Selama 12 Tahun

Christine Terbaring di Kasur

christine-terbaring-di-kasur

Oleh: Sarifuddin Siregar.

PETANG itu, Minggu (13/1), pintu utama kediaman keluarga Lam­sar Sinaga tertutup. Suasana relatif sepi. Bangunan tersebut tampak sederhana. Berupa semi permanen, dinding terdiri dari potongan sempe­ngan, atau kayu alpik istilah di kam­pung dan lantai mulai pecah.

Dari dekat pintu, terdengar suara tangisan, mirip balita (bayi lima ta­hun). Hunian itu berada di Jalan Lae Sirambon Desa Sitinjo Induk Keca­matan Sitinjo Kabupaten Dairi, seki­tar 300 meter dari lintasan Sidikalang-Medan. Boleh jadi, kidung pujian di­lantunkan di gereja di sebelah ke­diaman, menambah kekokohan iman mereka agar tabah menghadapi co­baan.

“Tok..tok..tok” begitu suara ketu­kan agar penulis bisa masuk ke ru­mah.

Beberapa menit kemudian, seor­ang ‘Kartini’, mengaku bernama So­fia Kudadiri menjawab, sebentar, ya??? Dengan penuh keramahan, dia mempersilahkan masuk.

Ibu rumah tangga (IRT) ini segera mengambil selembar tikar plastik bu­at tempat duduk. Sambil membersih­kan seorang perempuan yang hanya bisa berbaring dan terlentang di kasur di ruang tamu, Sofia berterima kasih atas kunjungan.

Penulis melihat, hampir tak ada barang mewah di rumah itu. Ruang tamu tanpa kursi dan hampir plong. Di sana digantung pakaian basahan dan di sudut didirikan sorong (beko). Penerangan listrik juga seadanya.

Kabar diperoleh wartawan, se­sung­guhnya usia perempuan itu su­dah setingkat siswa SMP. Namun se­cara fisik, sungguh mempriha­tin­kan. Kurus kering dan pucat. Tak se­­pa­tah katapun terdengar bisa ter­ucap. Perempuan itu hanya menge­dipkan mata tanpa jelas arah panda­ngan. Sementara kedua jari tangannya seakan kaku dan membentuk huruf U. Serba dalam ketidakberdayaan.

Dilapis Sarung

Tubuhnya dibalut selimut semen­tara bagian pinggang dilapis kain sa­rung pengganti pembalut. Artinya, buang air besar dan kecil hanya di tempat tersebut.

Terenyuh, itu kata yang dialamat­kan kepada Sofia kala menengok ke­setiaan merawat si buah hati yang kondisi tertinggal secara fisik dan men­tal. Sesendok demi sesendok, air minum dimasukkan ke mulut perem­puan ini. Selanjutnya, roti dilunakkan mirip bubur lalu disuguhkan. Suapan makanan dilakukan penuh cinta kasih.

Sofia kemudian memperkenalkan perempuan yang dirawatnya. Nama­nya Angelina Christina Sinaga (12). Menurutnya, proses kelahiran normal. Hingga usia 4 bulan, pertum­bu­han dirasa biasa. Kalau menangis, tak beda dengan bayi sebaya.

Keganjilan mulai dirasakan kala beranjak bulan ke 5. Putri bungsu dari 4 bersaudara itu tak mengalami pertam­bahan, baik dari ukuran badan maupun pergerakan. Biasanya, tingkat umur sedemikian sudah mulai membalikkan tubuh. Ini, selalu ter­lentang.

Dan, seiring perjalanan waktu, keluargapun menyadari dan mene­rima realitas, bahwa Christine meng­alami kelainan. Lantaran kesulitan ekonomi, pengobatan secara medis dilakukan pada usia 7 bulan. Sofia dan suami, Lamsar berangkat ke RSU Sidikalang. Mereka memperoleh penjelasan, Christine menderita gizi buruk. Sofia juga mendengar pembi­caraan medis mirip Bahasa Latin te­tapi tak diterangkan dokter lebih jauh. Barang kali, bukan sekadar gizi bu­ruk.

Sofia menyebut, beberapa kali mem­bawa putrinya berobat. Tetapi, tak ada pengaruh nyata. Hari demi hari waktunya lebih banyak tersita mengurus Christine. Kehidupan kelu­ar­ga ini berada ada level miskin. Me­reka mengandalkan hasil panen kopi sebanyak 400 batang status sewa. Be­gitu juga tempat tinggal, masih kontrak. Sang suami, harus peras ke­ringat buat mendapatkan rupiah.

Diterangkan, sebenarnya, peme­rintah telah membantu. Itu ditandai kepemilikan kartu Jamkesmas. Bebe­rapa waktu lalu, anaknya mendapat kursi roda dari dinas sosial, walau sesungguhnya tak bermanfaat.

Butuh uluran

Sofia menyebut, sangat bertanya-tanya, penyakit apa sesungguhnya di­derita putrinya. Sebab, selalu de­mam ketika pergantian cuaca. Bila musim hujan beralih ke kemarau, ba­dan langsung menggigil, begitu se­ba­liknya. Dan di kala petir men­deru, putrinya sering kejang selama 5 menit. Saat ini, kedua paha juga membengkak. Informasi lain menye­but, mengidap gangguan otak lanta­ran air ketuban sempat terhirup saat persalinan.

“Andai rintihan ini didengar Pre­siden Joko Widodo, mohonlah diban­tu. Kami tidak punya uang, Pak Jo­kowi. Tolonglah biar anak ini bisa sembuh dan normal” pinta Sofia.

Dikatakan, keluarga juga berharap uluran tangan pemerintah daerah, lem­baga sosial maupun perorangan demi kesembuhan Christine. Diren­canakan, dalam waktu dekat, pengo­batan lanjut ke Medan.

Pun dalam tekanan berat, Sofia masih tetap berucap syukur. Sebab, 3 kakak Christine dipandang santun dan punya komitmen kuat mencari ilmu.

Linda Yosephine Sinaga (20) me­nyebut, keluarga tetap cinta pada adik­nya. Orang tua dan kakak berusa­ha membahagiakan, membuatnya ter­senyum. “Kami sayang Christine. Kami komit mau membawanya ber­obat,” kata Linda mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Unimed.

Dibenarkan, dirinya mengecap pen­didikan lewat jalur bidik misi yang biaya kuliah dan kebutuhan lain­nya ditanggung pemerintah.

Anak sulung, Lady Theresia Sina­ga kuliah di perguruan tinggi swasta di Jakarta. Kakaknya lebih mandiri dimana biaya hidup dan kuliah di­tanggung sendiri dengan cara kerja di perusahaan. Sedang adiknya, Deva Daniel Parulian Sinaga masih di jenjang SMKN 1 Sidikalang.

Sofia mengetuk hati kita.

()

Baca Juga

Rekomendasi