Valuta Asia Tertopang oleh Kestabilan Yuan

Singapura, (Analisa). Sebagian besar mata uang Asia menguat terhadap dolar AS, Rabu (4/7), karena renmibi, penggerak utama mata uang Asia, melonjak setelah mengalami pelemahan selama sebelas bulan berturut-turut. Bank Sentral Tiongkok (PBoC) yakin untuk mempertahankan kestabilan mata uang negara itu dan menjaganya tetap pada tingkat yang “wajar”.

Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang Asia setelah berhasil membukukan kenaikan selama tiga bulan berturut-turut. Pelemahan itu sebagian besar dipicu oleh terbatasnya pergerakan mata uang karena adanya hari libur nasional , Hari Kemerdekaan AS. Selain itu, para investor juga masih menunggu hasil pertemuan Juni Bank Sentral AS (Fed) dan data-data ekonomi negara itu yang masing-masing akan dirilis pada Kamis dan Jumat pekan ini, sebagai validasi prakiraan pembuat kebijakan untuk dua kenaikan suku bunga tahun ini.

Analis mata uang di Commerzbank di Frankfurt, Thu Lan Nguyen mengatakan, pasar masih menunggu dan melihat sentimen risiko yang lemah. Namun, mata uang Negeri Paman Sam itu diperkirakan akan tertopang berkat adanya indikasi penaikan suku bunga oleh Fed sebanyak dua kali lagi untuk tahun ini.

Di antara sejumlah mata uang Asia, won menguat dengan kenaikan 0,28 persen. Disusul baht Thailand yang menguat 0,27 persen.

Won menguat karena cadangan devisa Korea Selatan melonjak ke rekor tertinggi selama empat bulan beruturut-turut pada Juni 2018 mencapai lebih dari US$400 miliar. Meningkatnya cadangan devisa serta tingkat utang dan pengeluaran valuta asing yang moderat dalam perdagangan luar negeri mendukung penguatan stabilitas ekternal negara itu.

Sung Yun-mo, komisioner dari Kantor Kekayaan Intelektual Korea (KIPO) mengatakan, status terkemuka Korea Selatan di sektor properti intelektual diproyeksikan juga akan berfungsi sebagai alat yang tak tergantikan dalam mencapai visi ekonomi negara itu, seperti pertumbuhan inovatif, penciptaan lapangan kerja, dan pesanan pasar yang adil. Menurutnya, kecepatan perkembangan Korea Selatan dalam aset intelektual tidak berwujud telah melampaui pertumbuhan ekonominya.

Baht menguat karena votalitas mata uang negara itu masih tinggi. Gubernur Bank Sentral Thailand (BoT), Veerathai Santiprabhob mengatakan, votalitas baht diproyeksikan akan tetap tinggi di masa mendatang didorong oleh kebijakan moneter yang diperketat di negara maju. Menurutnya, fundamental ekonomi Thailand yang kuat sebagai pendukung ketahanan utama terhadap kekhawatiran ekonomi negara itu.

Kestabilan valuta asing saat ini memengaruhi uang dan pasar modal di seluruh dunia, namun Negeri Gajah Putih itu tidak khawatir jika valuta asing berada dalam kondisi yang kurang baik karena memiliki cadangan devisa yang tinggi. Cadangan internasional Thailand saat ini kuat dengan 3,5 kali utang jangka pendek. Utang utang asing berdenominasi terhadap sebagian kecil dari PDB negara itu serta sektor publik dan swasta.

Rupiah menguat pada Rabu karena adanya sinergi kerja sama beberapa lembaga keuangan Indonesia untuk meredam gejolak pelemahan rupiah. Sebelumnya pergerakan rupiah tidak kunjung membaik di tengah harapan adanya perlawanan pasca dinaikkannya suku bunga acuan Bank Indonesia. Di sisi lain, pergerakan dolar AS cenderung terapresiasi di tengah sikap pelaku pasar yang kembali memburu dolar AS menjelang dirilisnya data-data ekonomi AS dan hasil pertemuan Juni The Fed pada Kamis pekan ini.

