Bangunan Unik Mirip Kapal

Oleh: Syafitri Tambunan. EKSISTENSI kapal sebagai salah satu moda menga­rungi bahari masih menjadi sumber inspiratif bagi para kreator. Metafora kapal, sejatinya bagian dari gaya ba­hasa untuk menjelaskan sesuatu, melalui persamaan dan perbandingan antara kapal dengan hal lain. Kon­sep ini ternyata mampu menciptakan kesan tersendiri dalam konsep desain arsitektur.

Salah satu konsep metafora ka­pal yang cukup ikonik, ada di negara tetangga, yakni Singapura. Berdiri di atas 3 tower Marina Bay Hotel, konsep kapal terbalik di Marina Bay Sands SkyPark menjadikan bangunan ini unik sekaligus megah.

SkyPark merupakan kolam renang Hotel Marina Bay Sands Singapura rancangan arsitek Moshe Safdie. Banyaknya kapal yang singgah di Singapora setiap hari memang menjadikan sebagai salah satu pelabuhan tersibuk di dunia. Pemandangan kota dan pelabuhan itu akan terlihat dari sisi SkyPark Deck yang meng­ha­dap laut.

Berikutnya ada Masjid Al Baakhirah, di Cimahi, yang juga mirip kapal laut bersandar di dermaga. Di masjid tanpa kubah ini, terdapat cerobong dan jangkar putih yang diikat dengan tali besar. Ada juga bagian di masjid yang mirip geladak serta kabin untuk nakhoda dan awak kapal.

Lantai masjid bermaterial keramik cokelat yang menyerupai kayu. Di tengah terdapat mimbar untuk khotbah disertai lafaz Allah SWT dari ornamen kayu. Masjid yang dibangun di atas lahan 90 meter persegi ini juga terinspirasi dari kisah Nabi Nuh saat menye­lamatkan umatnya yang taat dari bencana air bah.

Kisah Nabi Nuh pun mengil­hami pendirian Masjid 'Kapal' As Safinatun Najah di Semarang, Jawa Tengah. Bentuknya seperti kapal, memanjang berlantai tiga. Lantai pertama ruang pertemuan, lantai dua untuk masjid, dan lantai tiga untuk aktivitas mengajar dan balai kerja.

Masjid seluas 2.500 meter per­segi dibangun layaknya perahu de­ngan panjang 50 m, lebar 17 m, dan tinggi 14 meter. Berbentuk kapal besar lengkap dengan jen­dela berbentuk bulat, buritan, haluan, dan aksesoris kapal lainnya.

Lalu, di Turki, terdapat rumah berdesain arsitektur berkonsep kapal ferry yang dilengkapi 'laut' di sekelilingnya. Bak berlayar di lautan luas, air kolam dibuat mengelilingi rumah tiga lantai yang ada di Kota Mersin, Turki ini. Bangunan unik milik Luay Bedewy juga dilengkapi tenaga surya sebagai sumber listrik di malam hari, sehingga berkesan indah dan gampang menarik perhatian.

Desa Equihen Plage, pantai utara Perancis, Selat Inggris, juga memiliki bangunan-bangunan mirip perahu. Desa ini menggu­nakan hunian berkonsep perahu terbalik yang dikenal dengan 'Quilles en l'air' yang berfungsi sebagai tempat liburan bagi para pelancong.

Selama Perang Dunia II, hampir semua rumah perahu hancur, namun warganya melanjutkan warisan tersebut. Pada 1990-an, warisan ini dihidupkan kembali. Warga mulai mendirikan beberapa rumah yang dibentuk seperti perahu terbalik yang tentunya sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern untuk menarik wisatawan.

Ide kapal terbalik di desa ini disinyalir berhubungan dengan penemuan kapal-kapal tua yang terseret arus dalam kondisi terbalik di sepanjang pantai. Kapal-kapal tua tersebut juga digunakan sebagai tempat tinggal. Di sini, kapal-kapal tua yang tak layak huni diseret ke daratan dan dibalikkan.

Lambung kapal dijadikan atap dan ditutup tar untuk memastikan tak ada air yang bisa masuk ke dalamnya. Kapal tersebut juga mencakup ruang tidur bahkan ada area memasak.

Di Indonesia sendiri, beberapa rumah tradisional disebut memiliki konsep arsitektur yang diilhami dari bentuk kapal, salah satunya rumsram, rumah tradisional Suku Biak Numfor, di pantai utara Papua. Lokasinya yang berada di sebuah pulau, memengaruhi bentuk rumsram. Bangunannya persegi dengan atap berbentuk perahu terbalik.

Bentuk perahu ini tak terlepas dari mata pencaharian setempat sebagai pelaut. Tinggi bangunan antara 6 - 8 m dan dibagi menjadi 2 zona, yang dibedakan dengan tingkatan lantainya. Lantai 1 sifatnya terbuka dan tanpa dinding. Hanya kolom-kolom bangunan yang terlihat.

Material yang digunakan ada­lah kulit kayu untuk lantai, bambu air yang dibelah dan dicacah-cacah untuk dinding, dan daun sagu untuk atap. Khusus untuk dinding, aslinya hanya ada sedikit jendela dan posisinya di depan dan belakang.

Arsitektur sebagai salah satu bentuk ungkapan dari kebu­dayaan masya­ra­katnya. Karena itu, wawa­san ten­tang berbagai bentuk ka­pal, baik masa lalu maupun kini, ternyata mam­pu melahirkan ide unik dan mena­rik bagi beberapa perancang ba­ngunan. Sehingga terciptalah karya arsitektur baru dan unik yang mampu menjadi magnet bagi orang sekitarnya.

()

Baca Juga

Rekomendasi