Meneladani Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin

Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya.” Artinya setiap seorang mus­lim adalah pemimpin. Akan tetapi tidak semua orang bisa menjadi pemimpin sejati. Untuk itulah kita perlu keteladana dari para pemimpin terpilih. Di antaranya adalah empat sahabat Nabi Muhammad yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Mereka inilah yang kemudian disebut sebagai Khulafaur Rasyidin atai para pemimpin cerdas yang mendapatkan bimbi­ngan dari Tuhan. merekalah generasi emas dari sahabat Nabi (hal v).

Abu Bakar adalah khalifah yang mengo­kohkan pondasi negara. Sebagai mana kita keta­hui, Abu Bakar termasuk orang yang perta­ma masuk Islam. Ketika tidak ada yang mem­percayai risalah Nabi, Abu Bakar dengan penuh keyaki­nan be­rada di barisan Nabi. Dia juga orang pertama yang membe­narkan peris­tiwa Isra Mikraj. Oleh sebab itu Abu Bakar ke­mu­dian mendapat gelar ash-Shidiq yang artinya benar atau orang yang mem­benarkan. Dia juga rela berko­ban nyawa dan mengin­fakkan harta bendanya untuk dakwah Islam.

Setelah Nabi Muhammad Saw meninggal dunia orang-orang menjadi bingung siapa yang akan menjadi penggantinya sebagai pemimpin. Kebingungan yang terjadi ini hampir memecah belah umat Islam. Kaum Anshar yang merasa telah banyak membantu perjuangan Islam, merasa lebih pantas dipilih sebagai pemimpin. Ada pula yang berpendapat bahwa kaum Muhajirin, lebih berhak menggantikan Nabi, karena mereka merupakan orang yang pertama kali menerima Islam. Beruntung ada Abu Bakar yang mencoba melerai perdebatan itu. Dia mengingatkan supaya orang-orang lebih mementingkan keimanan kepada Allah dan jangan memperebutkan kekuasaan.

Abu Bakar berpendapat, lebih baik antara kaum Anshat dan kaum Muhajirin saling bekerja sama dalam pemerintahan karena sama-sama orang muslim (hal 17). Melihat sikap arif Abu Bakar, akhirnya masyarakat memilih Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Dalam masa ke­pemimpinannya Abu Bakar berusaha mene­ruskan apa yang sudah dimulai Rasulullah. Misalnya adalam mengirim Usamah, yang berhasil memukul mundur pasukan Romawi dan membeaskan wilayah-wilayah yang dikuasai.

Abu Bakar juga berperan banyak dalam menumpas nabi-nabi palsu, dia juga harus menghadapi orang-orang murtad dan pem­bang­kang zakat. Abu Bakar juga berjasa membebaskan Irak dari Persia dan melepaskan Syam dari Romawi. Tidak ketinggalan dia juga menyelamatkan mushaf Al-Quran dari kemusnahan. Dan sebagai bukti kekuatan ekonomi, dia mendirikan Baitul Mal sebagai lembaga keuangan negara.

Umar bin Khattab dialah khalifah yang me­naklukkan dunia. Dia memimpin dengan penuh cinta kasih. Umar berhasil menaklukkan dua kerajaan adidaya dunia —Romawi dan Persia. Dia berhasil menyelamatkan rakyat dari ben­cana kelaparan dan wabah penyakit menular dan mematikan. Umar memiliki kecerdasan luar biasa dalam tata kelola negara. Sehingga dia mampu mengurus negara yang kian luas terbentang dengan berbagai etnis maupun suku serta banyak masalah berat yang me­nyertai (hal 125).

Umar berjasa dalam mem­buat kalender Islam, yang memberi kemudahan dalam surat menyurat dalam pemerintahan, Umar juga mendirikan lembaga-lem­baga admninistrasi negara di berbagai wilayah kekhali­fahan, de­ngan pengantar bahasa sesuai dengan bahasa rakyat setempat. Serta membuat kantor pajak, sebagai pemasukan negara.

Usman bin Affan de­ngan sikap welas asih, ber­hasil menjadi pemimpin yang dicintai rakyat. Dialah khalifah yang cinta damai. Sebagai kepala negara, dia tidak segan mendermakan harta bendanya untuk kepentingan rakyat. Dia berjasa di bidang kemiliteran, mendirikan ang­katan laut Islam. Dia juga berjasa dalam me­nyeragamkan dalam membaca Al-Quran dan memperbaiki masjid Nabawi.

Ali bin Abi Thalib adalah khalifah yang men­­jaga persatuan. Pada masa kepemimpi­nannya banyak pemberontak yang tidak suka dengan kepempimpinan Ali. Selain itu banyak fitnah yang menyerangkan. Namun begitu, Ali tetap tegar. Dia tetap memimpin dengan kebi­jaksanaan yang luar biasa. Ali juga berani me­lakukan refomasi biokrasi, di mana dia me­mentingkan pemilihan pejabat yang ber­dasarkan kecapakan dan kesediaan dan ber­korban dalam mengurus rakyat (hal 200).

Buku ini sangat mencerahkan dan menam­bah wawasan dalam sejarah Islam. Kita diajak mengenal lebih dalam bagaimana kepemim­pinan Khulafaur Rasyidin. Semoga dengan ada­nya buku ini kita bisa meneladani kepe­mimpina empat sahabat nabi yang sangat inspiratif ini.

Peresensi: Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

()

Baca Juga

Rekomendasi