Khasiat Pereskia Bleo bagi Kesehatan

Oleh: Isti Madinah Hasibuan, ST

BANYAK masyarakat Indonesia yang mungkin be­lum terlalu menge­nal ta­nam­an jarum tujuh bilah (Peres­kia bleo). Ternyata tanaman ini me­miliki banyak khasiat bagi kesehatan dan dapat di­jadikan sebagai obat her­bal. Saat ini, hampir seluruh ne­gara di dunia telah mengakui penggunaan obat-obat tradi­sional (herbal) untuk ke­se­hat­an. Salah satunya adalah tana­man jarum tujuh bilah ini.

Jarum tujuh bilah merupa­kan tana­man semak berduri dengan batang ber­daun hijau yang berasal dari genus Pe­reskia dan famili Cactaceae. Ta­naman ini berasal dari Pa­raguay, Argentina dan Korea. Nama lain dari tanaman ini adalah jarum tujuh bilah dan me­miliki nama yang ber­beda-beda un­tuk setiap nega­ra, seperti jarum tujuh atau pokok kanser di Malaysia, Rose Cactus di Inggris dan Chat Sim Chan di China.

Tanaman ini memiliki ting­gi 0,6-0,8 m dengan dia­meter batangnya mencapai 10 cm dan memiliki bunga ber­warna oranye-merah. Ba­tangnya memiliki 5-7 duri de­ngan panjang duri 1-2 cm. Daunnya tipis, lonjong, dan mengkilap dengan panjang 6-21 cm dan lebar 2-7 cm. Buahnya berwarna kuning, berkulit tebal, berdaging, mengkilap dan berbentuk seperti kerucut, berukuran hingga 5 x 5 cm dan memi­liki biji dengan diameter 6-8 mm berwarna cokelat atau hitam.

Jarum tujuh bilah me­ngan­dung konstituen alami seperti tokoferol, yang me­miliki aktivitas sitotoksik yang sangat luar biasa terha­dap sel karsinoma nasofaring (tumor ganas daerah kepala dan leher). Aktivitas an­ti­ok­sidan yang didentifikasi se­bagai senyawa bioaktif tinggi pada ekstrak daun jarum tu­juh bilah adalah catec­hin, quercetin, epicatechin, myri­cetin, ß-karoten, dan a-toko­ferol.

Berdasarkan sebuah survei yang di­lakukan bebera­pa pe­neliti pada ma­syarakat dae­rah Kelantan, Malaysia yang menggunakan tanaman ja­rum tujuh bilah sebagai obat herbal untuk mengobati ber­bagai penyakit tanpa ban­tuan dari obat-obatan rumah sakit. Dilaporkan, daun dan bu­nga tanaman ini efek­tif me­lawan kanker, hipertensi, bisul, diabetes melitus dan juga seba­gai suplemen kese­hatan.

Tanaman ini juga dapat mengobati kista, perut kem­bung, tenggorokan ber­masa­lah, serta rematik. Di kala­ngan masyarakat Samarinda, Kali­man­tan Timur, daun ja­rum tujuh bilah dikenal ber­khasiat sebagai analgesik atau zat yang dapat mengu­rangi rasa nyeri pada sakit ke­pala, sakit perut karena menstruasi, dan sakit gigi.

Cara mengolah dan meng­konsumsi tanaman jarum tu­juh bilah berbeda-beda ter­gantung pada tujuan penggu­naannya, yaitu:

1. Detoksifikasi dan pen­ce­gahan kanker

Membuat teh dengan cara merebus daun atau buah­nya kemudian dimi­num saat ha­ngat atau dingin

2. Diet dan pemeliharaan kesehatan

Memakan mentah daun, bunga, dan buahnya

3. Merevitalisasi tubuh

Membuat jus dari daunnya atau dire­bus dalam air dan diminum setiap pagi

4. Mengurangi nyeri otot

Membuat rebusan dari daun dan ke­mudian diguna­kan sebagai air hangat untuk mandi

5. Mengurangi nyeri perut

Persiapkan "ina kuama­ka­let”, yaitu tanaman jarum tu­juh bilah dicam­pur­kan de­ngan kotoran semut merah yang kemudian dibasahi de­ngan air. Cam­puran yang dihasilkan dibentuk men­jadi lonjong dan dikeringkan di ba­wah sinar matahari. Saat akan digunakan sebagai obat, terlebih dahulu bola-bola ini dilarutkan dalam wadah kecil dengan sedikit air. Kemudian cairan yang dihasilkan dapat digunakan.

Jarum tujuh bilah ternyata juga digunakan untuk berba­gai tujuan, se­perti di bebera­pa daerah meng­guna­kannya sebagai bumbu masakan, di­ma­kan mentah sebagai sa­yur­an oleh be­­­berapa orang di Malaysia dan Tion­kok, atau di­seduh sebagai ra­muan. Pen­duduk asli Kolombia meng­gu­nakan tanaman ini untuk menet­ralisir efek dari gigitan ular.

Di Amerika Tengah, suku Indian Kuna menggunakan daun yang telah dihancurkan untuk menjernihkan air mi­num. Mengingat banyaknya khasiat yang diberikan oleh tanaman jarum tujuh bilah ba­gi kesehatan, mulai saat ini kita bisa membiasakan diri untuk mengkonsumsi tanam­an herbal ini dan tidak hanya digunakan sebagai al­ter­natif pengobatan namun bisa dija­di­kan sebagai langkah untuk pen­ce­ga­han penyakit dan me­melihara ke­sehatan.

(Penulis adalah mahasis­wa pas­casarjana Teknik Ki­mia, Fakultas Teknik, Uni­ver­sitas Sumatera Utara)

()

Baca Juga

Rekomendasi