Wisata Kuliner Cemara Asri

Oleh: J Anto. Kurang lebih sepuluh tahun bela­kangan ini, Cemara Asri telah berubah menjadi pusat kuliner terbesar di Medan. Ditengarai bahkan telah mengalahkan pusat kuliner Asia Mega Mas.

Datanglah Malam Minggu, Minggu malam atau saat hari libur. Sejak sore, antrian mobil dari di Jalan Cemara Raya menuju pe­rumahan itu, terbiasa mengular. Panjang­nya bisa mencapai sekitar 1 kilometer jika ada event tertentu di sana. Sekalipun sejak Simpang Krakataua ruas jalan Cemara Raya sudah lebar dan dibeton, namun 200 meter jelang pintu gerbang perumahan, ruas jalan menyempit karena keberadaan pasar hasil bumi dan pasar induk ikan yang biasa beraktivitas sampai sore hari. Disamping itu aktivitas truk-truk besar yang baru keluar dari pintu tol H. Hanif juga ikut menambah beban kemacetan.

Begitu masuk pintu gerbang, di kanan kiri sepanjang jalan utama yang rimbun pepo­honan bermandi cahaya lampu pijar, berjejer puluhan jenis kuliner. Ada ragam Chinesse Food, Sea Food, franchise barat, Singapore, Ma­laysia, kedai kopi dan gerai vegetarian. Gerai kuliner itu umumnya berbentuk ruko dengan halaman parkir luas yang disulap jadi tempat makan.

Sampai ujung Bundaran, terdapat dua pusat kuliner yang berisi puluhan stand ku­liner jalanan, yakni Bundaran Nice Food­court, Shopie Square dan Yummy Food­court. Sedang di samping kanan bundaran, sampai Sekolah Internasional Chandra Kusuma atau Jalan Boulevard, ada Goodluck Foodcourt dan deretan resto lain.

Namun sentra kuliner di Cemara Asri tak hanya di situ, masih ada juga di deretan ruko sepanjang Jalan Cemara Raya sampai depan pintu tol H. Hanif.

Secara umum, kuliner di sini dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama untuk mereka yang cari sarapan pagi, makan malam dan yang bersantai mereguk kopi, teh, jus dan minuman lain sembari ditemani makanan ringan, mulai pisang goreng, ubi kayu goreng, bakpao atau tahu balik khas Binjai.

“Malam Minggu dan Minggu malam, kita memang ekstra sibuk,” ujar Darhingsen Wiharza (36) dan Ledy Diana (33) saat di­jumpai di stand mereka di Shopie Square, Minggu (3/6).

Tiga Stand

Pasangan suami isteri ini memiliki tiga stand kuliner. Dua buah stand menjual lontong sayur dan nasi gurih di bawah merk RM. Fanny. Letaknya di Yummy dan Bundaran Nice Food Court. Satu stand lagi menjual kuliner Korea, di Sophie Square. Pasangan yang telah dikaruniai 3 orang anak ini, juga memilii stand lontong dan nasi gurih di Asia Mega Mas.

Bisnis lontong dan nasi gurih memang bu­kan hal baru bagi pasangan ini. Sejak 1999, saat ibunya masih hidup, Asen, pang­gilan akrab Darhingsen, sudah mem­bantu ibu­nya berjualan.

“Saat SMA, saya bisa bawa 60 – 90 bung­kus nasi gurih pesanan temanm,” tutur­nya. Ibunya berjualan di Jalan Irian Barat. Pelanggannya kebanyakan para pegawai kantoran yang bekerja di Plaza Uni­land. Aneka toping jadi keunggulan nasi gurih dan lontong mereka. Selain rendang daging B2, ayam, dendeng, juga ada taucho ikan ka­kap, telor dadar dan perkedel. Karena su­dah punya pasar sendiri, sejak 2017, mere­ka berani ekspansi ke Cemara Asri dan Asia Mega Mas.

Hasilnya tak sia-sia. Saat Minggu malam (3/6), dari 3 stand kulinernya, mereka me­ngaku bisa menjual sekitar 400-an piring. Mereka juga menerima pesanan partai besar. Umumnya untuk mereka yang sedang punya hajatan pesta. Misalnya sambut imlek, ceng beng atau acara pesta memasuki rumah baru. Jumlah pesanan bisa sampai 500 piring. Utuk pesanan antaran mereka membuat limit. Paling sedikit 50 pack.

Saat ditanya apa rahasia mereka sehingga bisnis kuliner mereka laris manis, Asen dan Ledi berujar singkat:

“Kalau ada jualan sisa, kita bagi habisuntuk karyawan, atau kita buang, kami berprinsip tak mau simpan dan hangatkan untuk jualan esok hari,” ujar Asen. Di rumah mereka dibantu 5 karyawan untuk memasak, sedang di tiap stand, mereka dibantu 3 orang kar­yawan untuk meladeni pembeli.

Stand milik Asen buka mulai pukul 06.00 -13.00 dan pukul 16.00 – 22.00 WIB seperti umumya stand lain di situ. Yummy Foodcourt ada tak kurang 25 stand kuliner.

