Kualasimpang, (Analisa). Padi di areal persawahan yang baru berbuah muda “diserbu” gerombolan hama burung. Akibatnya, para petani seharian harus berada di sawah agar buah padinya tidak ludes dimakan burung.
“Dari pagi hingga menjelang Magrib kami mesti jaga padi, kalau tidak dijaga ya, bisa habislah,” tutur Ibrahim (35) seorang petani di Desa Paya Raja, Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang kepada Analisa, Kamis (23/8) sore.
Dikatakan, ketika padi sudah berbuah, yang menjadi momok petani adalah hama burung dan tikus. Namun tahun ini hama yang paling mengganas adalah burung. “Hama tikus dan wereng agak kurang, yang ganas hama burung tahun ini, banyak burung di sawah,” akunya.
Diungkapkan, setiap hari burung jenis manyar dan emprit selalu memakani padi. Kendati telah diusir berkali-kali tapi burung-burung itu balik lagi, terbang pindah dari sawah satu ke sawah lainnya.
Hal itu akan berdampak kepada turunnya produksi padi ketika panen. Selain itu, pertumbuhan rumpun padi juga rusak akibat diacak-acak burung. “Jika dibiarkan para petani bisa mengalami gagal panen,” ungkapnya.
Kekurangan air
Ibrahim mengaku memiliki lahan sawah seluas 13 rante atau sekitar setengah hektare. Umur padinya sudah mencapai dua bulan jelang panen. Namun, sebagian besar pertumbuhan padi di Paya Raja pada musim tanam gadu kali ini kurang bagus, dikarenakan faktor kekurangan air. “Memang rata-rata kurang bagus padinya, karena kurang air di sini,” ujarnya.
Hal senada dikatakan petani lainnya, Harmiadi alias Loyang. Dia merasa tidak puas melihat pertumbuhan padi miliknya, karena kurang pasokan air. “Kalau cukup air, biasanya padi di sini panennya paling bagus se-Aceh Tamiang,” kata Loyang.
Disebutkan, petani sawah di Kabupaten Aceh Tamiang termasuk petani Desa Paya Raja umumnya selalu mengandalkan air hujan baru bisa turun ke sawah. Meski tersedia sumber air sumur bor, tapi debitnya tidak mencukupi kebutuhan petani di desa tersebut. Tak heran, setiap tiba musim tanam, petani selalu kelabakan mencari air untuk dimasukan ke sawah.
Saat ini harapan petani masih mengandalkan air hujan. Hamparan sawah sejauh mata memandang tanpa irigasi. “Ada juga air sumur bor, tapi kalau terlalu banyak pasokan air tanah pertumbuhan padi juga tidak bagus,” ungkapnya. (dhs)