Oleh: Rhinto Sustono
MEDAN menyimpan banyak anak muda yang kreatif di bidang film. Mereka pun tergabung dalam banyak komunitas film indie. Para sineas muda ini tidak lelah berkreasi, bukan hanya untuk kemajuan diri, tapi juga demi mengharumkan nama daerah.
Banyak layar lebar dan sinetron di layar kaca yang mengangkat setting kedaerahan. Kota Bandung, Yogyakarta, Jakarta, dan kota lainnya kerap menjadi lokasi dalam memproduksi film. Tapi bagaimana dengan Medan khususnya dan Sumut yang menyimpan banyak potensi alam menjanjikan?
Lewat visual film, banyak hal menarik dari daerah ini yang bisa diangkat. Bukan semata keindahan alamnya, tapi juga karakteristik budaya dan ragam kesenian yang terpendam. Sinetron Pariban dari Bandung misalnya, di era awal-awal stasiun tv swasta mulai berkibar silam, menjadi salah satu tayangan paling menarik yang khas Medan.
Selain sebagian lokasi pengambilan gambarnya di Medan, karakter budaya lokal juga diangkat dalam Pariban dari Bandung. Sehingga alur cerita yang dibangun melalui pemeran Cok Simbara begitu kental ‘rasaMedan’-nya.
Kini para sineas Medan kembali bangkit, banyak film indie garapan anak-anak Medan bisa ditonton di youtube. Tapi tentu, tanpa adanya review, kreativitas ini bisa saja kemudian hanya jalan di tempat. Berangkat dari ide ini, Sandy Pardede bersama dua rekannya, J Sinaga dan Santo Basic, membentuk sebuah komunitas, @infofilm_indonesia. Komunitas ini lebih berkonsentrasi menjembatani para movie maker indie untuk memperkenalkan karya mereka kepada khalayak.
“Kalau teman-teman punya film, boleh di-share ke kami. Nanti dibantu di-posting, biar movie maker indie dan produser serta sutradara film bioskop bisa melihat hasil sineas film indie dari berbagai daerah.” Papar Sandy.
Bukan hanya me-review film indie garapan anak Medan, tapi juga dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan pada Minggu (15/7), hari ini di CGV Focal Point pukul 13.00 WIB, mereka akan menggelar nonton bareng film indie Jakarta, Nyanyian Anak garapan Sutradara Mahesa Desaga dan Produser Ita Sembiring.
“Meskipun saya di Medan, tapi tetap menjalin kemitraan dengan sutradara dan produser film setanah air. Ini lebih luas ruang lingkupnya, Bang. Jadi yang kami review bukan hanya film indie, tapi juga film layar lebar dan tentu saja film-film terbaru,” imbuh Sandy yang belum lama ini juga ikut membintangi film Pariban bersama sejumlah artis yang lagi tenar, di antaranya Atiqa Hasiholan, Ganindra Bimo, Bang Tigor, dan Lina Marpaung (Mak Ondut).
Film yang disutradrai Andi Bachtiar Yusuf ini, mengangkat budaya Batak dan berlokasi di Pangururan, Samosir. Selain untuk kali pertama Sandy main di film layar lebar, film Pariban juga menjadi momentum kali pertama kerjasama komunitas yang dibangun Sandi bersama rekannya dengan produser film layar lebar.
Bersama rekannya di @infofilm_indonesia, dalam komunitas ini mereka sudah banyak me-review sejumlah film lebar. Di antaranya Nini Towok, Jailangkung, Pariban, dan lainnya. Sedangkan film indie yang di-review di antaranya film Wayang yang Sandy juga ikut main, beberapafilm indie Medan, Di Mana Kau Sembunyikan Jodohku, Taxi, Sepotong Pisang Goreng, dan lainnya.
Sebagai reward dari sejumlah komunitas film indie, pada Hari Film Nasional, 30 April lalu, selain me-review dan nobar film Sepotong Pisang Goreng dan film Marpadan, Sandy didaulat sebagai pembicara dalam hajatan yang digelar di Budaya Resto Tanjung Morawa.
Proses Kreatif
Kreativitas komunitas film saat ini sudah cukup banyak di kota dan di daerah, bahkan film mereka sudah banyak diikutkan pada festival skala nasional dan internasional. Makanya Sandy berharap, dengan terbangun komunitasnya, film karya sineas muda bisa mendominasi di berbagai festival.
“Rata-rata mereka memimpikan film yang digarap bisa dilirik produser dan dinaikkan ke layar lebar seperti film Demi Ucok dan film Siti. Untuk bisa ke layar lebar perlu kreativitas dan proses yang tidak mudah,” ungkap Sandy yang sebelumnya pernah bergabung di Komunitas Rumah Film Indonesia (RuFI) Medan dan pernah terlibat dalam produksi lebih 15 film panjang dan pendek.
Usaha dan kerja keras, katanya, menjadi keharusan bagi sineas yang ingin maju. Terpenting, bisa mengambil pembelajaran dari setiap pengalaman membuat film. Bukanhanya sebagai pemeran, Sandy bahkan banyak menimba pengalaman hingga akhirnya berani menyutradarai film pendek Aku Rindu Kamu pada 2014.
Bermain dengan para aktor dan aktris ternama tentu saja membuat Sandy bangga. Namun yang terpenting, baginya di film itu ia bisa belajar mendalami proses penggarapan film secara profesional. “Banyak masukan dari sutradara dan pemain-pemain lain, juga crew yang mengarahkan saya saat kamera take,” katanya. Impian besarnya, ke depan semakin banyak produser yang melirik dan menjadikan Medan sebagai tempat membuat film.