Sisi Lain Kepunahan Sebuah Perguruan Tinggi

Oleh: Dr. Budiman N.P.D Sinaga,S.H.,M.H

"We didn't do anything wrong, but somehow, we lost."

Stephen Elop

Dalam perbincangan usai me­ngikuti upacara memper­ingati Hari Kelahiran Pancasila pada 1 Juni 2018 di kantor Ko­pertis Wilayah I Sumetera Utara, salah seorang di antara kami mengingatkan bahwa perlu dilakukan usaha-usaha agar per­guruan tinggi tempat bekerja masing-masing tetap ada. Ter­nyata, tanpa disadari sudah banyak perguruan tinggi yang dulu ada sekarang tidak ada lagi atau punah. Dalam hal ini perlu di­cermati pula perguruan tinggi yang berubah nama karena ber­ba­gai alasan, termasuk kemungkinan punah jika tidak berganti nama. Padahal beberapa di antara perguruan tinggi yang punah itu dulu cukup dikenal karena baik.

Mencari-cari hal yang menye­babkan perguruan tinggi pu­nah bukan hal yang mudah. Terlebih jika hal itu menyangkut nama-nama orang yang terlibat langsung dalam pengelolaan perguruan tinggi tersebut. Andaipun memang mereka yang menyebabkan perguruan tinggi itu punah maka mereka dengan mudah akan menyampaikan alasan-alasan untuk membuktikan bahwa bukan mereka yang menjadi penyebab perguruan tinggi itu punah.

Mengenai kenyataan di atas, saya teringat pernyataan Stephen Elop: "We didn't do anything wrong, but somehow we lost." Kami tidak melakukan kesalahan apapun, tiba-tiba kami kalah dan punah. Ucapan CEO Nokia itu di­sampaikan dalam konferensi pers ketika melepas divisi telepon selu­ler Nokia kepada Microsoft pada tahun 2014. Sejak saat ini dapat dikatakan berakhirlah kejayaan Nokia di telepon seluler digan­ti­kan merek lain terutama iPhone dan Samsung. Padahal se­belumnya selama bertahun-tahun Nokia me­nguasai pasar tele­pon seluler di seluruh dunia.

Perguruan Tinggi di Sumetera Utara

Dalam beberapa tahun belaka­ngan ini telah muncul bebe­rapa perguruan tinggi baru di Sumatera Uta­ra terutama di Kota Medan. Bebe­rapa perguruan tinggi itu sungguh sama sekali baru tetapi ada beberapa yang sekedar berganti nama atau pin­dah dari kota lain. Ada perguruan tinggi baru yang mengguna­kan nama yang sama dengan perguruan tinggi di kota lain karena berada dalam naungan yayasan sama.

Keberadaan perguruan tinggi baru tentu saja patut disambut de­ngan gembira karena dapat mengisi kekosongan yang selama ini belum dapat dipenuhi perguruan tinggi yang sudah ada. Akan tetapi di sisi lain harus disambut dengan hati-hati karena sangat mungkin akan mengurangi minat masyarakat atau mahasiswa kepada perguruan tinggi yang sudah lebih dulu ada. Hal ini antara lain dapat diketahui dari jumlah mahasiswa sebagian perguruan tinggi baru yang sudah melampaui jumlah mahasiswa perguruan tinggi lama untuk program studi yang sama.

Sejak puluhan tahun lalu para pengelola perguruan tinggi di Sumetera Utara sudah menyadari kenyataan bahwa minat siswa untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke luar Sumatera Utara terutama ke Pulau Jawa sudah sangat besar. Tidak terlalu banyak siswa yang sejak awal sangat berminat untuk melanjut­kan pendidikan ke perguruan tinggi di Sumatera Utara. Padahal berdasarkan berbagai kriteria yang objektif dapat dikatakan kualitas perguruan tinggi di Suma­tera Utara tidak kalah dari­pada perguruan tinggi di Pulau Jawa.

Menurut pengamatan saya, sebenarnya perguruan tinggi di Su­ma­tera Utara dari tahun ke tahun terus-menerus menjadi se­makin baik. Akan tetapi perlu disadari sei­ring dengan itu tun­tutan ma­sya­rakat terus-menerus meningkat juga. Oleh karena itu, penyebab be­berapa perguruan tinggi punah belum tentu karena tidak baik atau kesalahan melainkan keinginan masyarakat yang terus meningkat dan pe­ning­katan itu lebih cepat daripada yang dilakukan perguruan tinggi lama.

