Warga Kabanjahe Krisis Air Bersih

Kabanjahe, (Analisa). Warga Kabanjahe dan sekitarnya sudah dua minggu lebih mengalami kri­sis air bersih. Saluran air bersih yang ditangani PDAM Tirta Ma­lem, Kabupaten Karo kering.

Masyarakat mengaku sulit man­di dan mencuci. Air bersih yang dipesan melalui pengu­saha jual air bersih bersumber dari sumur bor juga sulit di­dapat. Alasan pihak pengusa­ha air ber­sih ini, pesanan masyarakat ba­nyak dan harus antrean sehari lebih, ujar S Tarigan, Nande Enar Purba, B Ka­caribu, Mansur Ginting warga Kabanjahe, Kamis (7/6) sore.

Dijelaskan warga, sungguh ironis kalau Kota Kabanjahe yang banyak sumber air sudah puluhan tahun tetap dilanda krisis air bersih. Sungai Lau Biang dan sejumlah mata air sebagai sumber air bersih ba­nyak ditemui di Kabanjahe. Tidak dapat dipungkiri kalau sumber air bersih dapat di­man­fa­atkan untuk memenuhi kebutuhan hidup warga ibuko­ta Kabupaten Karo, kota Ka­banjahe.

“Tapi sudah puluhan tahun, kebutuhan air bersih sampai kini tetap krisis dan tiap hari juga menjadi persoalan klasik di tengah-tengah masyarakat. Alasan tetap ada. Program juga tetap digaungkan bupati ganti bupati. Setiap calon bupati, program pembangu­nan air bersih tetap ada. Bah­kan menjadi program skala prioritas. Namun kebutuhan air bersih tetap tak terpenuhi bagi warga Kabanjahe,” kata mereka.

 Pengusaha jual air bersih bersumber dari sumur bor pun marak. Baik di gang-gang atau pun di tengah kota. Kini peng­usaha sumur bor maupun pemilik pribadi untuk kebu­tuhan keluarga diprediksi mencapai ratusan sumur bor di wilayah Kota Kabanjahe. Belum termasuk wilayah kecamatan dan jalan nasional jurusan Kabanja­he-Berastagi. Contohnya saja, di Gang Re­jeki depan kantor PDAM Tir­ta Ma­lem, Kelurahan Gung Ne­geri, Ka­banjahe ada 6 sumur bor.

Belum la­gi di gang-gang lain dan wilayah lain Kaban­jahe,jelas Dama­nik pega­wai Pengadilan Negeri Kabanjahe yang berada di sebelah kantor PDAM Tirta Malem, Kaban­jahe.

“Membeli air bersih dari pengusaha sumur bor relatif mahal. Rp6000/drum (isi 200 liter). Rata-rata 3 drum harus dibeli setiap keluarga. Ini ke­butuhan minimal setiap kelu­arga untuk kebutuhan MCK/hari atau sebesar Rp18.000/hari harus dikeluarkan setiap keluarga untuk membeli air bersih,”jelas Damanik dan Purba.

Pantauan, Kamis (7/6), air bersih yang tidak jalan dari PDAM Tirta Ma­lem Ka­ban­jahe diakui warga Gang UKA, Ja­lan Pahlawan Ujung, Gang Aman, Ja­lan Mariam Ginting, Jalan Sa­mura, Gang Pendi­dikan, Gang Gin­ting Sinte­rem, simpang tiga-simpang­enam, Jalan Jamin Ginting, Gang Kelinci dan warga di tem­pat lainnya menga­kui su­dah hampir 2 minggu air tidak jalan.

Dirut PDAM Tirta Malem Kabanjahe, Arvino Hamsyari ST yang di­kon­fir­masi Analisa, di Kabanjahe mem­benarkan ada gangguan istalasi air ber­sih karena kerusakan panel di Lau Biang. Saat ini masih da­lam perbai­kan. Pelayanan air bersih kepada warga dila­kukan secara bergantian. Mu­dah-mu­dahan dalam waktu dekat perbaikan selesai, jelas­nya.

Disinggung tentang pem­ba­ngunan air bersih dari Su­ngai Aek Bolon, Me­rek ke Ka­banjahe yang bangunan resevoirnya di Gang Garuda APBN 2017 sampai sekarang belum berfungsi, dikatakan Dirut masih ada pipanya bocor di Tigapanah. (alex)

()

Baca Juga

Rekomendasi