Oleh: Dr. Haposan Sialllagan, SH, MH
MASA depan sebuah bangsa sangat tergantung pada anak-anak mudanya. Semakin cerdas anak-anak mudanya ini merupakan modal dasar dan modal utama dalam membangun sebuah peradaban bangsa. Wajar saja dalam benak pikiran bangsa Amerika Serikat selalu mengatakan “long life education”. Bagi bangsa Amerika belajar tidak pernah tamat, karena mereka memahami pendidikan bukan hanya pendidikan formal semata. Bukan seperti negara kita yang hanya menjalankan pendidikan formal dan setelah tamat dan seolah-olah sudah selesai. Padahal sejatinya selama hayat masih di kandung badan, kita harus terus belajar. Pengalaman hidup itu juga adalah sebuah pembelajaran maha penting sebagai bahan evaluasi untuk melangkah kedepan dengan “planning” yang lebih baik.
Tatkala pola rekrutmen di perguruan tinggi negeri sudah selesai melalui jalur undangan SNMPTN, SBMPTN, jalur mandiri dan lain sebagainya, tentu daya tampungnya sangat terbatas. Sementara ‘animo masyarakat’ kita untuk kuliah di perguruan tinggi sangat tinggi. Langkah selanjutnya solusinya adalah PTS. Masalahnya, bagaimana memilih PTS yang sehat, tepat dan baik. Saat ini di lingkungan Kopertis yang namanya sudah berubah menjadi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 DIKTI) istilah PTS sehat sering kita dengar. Bahkan dalam setiap acara wisuda Prof. Dr. Dian Armanto selalu menyebut istilah PTS sehat bagi kampus yang didatanganinya dengan kriteria tertentu. Tentu Prof. Dr. Dian Armanto tidak sembarangan menyebut PTS sehat. Ada alat ukur yang digunakan dan semuanya terukur sesuai dengan atutan Kemristek Dikti.
Sebagai mahasiswa yang tidak punya kesempatan untuk kuliah di PTN, PTS bisa jadi solusi. Mengingat mutu PTS kita saat ini di Sumut sudah mulai baik dan semua PTS melakukan pembenahan. Saat ini kami di lingkungan Universitas HKBP Nommensen berkat arahan Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 DIKTI) selalu melakukan apa yang jadi arahannya sebagai upaya meningkatkan mutu lulusan di lingkungan kami. Saat ini semua S1 di UHN sudah terakreditasi “B” dan AIPT nya juga “B”. Ini tentu sebuah indikator PTS sehat dan selalu mengikuti apa yang jadi arahan dan aturan dari Kemenristek Dikti sebagai acuan semua PTN dan PTS.
Untuk itu, para calon mahasiswa/mahasiswi yang rata-rata sudah bisa mengaktifkan internet atau sudah menjadi generasi melek internet, akses informasi bukanlah sesuatu yang sangat sulit. Untuk itu, tidak ada alasan mahasiswa baru yang disebut generasi milenial sekarang tidak bosan mengakses informasi. Bahkan PTS pun saat ini sudah menggunakan Penerimaan Mahasiswa Baru Online (PMBO), seperti yang dilakukan di UHN, walaupun masih bisa dengan cara manual.
Kembali kepada bagaimana memilih PTS yang sehat atau PTS yang baik agar mahasiswa kelak nyaman dan aman, serta mampu beroleh pengetahuan yang memadai dengan suasana akademik yang mendukung? Ada beberapa hal yang musti menjadi bahan pertimbangan bagi calon mahasiswa sebelum menjatuhkan pilihannya pada PTS. Pertama, lihat Akreditasi Prodi yang bakal dipilih. Saat ini semua kampus pasti punya website dan semua bisa nampak di internet. Dengan menggunakan fasilitas google semua bisa nampak. Sekarang PTS tidak bisa lagi berbohong. Kemudian mana kategori PTS yang sehat bisa dilihat di Website L2 Dikti. Artinya, informasi mengenai Akreditasi bukan hal yang asing dan bisa kelihatan dalam hitungan detik. Saran saya, pilihlah PTS yang akreditasinya minimal “B”. Kategori B adalah kategori baik. Akreditasi C tidak lagi diterima kelak untuk jadi PNS. Saat ini di Departemen yang diminta minimal B, bahkan harus A.
