• Oleh: Gigih Suroso
“Dan Rabbmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina”
Kita yang merasa hidupnya selalu dalam kesulitan, dililit hutang, mengalami kegagalan dan sulit mendapatkan kebahagiaan padahal telah berusaha sekuat tenaga, ada hal lain yang mungkin kita lupakan. Itulah doa. Padahal Rasulullah telah mengingatkan bahwa doa adalah senjatanya orang mukmin.
“kenapa doaku tidak pernah terkabul” sebelum menghakimi Allah, mari kita intropeksi, sudah pahamkah kita dengan makna dan tujuan dari doa itu apa. Doa adalah media manusia untuk berkomunikasi dengan Rabb-Nya, maka jika ada orang yang tidak pernah berdoa, sesungguhnya dia telah menghilang Allah dalam hidupnya, padahal bagaiman bisa seorang hamba memutuskan hubungan dengan penciptaannya.
Doa menjadi senjata, sebab ketajaman doa lebih dari pedang, dia bisa menembus tebalnya lapisan langit, kerasnya hati dan sulitnya hidup. Doa lebih runcing dari tombak dan bambu runcing mana pun, ia bisa melenturkan yang keras, menundukkan yang patuh, tentunya atas izin Allah. Sejarah telah menguji bagaimana doa menjadi senjata pasukan muslim dalam melawan tentara musuh.
Begitu pula Nabi Yunus, saat berusaha keluar dari perut ikan, beliau berdoa kepada Allah dengan penuh kerendahan hati kepada Allah, hingga akhirnya bisa terbebas. “ Dan Dzun Nun (Nabi Yunus) saat ia berada di perut ikan adalah: “ Bahwa tidak ada Rabb yang berhak diibadahi selain Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang yang dzholim’ (QS. Al-Anbiyaa’)
Tidak Ragu
Dalam kitab Ad-daa’ wa addawa’ termaktub bahwa Al-Hakim meriwayatkan dalam Shahihnya dari A’isyah ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda: “ Sikap waspada tidak mampu menolak takdir. Doa akan memberikan manfaat kepada hal-hal yang telah terjadi dan yang belum terjadi. Pada saat musibah itu turun, do’a segera menghadapinya. Keduanya lantas saling bertarung hingga datangnya hari kiamat”
Namun apa sebabnya kita yang sering berdoa ini merasa doanya tidak dikabulkan Allah. Sejatinya tidak ada doa yang tidak dikabulkan, janji Allah pasti adanya, semua doa pasti dikabulkan, hanya kita saja yang luput untuk memperhatikan bagaimana cara Allah mengabulkannya, tentu Allah akan memberikan apa yang menurut cara-Nya bukan yang kita inginkan.
Pengabulan doa tentu beragam caranya, tidak melulu kita berdoa agar kaya, lalu kekayaan itu datang tiba-tiba, tanpa ada usaha sebagai bentuk prosesnya. Tidak juga kita berdoa diberikan rezeki, lalu rezeki itu datang dalam bentuk uang. Ingatlah bahwa setiap hembusan, dan kesehatan adalah rezeki yang paling mahal harganya.
Tidak ada doa yang tidak dikabulkan selama doanya adalah kebaikan, maka kita pun harus memilih dan memilah doa. Bukan sebab Allah tak paham maksud kita, hanya saja berdoa pun harus ada adabnya. Kita terlalu sering berdoa untuk urusan dunia, agar dibanyakkan rezekinya, minta mobil, minta lulu perguruan tinggi negeri, dan minta jodoh semua dalam rangka memenuhi kebutuhan dunia. Padahal bisa jadi karena itu Allah mengabulkan doa kita dengan cara mengganti, diganti semua dengan nikmat akhirat, misalnya dilimpahkan keluangan waktu untuk belajar agama.
Kita sering berdoa, namun ragu dengan permohonan kita, atau bahkan pada Allah. Ragu tidak dikabulkan. Mirisnya jika beranggapan kalau doa itu adalah lampu aladin, sekali usap, ajukan permintaan maka langsung dikabulkan. Bayangkan betapa repotnya jika kita minta mobil, lalu Allah langsung kabulkan dengan menjatuhkan mobil dari langit.
Doa adalah Ibadah
“Doa adalah ibadah” (HR. Tirmidzi) sungguh merugilah kita yang berhenti berdoa hanya karena merasa lelah. Merugilah kita yang tidak mau berdoa sebab merasa doa tak kunjung dikabulkan Allah. Padahal pada setiap kata tersusun yang dimohonkan kepada Allah bernilai ibadah. Begitu mudahnya mencari pahala itu, berdoa kita pun dinilai ibadah.
Bisa jadi Allah sangat senang kita mengeluh, mengadu dan merasa rendah dihadapi-Nya, itu sebabnya Allah menunda sebentar pengabulan doa kita. Bukan karena Allah tidak suka, sebab bisa jadi doa itu sendiri lebih besar disisi Allah pahalanya dari pada pengabulan doanya. Kita sering terjebak, hidup di dunia yang serba instan, lalu doa pun begitu, kita ingin hari ini berdoa, besok dikabulkan.
Dari Aisyah , ia berkata bahwa Rasulullah pernah bersabda, “ Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang terus-menerus mengulang-ulang ketika berdoa” sebagaimana pula dalam kita az Zuhd karya Imam Ahamd disebutkan bahwa Qatadah bercerita: “ Muwariq berkata: ‘ saya tidak pernah mendapatkan suatu perumpamaan bagi orang mukmin (dalam hal berdoa) melainkan seperti seseorang di atas kayu yang tengah mengapung di lautan. Kemudian ia berdoa: Wahai Rabbku, Wahai Rabbku. “Ia berharap semoga Allah menyelamatkannya:”
Berdoalah, bukan karena kita ingin hasilnya semata, tapi ada yang lebih mulia, sebab berdoa berarti merendah dihadapan Allah, mengakui status kita sebagai hamba yang lemah dan kekurangan. Berdoalah, bukan saat duka saja, sebab doa adalah ibadah, dan dengan ibadah hubungan Allah dengan kita akan tetap berjaga.
Jangan sampai kita merasa paling kuat, sehingga apa yang kita dapatkan selama ini adalah kerja keras kita, bukan karena kuasa Allah. Namun saat dalam keadaan berduka, lantas kita datang , menganggap Allah lah penyebabnya maka pada Allahlah penyelesaiannya, bukannya semakin dekat kita dengannya, kita tergesa-gesa agar doa itu dikabulkan, dan kita tidak pernah berdoa lagi,
Berdoalah, yakini apa yang jadi permohonan kita. Terus berdoa berarti terus beribadah, minta yang terbaik menurut Allah, bukan menurut kita. Jangan hanya meminta urusan dunia, sehingga lupa urusan akhirat. Berdoalah seperti doa Rasulullah yang tak pernah alpa dimohonkan. “ Ya Allah berikanlah kepada kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari siksa neraka” ( QS. Albaqarah: 201)
Gigih Suroso, Alumni Mahasiswa UIN SU dan Pelajar di Mahad Daarul Firdaus, Yogyakarta