Surga di Danau ­Tasik

surga-di-danau-tasik

Oleh : Mutia Nasution.

Indonesia tiada henti membentang berjuta pesona alam yang dimilikinya. Setelah keindahan Danau Toba yang menjadi danau tepanjang di Indonesia. Ter­­nyata di desa kecil Padang La­was Utara, Sumatera Utara terdapat sebuah danau cantik yang keindahannya belum begitu terjamah oleh tangan-tangan manusia. Panorama danau ini bisa menjadi saingan berat buat Danau Toba bila diberi tambahan polesan oleh pe­merintah dan menjadi daya tarik untuk me­majukan pariwi­sata Padang La­was Utara. Seperti apa sebenarnya ke­indah­an danau buatan ini? Apa saja ke­giatan asik yang bisa kita lakukan di danau ini?

Danau Tasik belakangan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Suaka Marga Satwa Baru­mun di Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. Danau itu merupakan danau buatan yang luasnya 23 hektare. Bila musim ke­marau tiba airnya akan surut. Seba­liknya, danau itu tampak sangat luas bila waktu memasuki musim hujan. Sering sekali pengun­jung menggunakan getek atau sampan untuk menyusuri danau mempesona ini

Kawasan Suaka Marga Satwa Baru­mun sendiri luasnya kurang lebih 36.261 hektare. Kawasan itu telah ditetapkan menjadi kesatuan pengelolaan hutan kon­servasi (KPHK) sejak september 2015. Program ini merupakan kerjasama yang digagas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sumatera Uta­ra yang didukung oleh Tropical Forest Con­servation Action (TFCA) Sumatera, Kon­sorsium Barumun, Termasuk Balai Ta­man Nasional Batang Gadis, Pem­da Padang Lawas, Pemda Padang La­was Utara, Mandailing Natal, dan Tapa­nuli.

Kawasan Suaka Marga Satwa Baru­mun merupakan lokasi konserva­si ha­rimau dan gajah Sumatera yang keber­adaannya terancam punah. Jadi sembari menikmati keindahan alam Danau Tasik, kita bisa mengunjungi Kawasan Suaka Marga Satwa dengan segala penghuni satwanya.

Keelokan Danau Tasik terletak di Desa Batunanggar, Ke­camatan Batang Onang, Padang Lawas Utara yang berjarak sekitar 12 jam dari Medan. Namun Jangan pikirkan jarak. Karena sugguh rasa lelah diperjalanan akan terbayar bila melihat bentang alam yang masih lestari dan satwa-satwa eksotis yang menunggu di antara pepohonan.

Nama kawasan Ekowisata Barumun Na­gari memang belum akrab di telinga. Be­lum pula terbayang seperti apa ke­elokannya. Entah apa kelebihannya di­bandingkan kawasan ekowisata lainnya. Tanpa bermaksud untuk memban­ding­kan, tempat ini memang layak untuk dima­sukkan dalam agenda perjalanan yang perlu diulang-ulang tiap tahunnya. Kare­na, sangat disayangkan jika pengalaman bertualang di sini hanya sekali dialami seumur hidup.

Disini terdapat banyak spot-spot foto penatapan cantik yang pastinya insta­gramable sekali. Taman alam ini berada di zona penyangga kawasan Suaka Mar­ga­satwa (SM) Barumun, yakni kawasan hutan konservasi yang tidak boleh ada akti­vitas apapun yang merusaknya. Dikelola dengan konsep ekowisata karena melibatkan peran serta masyarakat untuk menekan laju deforestasi kawasan hutan.

Nah, di Barumun Nagari, orang-orang dapat menyusuri koridor yang menyam­bungkan hutan luas dengan hutan dataran rendah di bawah (green belt) yang masih kaya akan makanan hewan langka meng­gu­­nakan jeep trail. Sambil menyusuri green belt, orang-orang apat menikmati pemandangan dan melihat hewan langka langsung seperti Siamang, Burung sekitar SM Barumun juga bisa dilakukan. Jika beruntung akan menemukan orangutan, gajah, tapir serta binatang lainnya. Dan yang menjadi ikon kita adalah pada sabana di sekeliling dan Danau Tasik, danau eksotis yang menawan, silahkan lihat sendiri dan rasakan sensasinya setelah jeep trail ataupun bike trail, dilanjutkan dengan menyeberangi danau dari ujung ke ujung. Konsep ekowisata yang dita­war­kannya menitikberatkan pada aspek konservasi, pendidikan dan peningkatan ekonomi warga lokal. Selain menikmati sensasi petualangan dengan mengguna­kan mobil jeep dan sepeda wisatawan nantinya juga akan diajak secara langsung menggali kearifan budaya masyarakat lokal. Seperti misalnya melihat langsung proses pembuatan gula aren, menikmati sajian kuliner lokal “holat” dan menikmati kesenian tradisional seperti gordang sambilan.

Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) BBKSDA Sumut, sebuah kawasan ekowisata Barumun Nagari yang meru­pakan penyangga SM Barumun ada­lah salah satu program percontohan konsep kesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK) berbasis landscape yang berkolaborasi dengan berbagai pihak. Konsep pemanfaatan hasil hutan non kayu ini diharapkan bisa menekan angka gangguan kawasan dan perambahan.

SM Barumun merupakan kawasan non taman nasional (TN) terluas yang ada di Sumut. Kawasan ini juga menjadi habitat beberapa jenis satwa kunci seperti harimau Sumatera, orang utan, siamang, burung rangkong dan beruang madu yang jika dikelola dengan memanfaatkan jasa lingkungan bisa membuka peluang bagi masyarakat sekitar kawasan dan pihak lainnya untuk mendapatkan keuntungan. Jika kesamaan visi ini terbangun kami yakin rasa mempertahankan kawasan SM Barumun juga akan terbangun.

Dengan luas kawasan mencapai 40.330 haktera juga tak lepas dari aktivitas peram­bahan ilegal yang dilakukan oknum peng­garap. Setidaknya 1.000 hektare lebih kini sudah beralihfungsi menjadi perke­bunan, tempat tinggal dan sebagainya.

Dengan luas kawasan itu dan tak seim­bangnya jumlah personil. Peran ma­syarakat sangat dibutuhkan sekali dalam melakukan pengasawan. Menjadi­kan ka­wasan penyangga sebagai kawasan eko­wisata diharapkan menjadi solusi yang ampuh dalam melestarikan kawasan SM Barumun.  Seba­gai informasi tambahan, untuk menuju lokasi ini, dapat ditempuh dengan dua cara, yakni jalur darat dan jalur udara. Untuk jalur darat, yakni, Medan - Kisaran - Kota Pinang - Gunung Tua - Aek Godang - Batunanggar, dengan jarak tempuh 475 km dengan waktu 8 jam. Bisa juga rute Medan - Pematang Siantar - Balige - Tarutung - Sipirok - Batunanggar, dengan jarak jarak tempuh 510 km dengan waktu 9 jam.

Sementara itu, untuk jalur udara, yakni, Medan - Bandara Kualanamu - Bandara Aek Godang - Batunanggar, dengan wak­tu tempuh 1 jam perjalanan. Selain itu, bisa juga dari Medan - Bandara Kua­lanamu - Bandara Pinangsori Sibolga - Padang Sidimpuan - Aek Godang - Batunanggar, dengan waktu tempuh 3 jam. ***

Penulis adalah Mahasiswa Pascasar­jana Jurusan Ltbi, Unimed Semester 3 dan bergiat di Komunitas Laboratorium Sastra (Labsas) Medan.

()

Baca Juga

Rekomendasi