Tentu saja menikmati sarapan pagi dan makan malam tak hanya berupa lontong atau nasi gurih, banyak menu pilihan lain di situ. Salah satu kuliner sarapan yang paling populer adalah mie pansit. Nah, di Cemara Asri, ragam merk mie pansit ada di sana. Tinggal dicocokan dengan selera.

Tak sempat duduk

Di Goodluck Foodcourt, ada satu stand miepansit yang cukup laris manis, tak hanya waktu hari Minggu pagi atau Sabtu pagi saja, tapi juga hari biasa.

“Kalau hari Minggu, sejak pergi dari rumah sampai pulang pukul 12.00 siang, ibaratnya saya tak semnpat lagi duduk,” ujar Amei (47) pemilik stand mie pangsit di situ saat ditemui, Selasa (5/6). Sekalipun di Cemara Asri ia baru membuka stand tahun 2013, namun Amei sudah sejak tahun 2003 berjualan mie pansit. Tempatnya di Jalan Krakatau rumah orangtuanya. Awalnya dari rasa iseng. Adik­nya sudah lebih dulu berjualan roti. Ia berpikir, kenapa tak sekaligus dilengkapi dengan pansit. Ia lalu menjajal kebolehannya meracik mie pansit. Ia menggunakan nama­nya untuk merk mie pansitnya.

Ternyata peminatnya cukup banyak. Apalagi ia tak memakai daging babi, melain­kan daging ayam. Namun saat isu flue burung muncul, ia tak lagi menggunakan daging ayam. Melihat prospek berbisnis mie pansit bagus, ia buka cabang di Cemara Asri. Kerena stand lain sudah ada yang pakai nama Amei, ia diharuskan cari nama lain. Sibuklah ia cari nama. Terpilihlah Hoki88.

Ternyata nama itu benar-benar bawa hoki. Walau tak mau buka kartu berapa besar omzetnya, namun Amei bilang sehari-hari ia dibantu 4 karyawan. Saat Sabtu, Minggu dan hari libur bertambah jadi 6 karyawan. Di rumahnya, di Jalan Punak IV, bersama suaminya, Juwanto, mereka juga membuka mie pansit.

Wisata kuliner

Daya tarik isnis kuliner di Cemara Asri sejatinya tak hanya soal ragam kulinernya yang komlit dan rasa kuliner yang maknyus. Tapi di sini juga daya tarik lain. Salah satunya keberadaadaan Vihara Maitreya. Disebut-sebut sebagai vihara terbesar dengan arsitektur yang artistik dan punya banyak sudut untuk photo both. Sejak diresmikan tahun 2008, vihara ini telah menarik minat banyak pengunjung, umat maupun para turis. Baik dari sekitar Medan, kota-kota lain di Sumut dan Jawa sampai turis manca negara.

Sejumlah gerai kulinert di situ pun ke­cipretan rezeki. Objek lain yang menarik adalah sebuah kolam tak jauh dari vihara yang jadi tempat ratusan burung bangau berumah. Rindang pepohonan dan burung bangau yang tengah mandi atau beristirahat jadi sebuah pemandangan langka untuk warga perkotaan.

Itu sebabnya, Iwan Hartono Alam, seorang pengusaha yang tinggal di Perumahan Ce­mara Asri sejak tahun 2000, menyebut kebe­radan kuliner di situ sebagai kuliner wisata.

“Soalnya penikmat kuliner bukan hanya keluargaatau anak-anak yang tengah pacaran saja, tapi juga turis dalam negri dan luar negri yang ingin melihat ViharaMaitreya,” katanya.

Iwan sendiri mengaku sangat terbantu dengan bisnis kuliner di situ. Ia mengaku tak perlu lagi pusing harus cari kuliner ke kota Medan jika ingin santai makan bersama keluarga. Termasuk saat menjamu mitra bisnis atau kenalan.

Kuliner kegemarannya adalah kepiting suas lada yang ada di sebuah resto seafood yang terletak di Jalan utama perumahan. Harga kuliner di situ menurutnya tak terlalu mahal, sedang rasanya tergolong maknyus. Jika ingin menikmati sate padang atau kwetiaw beras, ia tinggal datang ke Bunderan Nice Foodcourt. Sementara kalau rindu nasi gurih atau nasi sayur, ia tinggal melangkah ke Yummi Foodcourt.

Bisnis kuliner menurut Iwan memang terus berdenyut, seolah tak kenal krisis ekonomi.

“Itu karena makan merupakan kebutuhan sehari-hari disamping sekarang ini orang juga sudah banyak yang tak lagi masak di rumah,” katanya. Ia menyebut bisnis kuliner di Cemara Asri punya banyak dampak positif. Selain membeti kesempatan pelaku UKM mengem­bangkan usaha mereka, juga menyerap cukup banyak tenaga kerja, termasuk membantu omzet petani sayur dan buah-buahan.

“Di sini, pengusaha besar bisa dihitung dengan jari, kebanyakan pelakunya adalah UKM,” katanya.

()

Baca Juga

Rekomendasi