Terlihat Keren Tak Harus Merokok

terlihat-keren-tak-harus-merokok
Oleh: Truly Okto Purba

BEBERAPA waktu lalu penulis pernah melakukan survei kecil terkait perilaku re­maja merokok di Kota Medan. Survei dilaku­kan terhadap 100 pelajar laki-laki dan perem­puan di SMP dan SMA di Medan. Dengan metode area random sampling, survei dilaku­kan pada delapan dari 21 kecamatan yang dianggap cukup mewakili.

Sampel dipilih dengan metode purposive sampling (sampel yang sudah ditunjuk) un­tuk memastikan bahwa responden adalah pe­rokok. Survei ini memang tidak dirancang me­ngikuti standar akademis murni. Namun, survei ini bisa memberikan gambaran kasar tentang perilaku remaja perokok di Medan.

Hasil survei cukup mengejutkan. Tercatat ada 48 persen responden yang inisiasi (usia pertama kali) merokok adalah sejak usia SMP (13-15 tahun). Lebih mengejutkan lagi, sebagian pelajar Kota Medan telah mengenal rokok sejak duduk di bangku sekolah dasar. Hasil survei menunjukkan hal itu. Tercatat ada 13 persen responden yang  pertama kali merokok ada pada usia 11-12 tahun. Lebih parah lagi, tercatat ada 15 persen responden yang merokok pertama kali pada usia 8-10 tahun. Ini berarti mereka pertama merokok ketika baru  duduk di kelas 2 sampai 4 SD.

Survei ini juga mencatat ada 13 persen responden yang mengaku pertama kali mero­kok gara-gara terpengaruh iklan. Responden berpendapat, iklan rokok baik berupa span­duk, tayangan iklan di televisi, atau radio be­gitu gencar “menyerang” masa remaja mere­ka. Responden juga berpendapat bahwa me­reka akan terlihat keren jika sudah merokok. Kenapa keren? Alasannya adalah iklan rokok selalu ditampilkan dengan materi yang gagah seperti penjelajah hutan yang gagah, petua­lang yang gigih, dan atlet yang sukses. Menu­rut mereka, rokok digambarkan sebagai lam­bang kejantanan, kesuksesan, kenikmatan, kebebasan, dan kedewasaan.

Benarkah terlihat keren?

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Saat menjalani perkem­ba­ngan menuju dewasa, anak mengalami ber­bagai perubahan meliputi perubahan bio­logis, perubahan psikologis dan perubahan sosial. Perubahan tersebut mempengaruhi pe­rilaku anak di lingkungan masyarakat. Peru­bahan perilaku anak, ada yang mengarah ke arah positif dan ada yang ke arah negatif. Perilaku negatif, salah satu diantaranya ada­lah remaja dengan perilaku merokok.

Remaja dengan perilaku merokok saat ini dianggap sebagai perilaku yang wajar di ma­syarakat. Tingkat penyebaran perokok saat ini paling tinggi juga terjadi pada anak usia remaja. Data Global Youth Tobacco Survey (GATS) 2011 yang dimuat dalam laporan Pu­sat Promkes Kemkes RI 2013 menunjuk­kan, prevalensi perokok usia 15 tahun ke atas sangat tinggi, antara lain perokok laki-laki (67,4 persen) dan perempuan (2,7 persen). Sedangkan menurut data World Health Organization (WHO), pada 2012 persentase prevalensi perokok pria yaitu, 67 persen, jauh lebih besar daripada perokok wanita yaitu 2,7 persen. Di antara para perokok tersebut terdapat 56,7 persen pria dan 1,8 persen wa­ni­ta merokok setiap hari.

Melihat banyaknya perokok usia remaja, lantas menimbulkan satu pertanyaan, apakah benar mereka akan terlihat keren jika sudah merokok? Apakah remaja otomatis akan ter­lihat gagah begitu mengisap rokok yang bin­tang iklannya adalah seorang penjelajah hu­tan yang gagah? Perlu diketahui, perokok-pe­rokok yang ditampilkan dalam iklan rokok sesungguhnya adalah upaya “sihir” yang ti­dak menggambarkan kondisi nyata rokok se­bagai “pembunuh berdarah dingin”.

Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia WHO (World Health Organization) yang diterbitkan Pusat Promkes Kemkes RI 2013, disebutkan bahwa 1 dari 10 kematian pada orang dewasa disebabkan perilaku me­rokok, di mana rokok membunuh hampir li­ma juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini ber­lanjut, maka dapat dipastikan bahwa 10 juta orang akan meninggal karena rokok per tahunnya pada 2020, dengan 70 persen kasus terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Bahkan pada 2030 diperkirakan jum­lah kematian mencapai angka 8 juta.

Menurut laporan Tobacco Atlas yang di­terbitkan WHO, merokok adalah penyebab ba­gi hampir 90 persen kanker paru, 75 persen penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan juga sebanyak 25 persen penyebab serangan jantung. Saat ini, Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok  aktif terbanyak di dunia (61,4 juta perokok), setelah China dan India.

Tips agar tetap keren

Melihat dampak buruk rokok bagi ke­seha­tan, maka percayalah, merokok tak otomatis membuatmu terlihat keren. Lalu, tips apa yang dapat kamu lakukan agar tetap terlihat keren meskipun tak merokok? Pertama, sa­lur­kan hobi dan kegemaranmu. Ada banyak wadah yang bisa kamu datangi untuk menya­lurkan hobimu. Misalnya hobi dalam bidang olahraga, kesenian, keagamaan, atau kepen­cin­taalaman. Tak ada salahnya kamu menyi­bukkan diri di sana. Selain bertemu dan ber­teman dengan orang-orang baru, kamu juga mempunyai banyak kegiatan yang sedikit demi sedikit akan melupakanmu kepada rokok.

Kedua, bentuklah komunitas antirokok. Me­lalui komunitas ini, kamu dan beberapa teman­mu yang satu ide dapat membuat kegiatan-kegiatan positif yang mengajak kelompok re­maja menjauhi rokok. Kegiatan positif itu antara lain diskusi-diskusi, bedah buku, atau pengajian. Melalui komunitas ini, kamu juga dapat meng­gelar kampanye bahaya merokok ke sekolah-sekolah ataupun tempat kursus.

Ketiga, membuat blog atau situs antiro­kok. Melalui situs atau blog ini, kamu dapat melakukan kampanye antirokok dalam ben­tuk tulisan, gambar, ataupun video. Testi­mo­ni dari anak-anak muda yang dulunya pero­kok dan kini telah berhenti merokok tentu sa­ja menarik untuk ditampilkan. Dengan de­mikian, pembaca situs atau blog-mu menda­pat pengetahuan yang banyak tentang bahaya merokok.

Keempat, berhenti merokok. Cara pa­mung­kas adalah berhenti merokok. Merokok memang dianggap dapat memberikan rasa te­nang dan nyaman kepada perokok itu sendiri. Terlebih ketika dilakukan setelah makan, ke­tika sedang sendirian, dan saat buang air be­sar. Tapi yakinlah, efek buruk yang diperoleh sebagai akibat dari merokok tidak sebanyak rasa tenang dan nyaman. Kuatkan diri dan teguhkan iman, bahwa kamu akan berhenti merokok saat ini juga!

Kecenderungan peningkatan jumlah perokok remaja dan semakin mudanya usia mulai merokok telah menjadi keprihatinan tersendiri karena membawa konsekuensi jangka panjang yang nyata yakni dampak negatif rokok itu sendiri terhadap kesehatan si perokok.

Karena itu, sebagai generasi muda, jika sudah merokok, bertekadlah untuk perlahan-lahan mengurangi rokok kemudian berhenti total. Jika belum kecanduan rokok, ajaklah teman-temanmu untuk menyadarkan mereka sudah kecanduan. Lalu ajaklah mereka melakukan banyak hal positif. Yakinlah, merokok tak akan membuatmu keren, sebaliknya membuat tubuhmu dihinggapi penyakit mematikan!

* Juni 2018

()

Baca Juga

Rekomendasi