Bersahabat dengan Alam

Oleh: Juandi Manullang

BERSAHABAT seringkali dimaknai hanya terhadap sesama teman, keluarga dan orang terdekat saja, tetapi ada yang termasuk penting yaitu bersahabat dengan alam. Meskipun alam tidak bisa berbicara dan mende­ngar suara kita, tetapi alam dapat merasakan tin­dakan manusia yang meme­lihara maupun merusaknya. Sebagai contoh, bagaimana banjir yang sering melanda negara kita baru-baru ini.

Kondisi itu dikarenakan ke­salahan manusia itu sendiri yang bertindak merusak alam yaitu hutan. Caranya dengan menebang pohon di hutan dan membuang sampah semba­rangan, sehingga po­hon menjadi gundul, dan air pun meluap. Akibatnya banjir mengancam dan memakan korban jiwa. Tindakan terse­but membuat alam menjadi murka kepada manusia, se­hingga timbul bencana.

Dari data yang dikumpul­kan, pada tahun 2016 terjadi 2.342 bencana. Jumlah ini, menurut Sutopo Purwo Nug­roho selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, merupakan yang ter­tinggi sejak pencatatan keja­dian bencana pada 2002. Bahkan, jika dibanding de­ngan jumlah bencana pada 2015, peristiwa bencana ta­hun ini meningkat 35%.

Dari jumlah tersebut, se­banyak 92% bencana tahun ini adalah bencana hidro­me­teorologi yang didominasi oleh banjir, longsor dan puting beliung. Selama 2016 terjadi 766 bencana banjir, 612 longsor, 669 puting be­liung, 74 kombinasi banjir dan longsor, 178 kebakaran hutan dan lahan, 13 gempa, tujuh gunung meletus, dan 23 gelombang pasang dan abrasi. Dalam peristiwa itu 522 orang tewas dan hilang, 3,05 juta jiwa meng­ungsi, 2.311 unit fasilitas umum dan 69.287 unit rumah rusak, (9.171 rusak berat, 13.077 rusak sedang, 47.039 rusak ringan).

Mengenal Alam

Bencana alam masih terus mengancam kehidupan ma­nu­sia, terutama banjir dan longsor merupakan. Dari itu, marilah kita pahami apa yang membuat alam marah dan mengamuk.

Apakah alam ingin mem­bumihanguskan manusia? Atau apakah alam sudah bosan akan tindakan buruk dari manusia?. Semua itu kita yang menjawab dan meref­leksikannya masing-masing dalam pikiran dan keseha­ri­an. Bagi penulis, semua ini karena tingkah laku manusia itu sendiri yang tidak pernah bosan dan berhenti meng­gang­gu serta merusak alam.

Alam diciptakan untuk tem­pat bersinggah dalam mengarungi sebuah kehidup­an di bumi dan tempat me­nik­mati indahnya ciptaan Tu­han. Namun, ada tangan-tangan jahil yang salah me­manfaatkan alam yang indah ini sebagai tempat bersinggah dan menikmati sebuah karu­nia tersebut. Tangan-tangan jahil itu dengan sesuka hati memberangus hutan dan se­gala isinya demi sebuah ma­te­ri dan kesenangan duniawi.

Baginya kesenangan dan materi adalah yang utama atau sering disebut dengan hedonisme. Sikap seperti itulah yang dikatakan serakah atau ingin menang sendiri. Si tangan-tangan jahil itu tidak tahu untuk apa alam disiap­kan dan diciptakan oleh yang Maha Kuasa.

Oleh karena itu, saatnya mengerti dulu tentang alam, baiknya kenali dulu alam, seisinya dan manfaat dari alam itu. Bukan menjadikan alam sebagai alat memper­ka­ya diri sendiri, alat komer­siali­sasi atau privatisasi.

Berkaitan dengan itu, kita pasti pernah diajak oleh te­man, saudara, organisasi atau keluarga berwisata di suatu tempat wisata yang indah dan belum terjamah oleh manu­sia. Penulis juga pernah mengalaminya ketika berwi­sata maupun camping dengan sahabat dan keluarga untuk mengenali alam lebih dekat. Saat itu, penulis turun ke da­lam sebuah hutan, melihat indahnya alam ciptaan Tuhan yang sungguh indah.

Disana dikenali bahwa alam itu sangat sejuk, alam itu sangat bersahabat jika di­rawat dan alam itu membuat seseorang tak bisa melupa­kan­nya. Saat itu pula, kita di­kenalkan bahwa alam itu un­tuk dirawat dan dilestari­kan bukan asal dipergunakan untuk kepentingan semata. Alam itu harus dirasakan pe­lukan kesejukannya dan pe­sonanya yang memukau mata.

Alam yang dirawat de­ngan baik akan menarik para wisatawan mancanegara un­tuk datang dan menikmati­nya, sehingga menghasilkan sebuah devisa bagi negara. Jadi, alam bukan hanya un­tuk dipandang dan dinikmati, tetapi mampu memberikan pemasukan devisa bagi nega­ra demi sebuah kesejahteraan bagi masyarakat. Untuk itu, mari mengenali alam lebih mendalam dan merefleksikan diri untuk mengerti penting­nya alam bagi kehidupan.

Bersahabat dengan Alam

Untuk lebih dekat menge­nali alam, haruslah bersaha­bat dengannya. Bagaimana kita bersahabat dengan sese­orang, saudara maupun ke­luarga, seperti itulah dengan alam. Kalau kita bersahabat dengan seseorang, saudara maupun keluarga pasti me­mi­liki rasa simpati maupun empati saat sedang kesusahan dan saling berbagi dalam ke­senangan. Begitu juga de­ngan alam harus saling ber-simpati maupun ber-empati. Harus mengerti keinginan alam tersebut dan selalu men­jaganya dari tangan jahil.

Ayo sekarang bersa­habat­lah dengan alam. Hin­darkan sikap hedonisme karena itu hanyalah keserakahan. Mari kita menghentikan bencana alam seperti banjir dan long­sor terjadi lagi demi sebuah keamanan dan kenyamanan hidup di negara tercinta ini.

(Penulis adalah alumnus FH Unika ST. Thomas Su­mut, bagian dari Veritas Uni­ka dan OMK ST. Yakobus Sukadono)

()

Baca Juga

Rekomendasi