PENANGKAPAN Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat, Wahid Husen, oleh tim Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menambah rangkaian panjang praktik suap dalam prodeo yang tujuan awalnya untuk membina dari orang jahat menjadi baik.
Bahkan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Laode M Syarif, mengungkapkan tarif untuk mendapatkan fasilitas mewah dalam sel narapidana di Lapas Sukamiskin, Bandung, sekitar Rp200 juta sampai 500 juta.
“Ya, itu salah satu yang sedang kami teliti: berapa seseorang itu membayar. Dari informasi awal ada rentangnya, sekitar Rp200-500 juta,” katanya saat konferensi pers di Gedung KPK, Jakarta, Sabtu (21/7) malam.
Pakar hukum pidana Universitas Trisakti Abdul Fickar Hadjar menyatakan sudah berulangkali kasus suap di dalam lapas terbongkar hingga sangat logis pejabat atasannya sebenarnya sudah mengetahui.
“Mudah-mudahan melalui kasus ini bisa terbongkar seluruh jaringan bisnis hotel di lapas yang sudah berkali-kali digerebek dan dibongkar baik oleh Wakil Menkumham zaman Presiden SBY, maupun oleh Pak Budhi Waseso sebagai Kepala BNN yang menggerebek lapas mewah milik para bandar narkoba. Jadi, sangat logis jika pejabat atasan seperti Dirjen PAS dan menteri sebenarnya mengetahui,” katanya kepada Antara di Jakarta, Minggu (22/7).
Antara merangkum sejumlah praktik sewa-menyewa ruangan sel dan disulap menjadi hotel bintang lima.
1. Artalyta Suryani
Pada Minggu, 10 Januari 2010 malam, anggota Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum yang dipimpin Denny Indrayana melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II A Pondok Bambu, Jakarta Timur. Di antaranya ke sel yang ditempati Artalyta Suryani alias Ayin dan Limarita alias Aling, terpidana hukuman seumur hidup dalam kasus narkoba.
Ruangan Ayin berada di Blok Anggrek Nomor 19. Dia tinggal bersama asisten pribadinya, Asmiyati, yang merupakan terpidana dua tahun enam bulan penjara. Di dalam ruangannya terdapat perlengkapan bayi untuk anak angkatnya.
Sedangkan di ruangan penjara Limarita alias Aling terdapat kamar khusus berukuran 3 x 3 meter dengan memiliki televisi layar datar ukuran 20 inci. Dinding ruangannya telah disulap dengan motif daun serta bunga. Tidak luput juga ada meja kerja mewah.
2. Haryanto Chandra
Badan Narkotika Nasional (BNN) pada 31 Mei 2017, menemukan ruangan sel mewah yang ditempati narapidana di Lapas Cipinang, Jakarta Timur, Haryanto Chandra alias Gombak.
Dalam sel tersebut, aparat BNN menemukan beberapa barang-barang seperti, satu unit laptop (komputer jinjing), satu unit Ipad, empat unit telepon genggam dan satu unit token, serta memiliki fasilitas pendingin ruangan (AC) serta CCTV untuk memonitor setiap orang yang datang.
“Dalam penggeledahan tersebut terlihat situasi ruangan sel yang tidak seperti ruangan sel pada umumnya. Di ruangan tersebut terdapat AC, CCTV yang bisa memonitor setiap orang yang datang, wi-fi, akuarium ikan arwana dan menu makanan spesial,” ungkap Kepala BNN, Komjen Pol Budi Waseso yang akrab dipanggil Buwas.
3. Freddy Budiman
Pada September 2013, gembong narkoba yang sudah dieksekusi mati, Freddy Budiman, juga sempat menghebohkan selain meski tinggal di dalam ruangan sel di Lapas Cipinang namun dia masih mengendalikan peredaran narkoba.
Menariknya, dia memiliki ruangan yang dikenal dengan nama “bilik asmara”. Vanny Rossyane, model majalah orang dewasa pernah blak-blakan mengakui adanya ruangan mewah di Lapas Cipinang yang berujung pada pemecatan kepala lapas, Thurman Hutapea.
4. Agusrin Najamuddin
Pada Sabtu, 18 Mei 2013, Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum mendapati ruangan sel mewah di sel nomor 38 Lapas Sukamiskin. Ruangan itu dihuni oleh eks Gubernur Bengkulu, Agusrin Najamuddin.
Di ruangannya yang berukuran 2,5 meter x 4 meter ditemukan tempat tidur, tape, meja kerja dan rak buku. Bahkan ada alat masak juga. Dia juga bisa memanggil narapidana lainnya untuk memijit jika letih yang tentunya mendapatkan imbalan tersendiri.
5. Gayus Tambunan
Pada November 2010, nama Gayus HP Tambunan kembali mencuat ketika terdakwa kasus mafia pajak ini keluar dari Rumah Tahanan Markas Komando Brimob Kelapa Dua.
Saat Mabes Polri melakukan inspeksi mendadak dan ternyata diketahui tahanan kasus mafia pajak ini tidak ada di selnya.
“Divisi Propam sudah memeriksa sembilan orang anggota yang telah diganti dari tugasnya menjaga Rutan Mako Brimob, terkait keluarnya Gayus,” kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri (ketika itu), Irjen Pol Iskandar Hasan di Jakarta, Senin (8/11).
Sembilan anggota yang terperiksa adalah Briptu BH, Briptu DA, Briptu AD, Bripda ES, Bripda JP, Bripda S dan Bripda B serta Kepala Rumah Tahanan (Rutan) Mako Brimob, Kompol IS.
Kesembilan orang anggota yang terperiksa secara struktur berada di bawah Satuan Pengamanan Protokol (Satpamkol) Satuan Pelayanan Markas (Satyanma) Mabes Polri.
Mereka diperiksa atas dugaan pelanggaran disiplin dan etika profesi melanggar Pasal 3 huruf g, Pasal 4 huruf d dan f, Pasal 5 huruf a, Pasal 6 huruf q dan w dari Peraturan Pemerintah (PP) No 2/2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.
Menurut dua anggota yang mengawal, Gayus sempat pulang ke rumahnya di Kelapa Gading. Akhirnya polisi menjemput Gayus di rumahnya tersebut. (Riza Fahriza/Ant)