Di Penang

Sensasi Menikmati Durian dari Kebun

Oleh: Nur Akmal. DURIAN memang sudah tak asing lagi bagi kita, buah berduri ini dijuluki King of Fruits dan sa­ngat populer di negara-negara Asia Tenggara. Di Medan, saat ini sudah ba­nyak sekali tempat untuk menik­mati durian sepuasnya, seperti Ucok Durian, Nande Durian, Si Bo­lang Durian dan banyak lagi. Di tempat-tempat itu, kita bisa me­nyantap durian sebanyak yang kita bisa. Namun tentu berbeda rasanya de­ngan menyantap durian yang baru saja jatuh dari pohon, lang­sung dari kebunnya.

Kali ini, saya berkesempatan un­tuk mengunjungi Penang, Ma­lay­sia, sekadar untuk menyantap durian. Buah yang menjadi salah satu kuliner andalan di sana. Pe­nang bukan satu-satunya daerah peng­hasil durian terkenal di seme­nanjung Malaysia, beberapa daerah lain juga terkenal akan hasil durian­nya. Sebut saja Pahang, Johor, Ke­lantan, dan Perak.

Bersama rombongan dari Jess & Co Tour and Travel, kami men­darat di Penang International Airport (PIA) sekitar pukul 11.00. Be­gitu menjejakkan kaki ke negera tetangga itu, kami langsung menuju G Hotel, tempat rombongan me­ngi­nap. Salah satu hotel di Penang dengan fasilitas terbaik yang per­nah saya kunjungi.

Usai beristirahat sejenak, rom­bongan langsung dibawa ke daerah Jelutong, George Town tepat di de­pan Fisherman's Wharf, meng­hadap ke dermaga. Cuaca agak te­rik yang dipadu dengan angin laut, cu­kup membuat gerah. Setiba di sana, kami langsung disambut Miss Lim, peda­gang durian yang me­mang sudah menyiapkan ratu­san duriannya untuk kami santap bersama.

"Mari coba, semua untuk di­makan," katanya ramah dalam ba­hasa Melayu. Miss Lim membuka satu persatu durian di kiosnya. Tak sebesar Ucok Durian Medan, me­mang. Tapi soal rasa, jangan dita­nya. Ia memperkenalkan jenis-je­nis durian yang ia buka.

"Ini Mulut Buaya, manis," kata­nya sembari menawari. Seke­jap, satu durian habis. Miss Lim mem­buka buah lainnya. Ia perkenalkan jenis yang lain.

Di sini, setiap durian dikla­si­fika­sikan dan diberi nama. Unik­nya, setiap nama punya rasa dan ciri khas sendiri. Seperti Musang King, Ochee, Hor Lor, D14, D15, Ganja, Ang Hae, Red Prawn dan lain­nya. Semua memiliki ciri khas rasa sendiri.

Musang King misalnya, ber­bentuk memanjang dengan duri ta­jam dan kulit ber­­warna hijau ke­co­k­latan, memili­ki tek­stur isi yang lem­but dan crea­my. Rasanya ma­nis dan sedikit ha­rum. Sedang­kan Ochee memiliki bentuk bulat de­ngan kulit hijau keabu-abuan, da­ging buahnya ber­warna kuning pu­cat dengan tekstur padat dan lem­but dengan rasa agak pahit.

Ang Hae jadi fa­­vorit saya, de­ngan bentuk oval memanjang dan duri-duri pendek, memiliki da­ging buah yang tebal dan kuning terang, tekstur dagingnya lembut dengan ra­sa manis dan creamy.

Tak terasa, entah berapa buah du­rian ludes di lahap rombongan yang berjumlah sekitar dua pulu­han orang tersebut. Meski pun sebe­narnya Miss Lim masih punya puluhan durian lagi. Tapi memang sengaja, agenda penyantapan du­rian hari ini sedikit di tahan, se­bab besoknya, Miss Lim me­ngun­dang kami untuk berkunjung dan makan durian se­puasnya di kebun du­rian miliknya di daerah Balik Pulau.

Dari kebun

Esoknya, dari hotel menuju Balik Pulau me­makan waktu lebih ku­rang satu jam. Perja­lanan lancar sampai tiba di ke­bun durian. Seluas mata memandang, ha­nya ada po­hon durian, beberapa pohon mang­­gis dan rambutan. Di po­hon yang tinggi, di­pasang jaring, agar jika buah durian jatuh tidak langsung ter­hempas ke tanah.

Kebun Miss Lim me­­merlukan "per­jua­ngan" yang lebih untuk di­tem­puh. Kami harus berganti moda trans­portasi dari mini bus ke jeep atau mobil dua gardang. Perjalanan me­nanjak dan berliuk. Miss Lim sen­diri yang menjemput kami dan mengen­darai mobil bak terbuka miliknya.

"Ini kebun yang ditanam oleh orangtua kami sejak 30 tahun lalu," katanya singkat di temani sua­minya, A Han dan anak-anaknya. Miss Lim tidak banyak menjelas­kan, ia lebih giat mengupas tiap du­rian untuk kami.

"Brakk," terdengar suara buah durian jatuh. Saya teringat salah satu episode animasi Upin dan Ipin yang bercerita tentang menunggu durian jatuh dari pohon. Ternyata sensasinya luar biasa. Kami pun memperhatikan di mana buah itu jatuh dan berebut mengambil. Buah itu langsung saja dibuka dan disan­tap langsung di bawah pohonnya.

Kebun yang sangat lebat sampai hampir-hampir menyerupai hutan itu memberikan pengalaman me­nyantap durian yang lebih nikmat. Selain menyantap durian, juga di­selingi dengan memetik sen­diri buah manggis dan rambutan. Nah, bia­sanya kita dilarang untuk ma­kan du­rian dan manggis bersa­maan, ter­nya­ta di sini orang-orang me­nyan­tap­­nya bersamaan, tandem, istilahnya.

Puas menikmati sang raja buah langsung dari kebunnya. Kenikma­tan dari setiap jenis durian begitu terasa. Beda jenis, beda rasa, beda tekstur. Yang menarik adalah, saya sen­diri bukanlah penggemar buah durian. Bahkan saya tak suka du­rian. Perjalanan saya ke tempat ini bagai ketidaksengajaan, saya be­rangkat tanpa tahu agenda un­da­ngan. Tapi setiba di lokasi dan men­cicipi masing-masing jenis durian, saya benar-benar merasa menikma­ti­nya. Ini bahkan jadi pengalaman pertama saya menyantap durian se­begitu banyak.

"Di sini, mereka pandai menge­mas penjualan durian dengan me­namai durian-durian yang ada. Ber­beda dengan di Indonesia, yang hanya dibedakan berdasarkan rasa," ujar Jennie dari Jess&Co yang memimpin rombongan penikmat durian.

Pengklasifikasian jenis durian itu menjadi daya tarik tersendiri. De­­ngan cara itu, mereka menjual se­­k­aligus memperkenalkan ke­anekaragaman buah-buahan lokal. Bahkan ada yang menyediakan sen­sasi bermalam di kebun dan meng­ambil durian-durian yang jatuh untuk langsung disantap.

Berkunjung ke Penang atau da­erah penghasil durian di seme­nanjung Malaysia hanya untuk menyantap durian, the king of fruits, sungguh bukan suatu hal yang sia-sia. ***

()

Baca Juga

Rekomendasi