Oleh: Bhikkhu Thitavamso Thera.
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa
“Segala sesuatu yang terjadi dari perpaduan unsur adalah sasaran perubahan. Berjuanglah mencapai kebebasan dengan sadar, waspada”. Ini merupakan nasehat terakhir yang disampaikan oleh Buddha Gotama kepada murid-murid beliau saat itu.
Dan ketika Buddha wafat, Sakka, Raja para dewa, mengucapkan kata-kata tentang ketidakkekalan didalam Mahaparinibbana Sutta, sebagai berikut :“Anicca vata sankhara uppada vaya dhammino Uppajjitva nirujjhanti tesam vupasamo sukho, Segala sesuatu yang terbentuk tidaklah kekal, timbul dan tenggelam sifatnya; setelah muncul akan hancur dan lenyap.Terbebas darinya adalah kebahagiaan tertinggi”.
Dengan pernyataan diatas kita bisa menyimpulkan kata yang sederhana ini “ketidakkekalan” (anicca), merupakan inti dari ajaran Buddha. Dan juga ditandai dua sifat kehidupan lain, penderitaan “dukkha” dan tanpa inti “anatta”, Fakta mengenai ketidakkekalan berarti bahwa realitas tidak pernah dalam keadaan tetap melainkan seluruhnya dinamis, ini merupakan sifat dunia yang utama tanpa adanya pengecualian.
Perubahan atau ketidakkekalan adalah sifat yang terpenting dari semua fenomena kehidupan, Kita tidak dapat mengatakan bahwa barang apa pun, hidup atau mati, organic atau anorganik, “ini adalah abadi.“
Bahkan sementara kita membicarakannya, perubahan sedang berlangsung. Semua ini berlalu dengan sangat cepat.
Semua paduan unsur, yaitu segala sesuatu yang timbul sebagai akibat dari suatu sebab, dan yang pada akhirnya kemudian menimbulkan akibat, dapat dinyatakan dalam satu kata anicca, ketidakkekalan. Oleh karena itu, semua sifat hanyalah merupakan variasi yang terbentuk dari paduan ketidakkekalan, penderitaan “ketidakpuasan”, dan tanpa inti: “anicca, dukkha dan anatta”. ketiga corak kehidupan tersebut tetap mengelabui dunia ini sampai Buddha mengungkapkan sifatnya yang sejati. Pengungkapan itu membabarkan ketiga corak ini, dan bagaimana melalui penembusan ketiganya secara lengkap seseorang mencapai pembebasan pikiran yang dimiliki oleh seorang Buddha. Ini merupakan inti saripati seluruh ajaran para Buddha.
Buddha juga telah menjelaskan dihadapan murudnya yang sifatnya lebih halus pun tidak kekal adanya. “Para Bhikkhu, bentuk jasmani, perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran dan kesadaran, adalah tidak kekal “anicca”. Apa pun sebab dan kondisi yang mengakibatkan timbulnya agregat-agregat ini, juga tidak kekal. Para Bhikkhu, bagaimana mungkin agregat yang timbul dari apa yang tidak kekal dapat menjadi kekal ?”. oleh karena itu kebahagiaan, kesedihan, penderitaan batin ini semua juga tidak kekal adanya, suatu saat akan berlalu.
Maka dari itu marilah kita saling memahami apa yang telah dijelaskan oleh Buddha tentang yang terkondisi ini tidaklah kekal adanya dengan benar-benar memahami hidup saat ini. janganlah selalu terbawa hidup dimasa lalu, itu semua sudah terjadi, sudah kita lewati baik sedih maupun senang, karena itu tidak akan bisa kembali lagi, janganlah terperangkap masa lalu, dan juga tak perlu kita terlalu hidup dimasa yang akan datang karena itu belum pasti terjadi, tetapi perhatikanlah apa yang kita jalani saat ini apakah sudah baik dan benar atau belum agar kita benar-benar merasakan apa yang kita lewati dengan baik dan benar sehingga walapun kita melewati ketidakkekalan ini bisa tetap merasakan kedamaian karena kita telah menyadarinya.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta, semoga semua makhluk berbahagia.
Sadhu Sadhu Sadhu