Bersatu Melawan Kampanye Hitam Kelapa Sawit

bersatu-melawan-kampanye-hitam-kelapa-sawit
Oleh: Alex Silalahi. Kampanye hitam terhadap kelapa sawit Indonesia terus terjadi. Bukan hanya dari masyarakat yang awam terhadap minyak kelapa sawit, tapi pihak yang punya pemahaman yang kuat untuk membelokkan isu-isu seputar praktek bisnis kelapa sawit Indonesia. Mereka terutama datang dari Uni Eropah dan negara-negara penghasil minyak dan lemak dunia yang bukan dari kelapa sawit, namun tersaingi dengan pertumbuhan pesat kelapa sawit Indonesia. Bangsa Indonesia dan segenap elemen masyarakat perlu bersatu padu dan saling membahu membela kelapa sawit.

Kelapa sawit telah menjadi komoditas pertanian terbesar Indonesia saat ini. Bisnis kelapa sawit memiliki rantai bisnis yang sangat besar dan panjang. Mulai dari perkebunan rakyat, pekebunan besar, kegiatan ekonomi masyarakat secara langsung maupun tidak langsung, industri hulu sampai hilir yang berasal dari minyak kelapa sawit sangat beragam dan banyak. 

Selain pemerintah dan departemen terkait, lembaga seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) yang memiliki keterkaitan erat dengan kelapa sawit perlu dimaksimalan perannya. Begitu pula dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi terpanggil untuk mengemban tugas tri dharma perguruan tinggi. Sebab kampanye hitam berbagai pihak juga  memakai para ahli dan penelitian-penelitian yang diciptakan untuk menyerang kelapa sawit Indonesi. 

Dan melihat semakin gencarnya serangan berbagai pihak, maka negeri ini telah memanggil putra-putri terbaiknya untuk melakukan bela bangsa, melalui kelapa sawit Indonesia. Diharapkan PPKS dan GAPKI bersama pihak perguruan tinggi, cerdik cendikia, pengusaha, masyarakat bersatu melawan kampanye hitam terhadap kelapa sawit Indonesia.  

Ketangguhan dan Kerapuhan Bisnis Kelapa Sawit

Kekuatan ekonomi dari pertanian sempat dianggap tangguh melawan badai krisis ekonomi Indonesia pada tahun 1997-1998. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang tangguh itu. Sehingga di tengah badai krisis moneter, justru daerah-daerah penghasil kelapa sawit jaya dan makmur. Rakyat malah bisa memperluas kebun kelapa sawitnya. 

Begitu juga, perusahaan-perusahaan besar melirik kelapa sawit sebagai investasi bisnis yang menggiurkan. Dan sejak itu, perluasan lahan kelapa sawit meluas ke propinsi lain di Sumatera dan Kalimantan. Bahkan telah pula ke Papua. 

Indonesia kini dikenal sebagai penghasil terbesar minyak kelapa sawit dunia. Dengan areal perkebunan sawit mencapai 14.013 juta hektar dan volume Crude Palm Oil (CPO) sebanyak 37.813 juta ton tahun 2017. (InfoSAWIT).

Keindahan dan kemesraan masyarakat terhadap kelapa sawit beberapa kali sempat mengalami fluktuasi harga. Sekitar akhir tahun 2018 di beberapa daerah bahkan mencapai harga di bawah Rp.1000,- Bila dikalkulasi dengan luas 2 hektar, hasil yang diperoleh tidak cukup menghidupi satu keluarga. 

Salah satu penyebab jatuhnya harga kelapa sawit adalah kampanye hitam yang dilakukan negara-negara Uni Eropa. Mereka bahkan terang-terangan melakukan boikot terhadap kelapa sawit Indonesia.(medanbisnisdaily.com: 2/7/2108). Bisnis sawit di Eropa terancam setelah Parlemen Uni Eropa merevisi Direktif Energi Terbarukan II (RED II) pada Januari 2018. Isinya: penggunaan bahan bakar hayati atau biofuel yang berasal dari minyak sawit tidak akan dihitung sebagai energi terbarukan mulai 2021.(Tempo, Edisi 28 Mei 3 Juni 2018)

   Keterlibatan perguruan tinggi dalam menghempang isu-isu dan kampanye kelapa sawit Indonesia yang dilakukan berbagai kalangan baik dari dalam maupun luar negeri masih terbilang langka.  Dalam tri dharma perguruan tinggi, sangat jelas mesti mempengruhi cara pikir dan keterpanggilan segenep civitas akademika melakukan tugas pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat. 

