Empat Dimensi Tercermin Ketika Berkurban di Idul Adha

Analisadaily (Medan) - Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Utara, Eko Subowo, menyampaikan rasa syukur dan bahagia setelah melaksanakan Salat Idul Adha bersama ribuan warga Kota Medan dan sekitarnya di Lapangan Merdeka Medan, Rabu (22/8) pagi.

"Alhamdulillah pagi ini kita dapat melaksanakan Salat Idul Adha 1439 Hijriah. Karena cuaca kali ini cukup menyenangkan. Kita juga diperintahkan untuk berkurban karena Allah sudah memberikan nikmat kepada kita yang sangat banyak," kata Eko yang hadir bersama Walikota Medan, Dzulmi Eldin, dan Sekdaprov Sumut, Sabrina.

Menurut Eko, makna berkurban bisa diambil dari manfaat yang terdapat dalam pelaksanaan serta peruntukannya.

"Khususnya bagi diri sendiri, lingkungan dan masyarakat serta pemerintahan, dengan harapan kehidupan akan menjadi lebih baik dari sekarang," ucapnya.

Sementara dalam khutbahnya, Khatib Salat Id di Lapangan Merdeka Medan, Zulheddi, menyampaikan pesan bahwa dalam istilah semangat pengorbanan (tadhiyah), ada empat ungkapan dimensi yang kesemuanya mencerminkan pemaknaan yang sama.

"Pertama adalah dimensi syiar yang dalam perayaan Idul Adha seorang pemilik kemampuan secara ekonomi penting untuk mengorbankan sesuatu untuk dipersembahkan kepada Allah SWT, sebuah anjuran yang ditegaskan Rasulullah SAW. Sehingga bagi yang mampu namun tidak berkurban, maka tidak ada kepentingan untuk ikut serta di dalam syiar ini," ujar Zulheddi.

Dimensi berikutnya yakni ritual atau ibadah. Hal ini berkaitan dengan penyerahan diri sepenuhnya kepada Sang Khalik dan menerima segala perintah-Nya. Sebagaimana dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS yang ikhlas mengorbankan anaknya sendiri demi menjalankan perintah Allah SWT.

"Dimensi ketiga adalah syukur, dimana hakikat dari berkurban adalah ungkapan rasa syukur atas nikmat dan karunia yang diberikan Allah SWT. Mensyukuri nikmat Allah dengan berbagi nikmat kepada orang lain seperti berkurban," ungkap Zulheddi.

Sementara yang terakhir adalah dimensi sosial. Pada konteks ini ada pengertian kurban dari bahasa Arab 'qa-ra-ba' yang berarti dekat. Hakikatnya adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjaga kedekatan dengan manusia.

Sekdaprov Sumut, Sabrina, mengajak seluruh masyarakat Sumut, khususnya umat muslim yang mampu agar menyisihkan rezeki dari Allah kepada yang kurang mampu. Menurutnya rezeki telah diberikan kepada manusia setahun penuh, termasuk berupa kesehatan.

"Bayangkan bila kita sakit, berapa biaya yang harus dikeluarkan. Maka itu, marilah kita menyisihkan sebagian rezeki dari Allah untuk bisa berbagi kepada saudara-saudara kita yang kurang beruntung dibanding kita sambil menjalankan dakwah dan Syiar," ujar Sabrina.

(JW)

Baca Juga

Rekomendasi