
Pekanbaru, (Analisa). Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kerajinan rotan di Pekanbaru meraih omset sebesar Rp20-25 juta per bulan dari penjualan aneka produk berbahan sumber daya hutan tersebut.
“Aneka produk kerajinan ini dibuat oleh 13 pekerja, satu perajin bisa menyelesaikan hingga dua produk kursi besar setiap minggu, bahkan hanya butuh sekitar tujuh jam jika sudah trampil di bidang ini," kata Sugianto, pemilik UMKM Elsindo di Jalan Yos Dudarso, Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru, Rabu (9/10). Menurut Sugianto, beragam produksi yang dijual mulai dari kotak tisu, keranjang buah, cermin hias, kursi goyang, meja tamu, ayunan bayi, tudung saji, peralatan untuk pesta, kursi anak untuk motor, keranjang kain, hingga tempat tidur dan lainnya.
Bahan baku rotan untuk membuat produk-produk tersebut berasal dari berbagai daerah seperti Mentawai, Jambi, Sumbar dan Riau. Namun, ia banyak memesan dari Mentawai karena areal penanamannya sudah terkelola dengan baik dan memiliki banyak jenis. Rotan asli Riau memiliki jenis yang berbeda dan butuh proses panjang untuk menjadi bahan baku siap pakai, tentunya akan menambah ongkos produksi kerajinan rotan itu.
Ia menyebutkan, kerajinan rotan ini juga dilirik oleh wisatawan lokal, nasional dan asing sebagai oleh-oleh bahkan beberapa pesanan ada yang dikirim ke Jakarta.
Selain itu ada beberapa karyawan perusahaan asing di Riau menjadikan perabotan rotan ini sebagai buah tangan dan kenang-kenangan untuk di bawa pulang ke luar negeri. "Produk kerajinan Elsindo juga sampai ke Jakarta hingga luar negeri. Kami berharap produksi kerajinan ini akan banyak dibawa ke luar Riau untuk mendukung perkembangan kerajinan rotan asal Pekanbaru ini,” harapnya.
Warisan
Pria 57 tahun ini berkisah bahwa keterampilan menganyam rotan itu ia warisi sejak kecil dari ayah kandungnya. Ayahnya yang berasal dari Cirebon itu membuka usaha kerajinan di Sumatera Barat, dan dibantu istri (ibu kandung Sugianto, red) yang asli dari tanah minang tersebut.
Berbekal warisan bakat dan keterampilan dari orang tuanya, serta dengan kegigihan dan kerja keras kini Sugianto sudah memiliki tiga toko, pertama usaha kerajinan Dona yang berdiri sejak 1994 yang saat ini dikelola oleh anak perempuannya, lalu toko Razab yang dikelola menantunya, dan pada 2010 mendirikan Elsindo yang ia kelola sendiri dengan dibantu para pekerjanya.
Para pekerja menyelesaikan borongannya tidak ditargetkan waktu, kecuali jika ada pesanan yang meminta produk selesai cepat. Proses pengerjaan sebagian besar dilakukan di rumahnya di Jalan Meranti Pandak, tidak jauh dari toko. Namun jika ada pembeli yang ingin memesan cepat dan menunggu barang selesai dibuat maka pengerjaan juga bisa dilakukan langsung di toko. Upah pengerjaan rata-rata satu buah kursi sekitar Rp75 ribu dan setiap minggu pekerja bisa mengantongi gaji sebesar Rp700-800 ribu hingga ada yang menerima upah Rp1 juta per minggu. Besaran upah diberikan berdasarkan bahan dan tingkat kesulitan produk yang dikerjakan. (Ant)