Memahami Dasar-dasar Estetika

DI era sekarang, anak muda tak jarang menyebut-nyebut istilah “estetis”. Misalnya, menjadikannya sebagai caption saat mengunggah sesuatu di media sosial. Hal ini biasa­nya dilakukan untuk mengungkapkan rasa atau jiwa seni. Meski tak asing ditulis dan diucapkan, estetika belum banyak dipahami sebagai ilmu. Buku ini menyuguhkan dasar-dasar tentang Estetika, baik konsep-konsep dasar, sampai sejarah estetika di dunia.

Sebagai sebuah buku ajar perkuliahan, buku ini ditulis berdasarkan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) mata kuliah Estetika. Di sam­ping itu, sebagai buku yang ditujukan pada anak muda (mahasiswa), buku ini ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami. Ini mengingat dalam estetika banyak istilah-istilah filsafat yang tergolong berat dipahami oleh kalangan remaja.

Penulis mengawali pembahasan dengan memaparkan dasar-dasar estetika, meliputi definisi, tujuan, permasalahan, ruang lingkup, struktur estetika, sampai bagaimana memahami dan menikmati estetika. Hal mendasar yang perlu diperjelas ada­lah memahami estetika, seni, dan keindahan. Sebab, penulis mengatakan bahwa pengertian ketiganya se­ring kali bercampur baur begitu saja, padahal terdapat perbedaan.

Kata “seni” berasal dari bahasa Melayu yang berarti halus, tipis, dan lembut. Dalam tradisi estetika Barat, seni memang selalu dimengerti sebagai art (keterampilan), tekhne (ke­ahlian), dan berkaitan erat dengan keindahan (kalon). Jika seni diartikan sebagai realisasi kehalusan jiwa manusia dan menghadirkan yang indah ke dalam dunia, maka keindahan adalah keberadaan yang di dalamnya kita melihat kehidupan sebagaimana ia seharusnya menurut konsepsi-konsepsi kita; indah adalah objek yang mengungkapkan keindahan, atau yang mengingatkan diri kita pada keindahan (Chernyshevsky, 2005:8).

Sedangkan estetika sendiri, secara etimologis berasal dari kata sifat dalam bahasa Yunani aisthetikos, yang artinya “berkenaan dengan persepsi” (hlm 3). Penulis menyimpulkan, sebuah karya seni belum tentu indah, dan yang indah belum tentu karya seni. Begitu pula dengan yang estetis tidak serta-merta menjadi sebuah karya seni dan sebuah karya seni tidak serta-merta harus selalu estetis. Untuk dapat menentukan estetis tidaknya sesuatu atau sebuah karya seni, perlu dasar-dasar keilmuan estetik, sebagaimana dibahas di buku ini. Setelah memberi dasar-dasar definisi yang cukup jelas, penulis mulai membahas tentang dasar-dasar estetika, seperti struktur estetika dan prinsip-prinsip estetika.

Memahami dan Menikmati

Ada ulasan penting tentang memahami dan menikmati estetika. Penulis menjelaskan, pemahaman estetis berbeda dengan penikmatan estetis. Pemahaman adalah proses logis sedangkan penikmatan adalah proses psikologis. Jika kita ingin memahami estetika yang ada dalam sebuah objek seni, kita harus me­nguasai forma seni atau struktur rupa yang terdiri atas unsur desain, prinsip desain, dan asas desain. Di sam­ping itu, seseorang juga harus memiliki kepekaan menghayati karya dan harus dilatih terus-menerus sehingga punya pengalaman estetis yang kuat. Sebab, pemahaman estetik tak bisa muncul begitu saja (hlm 19).

Ada beberapa teori untuk memahami estetika di dalam sebuah objek seni. Pertama, teori “Empathy”, yang intinya pemancaran perasaan diri sendiri ke dalam benda estetis (The, 1976:54). Misalnya, ketika kita me­nonton film atau bermain game, kita seolah merasakan dan ikut menjadi bagian di dalamnya. Kedua, teori Psychical Distance (jarak psikis) ialah tingkat keterlibatan pribadi atau self involvement (Dharsono, 2007:41).

Misalnya, ketika kita menikmati fim animasi Princess Mononoke karya Studio Ghibli, kita menikmatinya walaupun bukan kenyataan. Sedangkan, penikmatan estetis merupakan proses dimensi psikologis, yakni proses antara aspek intrinsik seseorang terhadap sebuah karya estetik. Pada penikmatan inilah, seseorang akan memutuskan suka atau tidak suka dan menikmati atau tidak menikmati sebuah karya seni (hlm 21).

Setelah mengulas tentang hal-hal mendasar dan konsep dalam estetika tersebut, penulis melanjutkan pembahasannya dengan membedah sejarah dan konsep estetika di dunia. Mulai sejarah dan konsep estetika Barat, estetika Timur, sampai estetika Nusantara. Membaca buku ini akan memberi bekal penting bagi kita sebelum mendalami lebih jauh tentang estetika. Di samping bahasa yang mudah dipahami, buku ini juga dilengkapi dengan pelbagai gambar dan ilustrasi menarik yang semakin melengkapi penjelasan di dalam­nya.

***

Peresensi: Al-Mahfud, penulis artikel, esai dan ulasan buku di media massa

()

Baca Juga

Rekomendasi