Oleh: dr. Yulia Ng.
Penyakit Huntington merupakan penyakit genetik yang terjadi bertahap, ditandai oleh gangguan gerak, berpikir (kognitif), dan perilaku atau mental. Penyakit ini pertama kali dikenal dengan nama “chorea” Huntington, yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti “tarian”. Gerakan chorea terlihat sebagai gerakan memutar, membelit, tidak terkontrol dan tidak disadari yang menyerupai gerakan lengan-lengan seorang penari yang memburuk secara bertahap.
Angka kejadian penyakit Huntington di seluruh dunia sebanyak 5-10 kasus per 100.000 orang, namun sangat bervariasi secara geografis akibat etnisitas dan pola imigrasi masa lalu.
Beberapa penduduk terpencil asal Eropa Barat memiliki prevalensi sangat tinggi, termasuk kawasan Lake Maracaibo di Venezuela (700 per 100.000 orang), Pulau Mauritius di Afrika Selatan (46 per 100.000 orang), dan Tasmania (17,4 per 100.000 orang).
Sedang angka kejadian di belahan dunia lainnya lebih rendah, misalnya satu per satu juta orang keturunan Asia dan Afrika. Di Finlandia, Jepang, dan Islandia kurang dari 1 per 100.000 orang.
Penyakit Huntington dapat terjadi pada usia berapapun, namun rata-rata berkisar 25-45 tahun, usia lebih muda dari 10 tahun dan yang lebih tua dari 70 tahun jarang terjadi.
Penyakit ini disebabkan adanya mutasi gen spesifik (Huntingtin gene) pada kromosom ke 4 yang menyebabkan terjadinya replikasi yang berlebihan. Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit Huntington, sekitar 50% mewarisi penyakit ini. Penyakit Huntington dapat terjadi tanpa faktor genetik, sekitar 1-3% kasus tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita Penyakit Huntington.
Tiga gejala khas pada penyakit ini adalah gangguan gerak, berpikir (kognitif), dan gangguan perilaku atau mental. Ketiga mungkin terjadi bersama-sama pada awal penyakit atau satu gejala mungkin mendahului gejala yang lain seiring dengan berjalannya waktu.
Gangguan Gerak
Gejala fisik awal yang paling khas seperti gerakan-gerakan tidak terkontrol, tanpa tujuan dan tiba-tiba disebut chorea. Seiring dengan berkembangnya penyakit, tampak pergerakan seakan-akan seperti menari. Gerakan chorea meningkat dengan rangsangan emosional, hilang selama tidur, dan meningkat pada gerakan volunter/disadari.
Gangguan gerak ini biasanya akan semakin jelas terlihat sekurang-kurangnya 3 tahun. Kesulitan makan juga sering terjadi sehingga menyebabkan penurunan berat badan dan dapat mengakibatkan kekurangan gizi.
Gangguan berpikir (kognitif) merupakan gangguan yang terjadi bertahap dan cenderung memburuk seiring dengan berkembangnya penyakit ini, yang dapat berakhir menjadi demensia.
Gangguan Perilaku
Gejala neuropsikiatri/gangguan perilaku dapat berupa kecemasan, selalu merasa sedih, mudah marah, tampilan emosi yang berkurang (blunted), tidak acuh, menarik diri secara sosial, mania dan perilaku kompulsif. Penderita penyakit Huntington akhirnya mengalami gangguan perilaku yang dapat menjadi sumber utama kecacatan, depresi dengan kecenderungan bunuh diri.
Pemeriksaan laboratorium seperti darah, urin, dan cairan serebrospinal tidak menunjukkan kelainan. Pemeriksaan ini lebih digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosa lain seperti Systemic Lupus Erythematosus (SLR), hipertiroidisme, dan infeksi HIV.
Pemeriksaan menggunakan CT scan dan MRI menunjukkan pembesaran ventrikel dengan karakteristik butterfly appearance dari ventrikel lateralis, hasil dari degenerasi nucleus caudatus. Positron Emission Tomography (PET) scan menggunakan fluorodeoxyglucose menunjukkan hypometabolism di caudatus dan putamen pada penderita Huntington.
Karena penyakit Huntington merupakan pola pewarisan autosomal dominan ada alasan yang kuat untuk dilakukan tes prediksi genetik pada individu yang berisiko. Tes ini dilakukan pada seseorang yang memiliki riwayat penyakit keturunan dalam keluarganya, namun tidak menunjukkan gejala dari penyakit ini.
Diagnosis pasti penyakit Huntington ditegakkan dengan tes genetik dan tes tersebut harus dilakukan oleh seorang konselor genetik. Adanya pengulangan CAG lebih dari 40 kali pada lokus Huntington merupakan diagnosis pasti dari penyakit Huntington.
Kriteria klinis yang saat ini digunakan terdiri dari gangguan motorik dengan atau tanpa gangguan perilaku atau kognitif. Namun, dalam kebanyakan kasus bisa mengalami ketiga gejala tersebut.
Pada dasarnya penyakit Huntington tidak memiliki terapi definitif karena bersifat genetik, terapi yang ada hanya bersifat mengurangi gejala yang berupa gangguan pergerakan, kejiwaan dan suportif.
Terapi non medikamentosa
Terapi non-medis yang dapat dilakukan adalah fisioterapi, terapi bicara, ahli gizi, psikolog, dan dukungan dari keluarga.
Terapi medikamentosa Gangguan pergerakan
Banyak pilihan pengobatan tersedia untuk mengobati gejala dan tanda dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Chorea diobati dengan penghambat dopamin atau agen depleting seperti haloperidol, tetrabenazine.
Gangguan perilaku/mental
Umumnya pasien dengan penyakit Huntington diberikan obat anti depresi seperti fluoxetine.
Prognosis Huntington Disease tergantung kepada repeats frequency CAG (polyglutamine). Semakin banyak jumlah repetisi, semakin cepat progresivitas penyakit ini oleh karena penyakit Huntington adalah penyakit autosomal dominant yang progresif dan fatal.
Kematian mungkin akan lebih cepat terjadi jika dikaitkan dengan gejala depresi yang menimbulkan keinginan bunuh diri pada penderita, baik sebelum diagnosis diperoleh dan ketika penderita penyakit Huntington mulai kehilangan kemandiriannya. Inilah sebabnya penderita penyakit Huntington membutuhkan penanganan gejala, bantuan dan perhatian agar terhindar dari komplikasi yang berujung kematian.