Nilai Kearifan Lokal di Danau Toba

Oleh: Fatimahhakki Salsabela M, S.Psi. Kapal Motor (KM) Sinar Bangun teng­gelam diperairan Danau Toba, Senin 18 Juni 2018 lalu sekitar pukul 17.30 wib. Banyak cerita muncul sebelum peristiwa terjadi yang viral di linimasa media sosial. Benar atau tidak cerita-cerita itu terpulang kepada kita masing-masing menyikapinya. Na­mun, cerita-cerita itu memiliki hubungan den­gan legenda Danau Toba.

Faktanya, KM Sinar Bangun berlayar dari Pelabuhan Si­manindo Kabupaten Samosir ke Pelabuhan Tigaras Kabupa­ten Simalungun. Beritanya membawa se­kitar 200 orang penum­pang dan puluhan unit sepeda motor. Informasi ini dari korban yang selamat yakni Riko Sahpu­tra yang katanya sebelum KM Sinar Ba­ngun terbalik atau tenggelam, kapal ter­lebih dahulu oleng tiga kali ke kanan. Kemudian katanya ombak atau gelom­bang permukaan air Danau Toba kala itu sa­ngat tinggi. Riko berhasil selamat de­ngan memegang helm sebagai pelam­pung.

Sebelumnya, Minggu 17 Juni 2018 sekitar pukul 16.30 Wib seorang peman­cing di Desa Paropo, Tao Silalahi menda­pat­kan ikan mas seberat 14 Kg. Hasil pan­cingan itu muncul di linimasa media sosial dan viral. Warga sekitar heboh se­bab ukuran ikan mas tidak seperti yang biasa. Kabarnya warga meminta agar ikan mas yang besar itu dilepaskan kem­bali ke perairan Danau Toba tetapi pe­man­cing tidak mengindahkan saran war­ga itu.

Sehari kemudian cuaca buruk terjadi di perairan Danau Toba, gelombang air da­nau mencapai tiga meter dengan ke­te­­balan gelombang dua meter terjadi pada petang itu ketika musibah KM Si­nar Bangun tenggelam. Apa hubu­ngan­nya ikan mas berukuran besar yang ter­pan­cing pemancing di Danau Toba itu dengan gelombang tinggi permukaan air Da­nau Toba?. Kalau gelombang tinggi dan cuaca buruk ada hu­bungan­nya de­ngan pelayaran kapal maka baiknya ke­tika gelombang tinggi dan cuaca buruk ka­pal tidak melakukan pelayaran.

Cerita legenda Danau Toba memang menceritakan tentang ikan mas. Legenda Danau Toba tentang sang penjaga Danau Toba, Sitolu Sadalanan yaitu Sibiding Laut, Siboru Pareme dan Namboru Naiambaton. Semua itu adalah legenda. Namanya juga legenda. Sah sah saja. Orang boleh percaya atau boleh tidak percaya, semua kembali kepada pribadi masing-masing.

Legenda adalah legenda, tetap legen­da. Namun, legenda itu memberikan ni­lai-nilai kearifan lokal yang telah mem­bu­daya sejak dahulu. Legenda itu men­jadi budaya kearifan lokal yang se­sung­guh­nya menjadi khasanah nilai-nilai lu­hur masyarakat.

Nilai Nilai Kearifan Budaya Lokal

Banyak cerita muncul sebelum peris­ti­wa terjadi viral di linimasa media sosial yang secara faktual sulit dibuktikan. Na­mun, cerita-cerita itu memiliki hubungan de­ngan legenda Danau Toba maka perlu di­cermati. Artinya, dalam cerita legenda Danau Toba itu ada nilai-nilai kearifan lokal. Untuk itu, secara psikologi, secara kejiwaan memengaruhi jiwa manusia ter­­hadap legenda yang ada. Hal itu di­se­babkan ada­nya nilai-nilai kearifan lokal dalam legenda yang dapat mem­beri se­ma­ngat kepada manusia untuk ber­­buat atau melakukan yang terbaik dan tidak melakukan hal hal yang buruk.

Fenomena yang ada pada legenda sesungguhnya tidak punya hubungan langsung dengan peristiwa tenggelam­nya KM Sinar Bangun. Hal itu karena teng­gelamnya sebuah kapal motor sudah pasti disebabkan masalah teknis maka masalah teknis harus diselesaikan secara tek­nis pula. Namun, dalam masalah tek­nis ada masalah non-teknis yakni meng­ikuti proses masalah teknis.

Masalah teknis solusinya berhubu­ngan dengan Standart Operating Procedure (SOP) yang harus dipatuhi semua pihak agar tidak terjadi masalah teknis. Dalam mewujudkan pelaksa­naan pena­nga­nan masalah teknik berperan nilai-nilai kearifan lokal yang ada pada satu dae­rah, pada satu masyarakat. Hal itu ka­rena yang mewujudkan pelaksanaan pe­na­nganan masa­lah teknis adalah manu­sia. Artinya, melakukan SOP itu adalah ma­nusia.

