lakukan melakukan evaluasi bagaimana agar hal yang sama jangan sampai terjadi. Kejadian ini hendaknya yang terakhir kalinya terjadi dan jangan sampai terulang kembali.

Setiap pelajaran ada hikmahnya, apa pelajaran yang bisa kita petik dari tragedi ini sehingga agar hal yang sama jangan sampai terjadi kembali? Pertanyaan ini harus kita jawab bersama, dijawab oleh peme­rin­tah, dijawab oleh pengusaha kapal, dijawab oleh masyarakat sebagai penumpang, dijawab dan semua unsur lainnya. Artinya, mari mengambil tang­gung jawab bersama atas pertitiwa ini agar hal yang sama jangan sampai terjadi.

Saat ini kita asik dan sangat gencar mempromosikan Danau Toba sebagais alah satu wisata destinasi kelas dunia. Apa jadinya jika kondisi ini sudah jadi viral global. Betapa mahal cost yang harus kita bayar bahwa dunia saat ini menyak­sikan kejadian ini. Tidak terlalu sulit untuk mengetahui kejadian ini karena akses informasi angat cepat. Artinya, dunia pun tahu peristiwa ini terlepas bagaimana mereka menyikapinya.

Kita hanya bisa meyakinkan mereka bahwa ini adalah human error dan kita hanya berharap mereka percaya. Tetapi harapan itu belum tentu mulus karena ka­rakter kita sudah mereka ketahui dima­na kita sangat minim dalam hal kesela­matan kerja, kesela­matan bertrans­portasi dan keselamatan lainnya.

Di negara yang sudah maju, khususnya negara-negara Eropa keselamatan kerja, keselamatan penumpang selalu perioritas, maka UU yang mengaturnya sangat jelas. Tidak seperti kita yang main tanpa aturan, yang penting untung dan ada kesempatan mainkan, hantam kromo pun jadi. Para­digma berpikir seperti inilah yang perlu kita buang jauh. Mindtset harus kita ubah. Ini jaman makin beradab. Se­mua pen­duduk dunia mendorong kesela­matan ada­lah sesuatu yang tidak bisa ditawar tawar. Baik dalam pekerjaan, pener­ba­ngan, transportasi darat, dan juga trans­portasi lau.a rtinya, bagi mereka profit adalah nomor dua, yang jadi skala perio­ritas adalah bagaimana agar semua pe­num­pang selamat dan mendapatkan ke­puasan.

Jika kita lihat penumpang dari KM Sinar Bangun yang kita himpun dari berbagai media, baik cetak dan elektronik, hampir penumpang,mencapai 200 orang lebih, belum lagi jumlah sepeda motor yang ada didalamnya. Logikanya, dengan kapal yang tidak teralu besar dan cuaca yang tidak bagus, apakah memang bisa kapal bisa mengangkut jumlah penum­pang seperti ini belum lagi jumlah sepeda motor yang jumlahnya juga sangat ba­nyak? Apakah tidak ada pengawasan yang ketat dari pemerintah? Mengapa begitu gampangnya para kapal mengang­kut sewa tanpa ada pengawasan yang ketat. Kita tidak usah lagi mencari –cari siapa yang salah. Hanya saja ini harus jadi bahan evaluasi agar hal yang sama jangan sampai terjadi kedepan.

Kita sangat mengharap, baik Pemda yang ada di sekitar pinggiran danau Toba, Komit Nasional Keselamatan Transpor­tasi (KNKT) untuk bisa melaku­kan evaluasi dan investasi. Dengan demikian, apa yang jadi akar masalalah bisa ditemukan. Kita jangan menduga-duga. Tetapi kita tunggu keputusan dan analisis resmi dari pemerintah mengapa bisa terjadi kejadian ini. Dengan demikian hal yang sama jangan sampai terjadi lagi.

Hanya saja ada beberapa harapan kita bersama, yaitu: kapal –kapal yang beroperasi di sekitar Danau Toba haruslah layak uji dan ada yang melakukan monitoring secara berkala. Jangan ketika musim liburan misalnya, keselamatan tidak lagi dipedulikan. Untuk itu harus ada pengawasan yang ketat terhadap semua kapal apakah layak uji atau tidak. Ini harus jadi tugas utama peemrintah.

Kedua, Sistem informasi kecelakaan dengan menggunakan teknologi harus dipercepat untuk melakukan antisipasi dinia. Dengan demikian jika ada kejadian maka dengan cepat tim penye­lamatan, apakah BASARNAS atau yang lain bisa bergerak lebih dini. Untuk itu, tidak ada alasan mengatakan sistem ini tidak bisa dibangun di tengah kemajuan jaman yang semakin canggih karena ini menyangkut masa depan Danau Toba yang ingin kita jadikan wisata tingkat dunia.

Ketiga, kesadaran dan kearifan para penumpang juga sangat dibutuhkan. Jika sudah tahu over kapasitas hendakanya masyarakat bijak dengan menanyakan apakah sistemnya memang seperti ini.

Dengan demikian hal –hal seperti ini tidak ditemukan lagi kedepan. Kita sangat mendukung reaksi cepat para tim penye­lamat. Semoga apa yang mereka kerjakan bisa membuahkan hasil dan bagi yang belum ditemukan kita harapkan bisa selamat dengan baik.

Penutup

Kita sangat prihatin dengan kejadian ini. Semoga hal yang sama jangan terulang kembali. Mencari siapa yang salah bukan yang tepat saat ini. Kita tung­gu kesimpulan dari pihak yang berwenang. Hanya saja yang perlu kita tanamkan dalam diri kita semua (masya­rakat, swasta, dan pemerintah) harus mem­budayakan budaya keselamatan kerja.

Keselamatan penumpang adalah hal yang utama. Keuntu­ngan adalah nomor dua. Jika keselamatan dan kenyamanan penumpamng telah kita dahulukan, ingat untuk itu datang sendiri dan mengalir seperti air. Hanya saja, apakah tragedi ini bisa meng­ingatkan dan kita untuk kembali dan hijar kepada budaya keselamatan penumpang di kawasan Danau Toba. Para penguisaha kapal harus sadar betul keselamatan penumpang ini, disamping itu pemerintah harus melakukan penga­wasan yang ketat agar hal yang sama ja­ngan sampai terjadi. Sekali turut berduka cita dan turut prihatin atas ke­jadian ini. Semoga ini yang terakhir kali tatkala kita menginginkan Danau Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia.

Penulis adalah: WR I Universtas HKBP Nommensen dan Putra Asli Samosir dan lahir di Huta Siallagan

()

Baca Juga

Rekomendasi