Komunikasi FISIP UMA Adakan Kuliah Umum

Media Pintu Gerbang Iptek Cerdaskan Bangsa

Medan, (Analisa). Media massa salah satu pintu gerbang informasi sekaligus penyebar ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang sangat berarti bagi upaya mencerdaskan bangsa.

Pada saat bersamaan, media massa sebagai pilar keempat yang memiliki kekuatan khusus diharapkan tetap berada dalam koridor etika profesi pers, sehingga informasi yang disajikan tetap sesuai dengan kode etik jurnalistik (KEJ).

Demikian inti dua pembicara dalam kuliah umum yang diiikuti 180  mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Medan Area (FISIP UMA) di Convention Hall Kampus I UMA Jalan Kolam Medan Estate, Rabu (26/9).

Pembicara dalam kuliah umum itu yakni Ketua Dewan Kehormatan (DK) PWI Sumut Drs H Sofyan Harahap dengan topik “Media Massa dan Profesionalisme”. Sedangkan pembicara kedua Sekretaris DK PWI Sumut War Djamil SH dengan topik “Etika Profesi Pers”. 

Tampil sebagai moderator dosen Ilmu Komunikasi FISIP UMA Taufik Wal Hidayat, S.Sos, MAP.

Rektor UMA diwakili Wakil Rektor IV Bidang Kerja Sama Dr Ir Zulhery Noer, MP saat membuka acara tersebut menyatakan kegiatan ini bertujuan, antara lain untuk memperluas wawasan mahasiswa terkait dengan kemajuan media massa. Untuk itu pihak UMA menyampaikan apresiasi kepada DK PWI Sumut yang berkenan mengisi kuliah umum.

Tampak hadir, Wakil Dekan I Bidang Akademik FISIP UMA Beby Mashito Batubara, S.Sos, MAP, Ketua Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UMA Dra Effiati Juliana Hasibuan M.Si serta beberapa dosen di lingkungan FISIP UMA.

Profesional

Media arus utama menyampaikan informasi yang benar. Masyarakat hendaknya berlaku cerdas dalam menghadapi informasi bohong (hoax) yang disebarkan oleh media sosial (medsos).

“Yang ada dalam medsos itu tergolong informasi, belum terverifikasi kebenarannya. Sedangkan sajian media massa (pers) adalah berita. Jadi bacalah dengan teliti, klarifikasi kebenarannya serta verifikasi dengan cara membandingkan berita dari sumber yang berbeda,” ucap Sofyan.

Pada hakikatnya peran dan fungsi pers yaitu melayani masyarakat. Itu dijabarkan melalui beragam karya jurnalistik. Dan terkait perubahan di dunia terutama tingkat kritis pembaca, maka menjadi kewajiban pers meningkatkan kualitas diri dan karya jurnalistik.

“Untuk itu, wartawan harus profesional agar tetap eksis di tengah membanjirnya informasi saat ini,” ungkapnya.

Etika pers

Menurut War Djamil, hal prinsip bagi wartawan dan media untuk taat pada etika profesi pers. Secara umum mengacu pada kode etik jurnalistik (KEJ) adalah cerminan pelaksanaan etika tersebut.

Harus diingat dalam era reformasi yang begitu mencuat di dunia, konsistensi pada etika profesi memang mutlak. Publik yang begitu cerdas juga menginginkan sajian media yang akurat. Tetapi yang utama, publik mendambakan pers yang tidak menyimpang dari kode etik.

Pada bagian lain diutarakannya, jurnalisme berbasis hak asasi manusia (HAM) yang kini dikembangkan dalam jurnalisme mancanegara, hendaknya digarisbawahi segenap media massa di Indonesia.

“Terus terang. Jika media dan wartawan berpedoman pada etika profesi pers, jelas sebagai proteksi kepada insan pers sekaligus publik. Proteksi bagi pers dan terhadap publik ini sangat penting. Kalau proteksi ini tetap terwujud, tentu sajian media dapat diterima publik termasuk kritik setajam apapun. Begitu pula publik, tentu tidak melakukan tindakan kriminalisasi terhadap pers,” ucap War Djamil yang juga Wapemred “Analisa” ini.

Acara yang diisi tanya jawab itu diakhiri dengan penyerahan piagam dari FISIP UMA kepada pemateri dan piagam dari DK PWI Sumut kepada FISIP UMA serta sertifikat kepada seluruh peserta yang hadir. (twh)

()

Baca Juga

Rekomendasi