Sederhananya ketika kita berada di alam maka ada aturan-aturan yang me­nga­tur agar alam itu bersahabat dengan kita. Begitu juga ketika kita sedang me­lakukan perjalanan, ada aturan yang ha­rus dilakukan, tidak bisa sesuka hati. Atu­ran-aturan itu berawal dari kearifan lokal pada satu daerah atau pada satu ma­syarakat. Kearifan lokal akan bersi­ner­gi dengan SOP perjalanan. Misalnya, ketika mengendarai mobil maka jangan banyak berbicara, apa lagi bercanda. Secara SOP mobil tidak ada akan tetapi berbicara, bercanda ketika mengendarai mobil tetap bisa mengganggu konsen­trasi pengemudi dan bisa menyebabkan ke­celakaan.

Nilai-nilai kearifan lokal satu daerah, satu masyarakat mem­berikan dorongan kepada hal-hal yang baik. Cerita le­genda Da­nau Toba yang ramai di media massa dan viral di media online karena dinilai kon­troversi. Penulis menilai cerita le­genda Danau Toba itu memiliki nilai-ni­lai kearifan lokal sebagai pendukung pro­ses terwujudnya SOP pelayaran KM di perairan Danau Toba.

Implementasi Zaman Now

Era kini atau zaman kini disebut de­ngan zaman now me­rupakan proses ke­berlanjutan dari zaman sebelumnya. Un­tuk itu, nilai-nilai kearifan lokal secara psi­kologi memberikan semangat kepada manusia untuk terus berbuat yang ter­baik, tidak melakukan hal-hal yang bu­ruk.

Cerita legenda Danau Toba tentang sang penjaga Danau Toba, Sitolu Sada­lan­an yaitu Sibiding Laut, Siboru Pareme dan Namboru Naiambaton dinilai akan marah bila manusia yang berada di se­kitar Danau Toba melakukan hal-hal yang buruk. Tidak boleh sesuka hati ke­tika melakukan pelayaran di perairan Da­nau Toba seperti mabuk-mabukan, ber­joget ria dan lainnya. Ketika mau me­lakukan pelayaran harus berdoa, memin­ta keselamatan kepada Tuhan, tidak me­rusak alam, men­cemari air Danau Toba dan lainnya.

Nilai-nilai yang ada dalam kearifan lokal yang telah membudaya itu sangat baik dilakukan dan semua nilai-nilai ke­arifan lokal itu sejalan dengan pelak­sa­naan SOP pelayaran. Mencermati kete­ra­ngan seorang ibu korban tenggelamnya KM Sinar Bangun yang selamat dita­yang­kan di Metro-TV menga­ta­kan banyak orang di kapal itu mabuk karena me­minum mi­numan yang memabukkan, ber­joget ria dengan musik keras, tidak pe­duli dengan cuaca buruk. Padahal da­lam kearifan lokal ketika cuaca buruk me­lakukan perjalanan sebaiknya berdoa, ber­hati-hati, konsentrasi agar tidak ter­jadi kecelakaan. Ibu yang selama itu se­dih sebab kehilangan suami dan anak-anak­nya. Dirinya pasrah ketika kapal itu teng­gelam dan dalam kepasrah­an ibu itu ternyata dirinya selamat.

Nilai-nilai kearifan lokal yang ada di Danau Toba sebaiknya dilakukan ketika berada di kawasan Danau Toba sebab memi­­liki nilai-nilai yang baik. Sesung­guh­nya legenda itu bisa merupakan sebuah aturan yang diwariskan dari para nenek moyang yang dahulu mereka lak­sanakan, mengakar dan mem­budaya dalam kehidupan mereka. Nilai-nilai kearifan lokal itu sesungguhnya terus aktual pada zaman now ini.

Misalnya, legenda Danau Toba ten­tang sang penjaga Danau Toba, Sitolu Sa­dalanan yaitu Sibiding Laut, Siboru Pa­reme dan Namboru Naiambaton akan marah bila manusia yang berada di se­kitar Danau Toba membuang sampah ke da­nau. Hal itu sangat tepat karena de­ngan membuang sampah/limbah ke da­nau akan mencemari danau dan mem­ba­hayakan kehi­dupan manusia. Banyak lagi nilai-nilai kearifan lokal yang ada da­lam legenda Danau Toba yang sangat baik dipatuhi karena memberikan kese­la­mat­an dan kesehatan bagi manusia yang berada di kawasan danau. Boleh jadi bahasanya saja yang berbeda dengan ba­hasa sekarang ini akan tetapi mak­na­nya sama. ***

Penulis adalah alumni Fakultas Psikologi Universitas Medan Area, pemerhati masalah psikologi masyarakat

()

Baca Juga

Rekomendasi