Dari cara berpartisipasi dalam perbincangan di atas dapat dengan mudah diketahui asal perguruan tinggi para dosen tersebut. Sebagai contoh dalam perbincangan me­ngenai akre­ditasi. Para pengelola perguruan tinggi baru akan lebih terbuka menerima kewajiban Akre­ditasi daripada pengelola perguruan tinggi lama. Hasilnya, banyak perguruan tinggi baru berhasil mem­peroleh nilai Akreditasi yang lebih tinggi daripada perguruan tinggi lama.

Tentu saja besar kemungkinan ada banyak penyebab terjadi hal sebagaimana disampaikan di atas. Salah satu penyebab yang sangat mungkin menurut pengamatan saya adalah keengganan perguruan tinggi atau pengelola perguruan tinggi lama melakukan perubahan-perubahan. Mungkin mereka me­rasa yakin selama ini sudah memiliki hal-hal yang baik se­hingga hanya perlu dipertahankan tanpa perlu melakukan peru­bahan. Sampai titik tertentu sikap ini tentu saja sudah memadai tetapi pada titik berikut tidak lagi.

Mempertahankan yang sudah baik tentu sangat baik terlebih jika diiringi dengan perubahan-perubahan supaya semakin baik. Akan teta­pi ketika pihak lain melakukan perubahan atau perbaikan yang le­bih baik daripada hal-hal baik yang sudah dilakukan selama ini maka kebaikan itu menjadi ketinggalan. Pada saat ini masyarakat sudah semakin objektif sehingga mereka akan mencari yang terbaik mes­kipun dari segi perja­lanan waktu mungkin masih baru tetapi jika dipandang baik maka akan dipilih.

Sebenarnya sebagian perguruan tinggi baru menawarkan program studi baru sehingga tidak dapat dikatakan berhadapan atau bersaing secara langsung dengan perguruan tinggi lama. Akan tetapi, program studi yang ditawarkan sebagian besar merupakan program studi baru yang sengaja dibuat untuk menjawab kebutuhan masyarakat sekarang dan beberapa tahun ke depan. Dengan demikian harapan untuk bekerja atau ber­usaha dengan menggunakan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh dari program studi itu menjadi se­makin besar. Wajar, jika calon mahasiswa dan orang tua me­reka lebih tertarik pada program studi baru ini.

Perguruan Tinggi Asing

Kenyataan lain yang tidak boleh dilihat sebelah mata adalah keha­diran perguruan tinggi asing. Saat ini sudah banyak perguruan asing yang hadir di Sumatera Utara, baik secara lang­sung maupun tidak langsung melalui kerja sama dengan perguruan tinggi di Sumatera Utara. Di satu sisi hal ini harus disambut baik tetapi di sisi lain perlu dilakukan secara berhati-hati karena sa­ngat mungkin akan memunahkan beberapa perguruan tinggi jika tidak siap menghadapi.

Sejak beberapa tahun lalu bebe­rapa perguruan tinggi asing telah menjalin kerja sama dengan ber­bagai perguruan tinggi di Sumetera Utara. Salah satu kerja sama itu adalah peluang untuk melanjutkan pendidikan pasca sarjana di ber­bagai per­guruan tinggi asing di berbagai negara. Sepanjang berangkat ke negara lain merupakan keharusan karena program studi tertentu belum tersedia di dalam negeri maka secara mudah dapat dikatakan baik dan benar. Akan tetapi, keberangkatan ke negara lain untuk program studi yang sebenarnya sudah ada di dalam negeri bahkan kualitas di dalam negeri lebih baik maka perlu dipertanyakan. Dalam jangka panjang, kerja sama sema­cam ini akan dapat ikut mempercepat kepunahan perguruan tinggi di Sumatera Utara.

Kerja sama dengan perguruan tinggi asing perlu bahkan harus terus dilakukan tetapi harus dilakukan secara berhati-hati dan cermat se­hingga tidak malah mematikan perguruan tinggi di dalam negeri. Le­bih tepat jika kerja sama ditekankan untuk program studi yang belum ada di dalam negeri atau kalaupun ada masih belum dapat dikatakan baik. Dengan demikian kehadiran perguruan tinggi asing dapat dipastikan tidak akan mengganggu keberadaan perguruan tinggi di dalam negeri.

Memperhatikan kenyataan di atas, sudah tiba saatnya per­guruan tinggi di dalam negeri memperbaiki segala sesuatu yang selama ini sudah baik serta melakukan hal-hal yang baru se­hingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Jika tidak, maka masyarakat akan berpikir realistis untuk lebih memilih perguruan tinggi asing. Mana kala hal itu terjadi maka per­guruan tinggi dalam negeri yang punah akan semakin banyak. Oleh karena itu, marilah terus memperbaiki yang sudah ada dan membuat hal-hal yang baru.***

Penulis Dosen Kopertis Wilayah I dpk Fakultas Hukum Universitas HKBP Nommensen

()

Baca Juga

Rekomendasi