Dan saat ini jelas pula negeri ini sedang memanggil putra-putri-nya untuk berjuang melawan kampanye hitam terhadap kelapa sawit. Dimana kelapa sawit telah menjadi sumber kehidupan banyak orang di masyarakat, khususnya Sumatera Utara. 

Melawan Kampanye Hitam

Apakah isu-isu dan kampanye hitam terhadap kelapa sawit Indonesia hanya isapan jempol belaka? Tentu tidak. Berbagai isu dan kampanye hitam bahkan telah dikemas secara sistematis. Lembaga-lembaga swadaya masyarakat dari luar telah masuk bahkan sebagian menjelma menjadi LSM-LSM dalam negeri yang anti sawit. 

Gencarnya kampanye anti sawit dilakukan berbagai cara sehingga masyarakat sendiri yang tidak paham mencitrakan secara negatif terhadap kelapa sawit. Bahkan bukan hanya dari LSM atau NGO saja, beberapa negera juga telah melakukan penggalangan secara politis dan melakukan kampanye hitam. Inilah yang menjadi masalah utama yang tidak boleh didiamkan. 

Melawan kampanye hitam ini berarti menjawab panggilan bangsa dalam membela bisnis kelapa sawit Indonesi yang diterpa kampanye hitam dari dalam maupun luar negeri, sehingga merugikan rakyat dan pengusaha serta pendapatan pajak negara. 

Memberikan masukan dan upaya public relation yang dapat digunakan PPKS dan GAPKI dalam diplomasi kelapa sawit, maupun pemerintah dan masyarakat luas. Sehingga diplomasi sawit Indonesia diperhitungkan dikancah nasional maupun masyarakat global internasional.

Indonesia Penghasil CPO Terbesar

Selama kurun waktu 40 tahun (1980 – 2018) kelapa sawit telah menjadi cerita sukses. Produksi CPO Indonesia pada tahun 2008 mencapai 19,2 juta ton, melampaui produksi Malaysia yang berjumlah 17,08 juta ton. Padahal perkiraan sebelumnya, Indonesia baru bisa menyamai produksi CPO Malaysia sekitar tahun 2010. Tahun 2020 pemerintah menargetkan produksi CPO mencapai 40 juta ton. 

Dalam 25 tahun belakangan Oil World mencatat produksi minyak dan lemak dunia meningkat secara tajam. Produksi tahun1992/1993 dengan jumlah 84,6 juta ton menjadi 233,3  juta ton pada tahun 2018/2019. Dengan perkiraan peningkatan sekitar 40 % pertahun untuk CPO dibanding dengan komoditas seperti kedelai, minyak bunga matahari dan lainnya. Beberapa sumber minyak dan lemak dunia adalah minyak kelapa sawit, kelapa (coconut), kedelai, bunga matahari. Sejak tahun 2005, minyak kelapa sawit menjadi sumber minyak dan lemak terbesar, menggantikan kedelai yang sebelumnya banyak dipakai.

Minyak kelapa sawit lebih sering merujuk pada CPO (crude palm oil), walau pada buah sawit itu ada juga minyak biji PKO (palm kernel oil). Minyak sawit banyak dipakai sebagai bahan makanan, seperti: minyak goreng, industri makanan, shortening. Minyak dari nabati ini semakin meningkat, karena dibeberapa tempat sebagian minyak dan lemak dari hewani ditinggalkan karena alasan tertentu. Disinilah kita bicara CPO dari segi prospek. Minyak kelap sawit sebagai sumber kekayaan Indonesia yang dicemburui banyak negara di dunia. 

Fluktuasi harga minyak sawit yang  terjadi pada tahun 2001 – 2018. Dunia sempat mengkritik pula kebijakan pemerintah RI yang menaikkan export tax CPO. Nah ini merupakan satu bentuk persoalan serius, betapa kekuatan asing sangat ingin menguasai dan mempengaruhi minyak kelapa sawit. Alasannya, tentu lebih pada tujuan bisnis global. Misalnya, pihak negara Amerika melalui Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) menyatakan minyak sawit bukan sebagai sumber energi hijau terbarukan. (Gatra, 14 Maret 2012). Sikap ini berpotensi mempengaruhi sikap produsen, distributor dan penjualan bahan bakar biofuel di Amerika. Dan yang lebih utama adalah pengaruhnya pada harga jual CPO.***

Penulis bekerja pada industri kelapa sawit dan sedang studi Magister Ilmu Komunikasi USU, Medan.

()

Baca Juga

Rekomendasi