Yang menjadi masalah, mahasiswa harus diberikan pemahaman apa itu Akreditasi ini. Akreditasi ini adalah alat bagi pemerintah melakukan evaluasi bagi semua Prodi baik di PTN atau PTS apakah mereka melakukan tridarma perguruan tinggi dengan baik dan benar. Untuk mendapat Akreditasi B misalnya, syaratnya sangat ketat dosen di Prodi minimal 6 dan harus S2, itupun tergantung jumlah mahasiswanya. Dosennya melakukan penelitian dan pengabdian sebagai wujud nyata tridarma pergurtuan tinggi. Punya gedung sendiri dan fasilitas yang lengkap. Punya Peraturan Pokok Akademik dan masih banyak item yang lain yang mendukung proses pembelajaran yang baik dan benar. Dari sini dapat kita lihat, PTS yang sehat adalah PTS yang melakukan proses pembelajaran dengan baik dan benar.
Fakta mengatakan, banyak PTS yang mengontrak gedung. Dapat kita bayangkan suatu saat kampus itu bisa berubah menjadi showroom mobil atau plaza karena kontraknya habis. Kampus yang permanen sangat penting karena gedung milik sendiri dan suatu saat jika melegalisir ijazah misalnya lebih mudah. Untuk itu, pertimbangkan Akreditasi Prodi yang bakal dipilih minimal B karena akreditasi yang baik (B, A) adalah sebuah gambaran betapa PTS itu melakukan tridarma perguuan tinggi dengan baik dan benar.
Kedua, lihat reputasi dan prestasi kampus tersebut. Misalnya siapa saja alumni yang terkenal. Dengan demikian setelah tamat alumni ini bisa jadi jaringan untuk mencari kerja. Saat ini akses informasi sangat cepat. Apa saja yang menjadi prestasi kampus bisa kita lihat di internet. Kalau prestasi mahasiswanya hebat seperti juara debat hukum, lolos Penelitian Kreativitas Mahasiswa (PKM), atau juara lomba pidato Bahasa Inggris, pilihlah kampus tersebut karena proses belajar yang baik terlaksana dengan baik.
Ketiga, lihat latar belakang pendidikan dosennya. Semakin banyak dosennya bergelar S3 maka ini membuktikan bahwa kampus tersebut sangat serius dalam membangun kampus tersebut. Ini adalah sebuah gambaran betapa kampus tersebut punya visi besar kedepan untuk membangun dunia pendidikan. Saat ini PTS yang baik pasti membuat website yang bagus dan informasi yang benar. Jika kampus tidak punya website yang baik dan benar maka jangan pilih kampus tersebut.
Tidak bisa kita pungkiri, banyak PTS yang hanya mengejar keuntungan tanpa mau melakukan investasi perbaikan kampus (fasilitas pendukung). Padahal PTS itu juga milik publik karena ijinnya dari negara. PTS harus jujur dalam melakukan promosi dan jangan membohongi mahasiswa. Saat ini akses informasi sangat cepat berkembang. Tidak ada gunanya melakukan promosi dengan kebohongan.
Penutup
Saran saya, pilihlah PTS yang sehat., indikator PTS yang sehat sudah jelas di atas. Saat kita belum punya kesempatan kuliah di PTN masih ada PTS. Saat ini hak dosen PTN dan PTS sudah sama. Artinya, PTS banyak juga yang bermutu. Untuk itu, selektiflah memilih PTS karena salah pilih berarti fatal. Pilih Prodi yang sesuai dengan kompetensi dan bakat anda karena disanalah bakat anda di asah dan dikembangkan. Jika berbakat mengenai Akuntansi pilih prodi Akuntansi.
Begitu juga selanjutnya. Jangan terbuai dengan promosi PTS yang terlalu membesar-besarkan diri. Semua yang dikemukakan PTS bisa anda lihat di internet karena akses informasi saat ini bukan lagi sesuatu yang mahal. Selamat memilih PTS yang sehat dan baik. ***
Penulis adalah: WR I Universitas HKBP Nommensen Medan dan Dosen Tetap FH UHN