Analis Senior CSA Institute Reza Priyambada di Jakarta pada Rabu mengatakan, adanya penjelasan dari Menkeu, Sri Mulyani, terkait sinergi kerja sama antara Pemerintah Indonesia, OJK dan lembaga keuangan lainnya untuk meredam gejolak pelemahan rupiah tampaknya mulai direspon oleh pelaku pasar. 

Pada awal perdagangan rupiah dibuka pada level 14.375

Pada pukul 10.00 rupiah berada pada level 14.360

Di akhir perdagangan rupiah berada pada tingkat 14.347, menguat dari 14.375 level sebelumnya. 

Kurs terakhir berbagai mata uang Asia terhadap dolar AS, tercatat sebagai berikut:

Dolar Singapura: 1,363, naik dari 1,371

Dolar Taiwan: 30,53, naik dari 30,62

Won Korea: 1115,60, naik dari 1123,30

Baht Thailand: 33,11, naik dari 33,26

Peso Pilipina: 53,35, naik dari 53,48

Rupee India: 68,52, naik dari 68,86

Ringgit Malaysia: 4,044, naik dari 4,047

Yuan Tiongkok: 6,628, naik dari 6,704.

Di Tokio, yen melemah terhadap dolar AS pada Rabu karena anggota Dewan Bank Sentral Jepang (BOJ), Yutaka Harada, menolak untuk menaikkan suku bunga dengan cepat karena dikhawatirkan dapat merusak lembaga keuangan negara itu, namun dia mencatatkan bahwa BoJ akan secara bertahap keluar dari stimulus krisis. Menurutnya, bank sentral perlu memeriksa baik biaya maupun manfaat dari kebijakan easy-money. 

Dolar AS terakhir tercatat 110,46 yen, melemah 0,1 persen dari level sebelumnya.

Di London, euro melemah terhadap dolar AS pada Rabu karena lemahnya kepercayaan manajer pembelian pada aktivitas bisnis dan meningkatnya kekhawatiran menjelang batas akhir pemberlakuan tarif impor Tiongkok oleh Presiden AS Donald Trump. Hal ini berdampak pada berkurangnya daya tarik bagi para investor dipicu ketidakpastian ekonomi. 

Euro melemah karena para investor enggan untuk berinvestasi dan mengambil posisi besar. Terbatasnya pergerakan mata uang tidak hanya dipicu oleh adanya Hari Libur Nasional Kemerdekaan AS namun juga masih menunggu kejelasan terkait perselisihan perdagangan yang meningkat antara AS dan Tiongkok dan dikahwatirkan Eropa akan terkena dampaknya.

Yen Jepang: 110,47, turun dari 110,70

Franc Swiss: 0,9923, turun dari 0,9929

Dolar Kanada: 1,3144, turun dari 1,3149

Sterling terhadap dolar: 1,3209, naik dari 1,3177

Euro terhadap dolar: 1,1643, turun dari 1,1645 

HARGA EMAS

Di Comex New York, harga emas menguat pada pembukaan Rabu.

Kontrak Agustus 2018 diperdagangkan pada level $1.257,20 per ounce, naik $0,30.

Harga spot kitco pada pukul 13.53 GMT (20.53 WIB) tercatat $1.256,00 per ounce, naik 0,30 persen.

Di London, harga emas menguat pada Rabu ke level tertinggi satu pekan setelah mengalami pelemahan tujuh bulan. Penguatan harga emas didukung oleh melemahnya dolar AS karena Libur Kemerdekaan dan masih meningkatnya ketegangan perang perdagangan AS-Tiongkok, namun penaikan suku bunga Fed masih membatasi prospek kenaikan harga emas.

Di London, harga emas $1.255,21 per ounce, menguat 0,2 persen dari penutupan sebelumnya di New York.

Harga perak tercatat $15,98 per ounce, naik 0,1 persen dari penutupan sebelumnya.

Di Singapura, harga emas menguat ke level tertinggi satu pekan setelah berada di level terendah tujuh bulan Rabu, berkat rendahnya permintaan terhadap logam kuning AS.

Di Singapura, harga emas $1,260.06 per ounce, menguat 0,6 persen dari penutupan sebelumnya di New York.

Di Tokio, kontrak benchmark Juli 2018 mencapai 164.5 yen per gram, melemah 0,9 dari penutupan sebelumnya. (Rtr/AP/AFP/ant/htb)

()

Baca Juga

Rekomendasi