
Oleh: Fatimahhakki Salsabela M S.Psi
MANUSIA akan sehat bila dirinya merasa aman dan nyaman hidup pada satu daerah atau lingkungan. Secara psikologis orang yang hidup pada lingkungan yang tidak aman dan nyaman akan menimbulkan stress berat. Akibat dari stress berat itu akan memicu berbagai penyakit muncul. Manusia butuh lingkungan yang aman dan nyaman.
Selalu dan selalu orang bertanya ketika ingin tinggal atau bermukim pada satu lingkungan (daerah) apakah lingkungan itu aman dan nyaman. Bila lingkungan itu tidak aman dan tidak nyaman maka orang tersebut tidak mau tinggal atau bermukim di lingkungan tersebut. Baru setelah memastikan lingkungan itu aman dan nyaman maka pertanyaan selanjutnya apakah ada berbagai fasilitas lainnya yang menyangkut infrastruktur.
Kota Medan satu lingkungan di mana jutaan orang bermukim. Kota Medan satu lingkungan sangat heterogen dibandingkan dengan kota besar lainnya di Indonesia. Sama dengan warga di kota lain, tentunya warga kota Medan menginginkan lingkungan Kota Medan yang nyaman dan aman.
Satu persyaratan mutlak, lingkungan hidup yang aman dan nyaman untuk menjadikan satu kondisi kota layak huni. Sudah pasti secara otomatis para penghuninya akan meninggalkan kota itu, pindah ke kota lain yang lingkungannya aman dan nyaman. Dipastikan sebuah kota aman dan nyaman maka menjadi kota layak huni bagi semua warga negara, baik pendatang maupun warga yang menetap di kota itu tanpa terkecuali.
Bila sebuah kota sudah layak huni maka para penghuni (warga) kota itu menjadi bahagia. Saling berkaitan dan terkait satu sama halnya. Tidak bisa dibantah penyebab terjadinya urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan kota tersebut sebagai kota layak huni. Datangnya warga desa ke kota juga disebabkan tekanan ekonomi atau sulitnya ekonomi di desa membuat warga desa pindah ke kota dengan harapan mendapatkan pekerjaan. Alasan ekonomi merupakan penyebab utama terjadinya urbanisasi dari desa ke kota. Tekanan ekonomi juga penyebab dari lingkungan tidak aman dan nyaman.
Urbanisasi kini menjadi masalah nasional. Akibat besarnya jumlah urbanisasi membuat kota berkembang menjadi pusat kota di Indonesia. Faktanya mau tidak mau, harus mau. Suka tidak suka, harus suka. Akhirnya juga memenuhi kebutuhan tempat tinggi maka pusat kota berkembang dengan bangunan-bangunan raksasa dan berskala besar dari sebelumnya. Tidak ada pilihan lain harus membangun bangunan raksasa bagi warga kota yang semakin banyak akibat urbanisasi. Tidak salah membangun bangunan raksasa sebagai kebutuhan tempat tinggal warga kota tetapi prioritas manusia jangan dilupakan. Besarnya urbanisasi bisa menjadikan satu kota yang sebelumnya nyaman dan aman menjadi tidak nyaman dan tidak aman.
Psikologi Lingkungan Penentu Hidup Sehat
Psikologi lingkungan sangat penting yakni lingkungan yang aman dan nyaman. Banyak faktor mempengaruhinya lingkungan aman dan nyaman. Secara psikologis manusia bukan benda mati tetapi makhluk hidup yang dinamis maka lingkungan hidup yang aman dan nyaman sangat penting. Aman dan nyaman dari semua aspek. Aman dan nyaman dari aspek arsitektur bangunan di mana manusia itu sebagai penghuni.
Psikologi lingkungan ini menjadi tantangan besar untuk menjadikan sebuah kota nyaman dan aman yakni menjadikan kota itu layak huni. Dinamika itu berhubungan erat dengan aktivitas pembangunan sebuah kota. Tegasnya pembangunan berorientasi kepada manusia maka pembangunan sebuah kota harus melibatkan manusia. Bila membangun bangunan di kota tidak melibatkan manusia maka bangunan itu akan gagal. Kondisi ini berlaku umum bagi semua kota-kota besar di dunia termasuk yang dihadapi Kota Medan sebagai kota besar di Indonesia. Pembangunan kota dengan bangunan harus berorientasi kepada manusia yakni harus memberikan tempat yang nyaman dan aman. Caranya membangun bangunan dengan fasilitas ramah bagi publik atau masyarakat yakni memiliki prasarana pejalan kaki, adanya ruang terbuka hijau, adanya ruang publik, adanya sarana transportasi publik dan lainnya.
Kota layak huni bagi warganya dan juga bagi pendatang dengan rasa senang. Kota nyaman dan aman keinginan semua warga kota. Alasannya bila kota dengan lingkungan nyaman dan aman maka baru bisa warganya hidup menyenangkan, membahagiakan.
Mengutip data hasil survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) tentang apakah Kota Medan sebagai kota layak huni yang memberikan kenyamanan, keamanan dan kebahagian bagi para warganya serta bagi pendatang ke Kota Medan. BPS melakukan survei dan mem-publish hasilnya yakni survei indeks kebahagiaan tingkat nasional tahun 2017. Hasil survei secara nasional itu ternyata daerah Provinsi Sumatera Utara masuk kategori provinsi yang penduduknya tidak bahagia.
Provinsi Sumatera Utara tercatat satu dari tiga provinsi yang paling tidak bahagia di Indonesia. Hasil survei mencatat nilai 68,41, sedikit lebih baik dari Papua yang memperoleh nilai 67,52, tetapi lebih buruk dari Nusa Tenggara Timur yang mencatat nilai 68,98. Sedangkan rentang nilai indeks kebahagiaan itu dinilai adalah 67,52 sampai dengan 75,68. Angka atau nilai indeks kebahagiaan itu berdasarkan tiga dimensi yakni: Kepuasan hidup (life satisfaction). Perasaan (affect), dan Makna hidup (eudaimonia).
Dalam survei itu ternyata ada tiga provinsi yang mencapai nilai indeks kebahagiaan tertinggi yakni Provinsi Maluku Utara dengan nilai 75,68, Maluku dengan nilai 73,77, dan Sulawesi Utara dengan nilai 73,69. Artinya, tiga provinsi itu dinyatakan sebagai provinsi paling bahagia. Alasan survei menyebutkan karena warga kotanya mampu memaknai hidup lebih dalam. Bisa memaknai hidup apa bila kepuasan hidup warga bagus. Implementasinya hidup bertetangga yang sangat baik, merasakan keamanan dan kenyamanan hidup di daerah tersebut.
Provinsi Sumatera Utara tidak mendapat nilai indeks kebahagiaan tertinggi. Artinya, warga Provinsi Sumatera Utara belum berbahagia. Penulis tidak ingin membenarkan dan tidak ingin menyalahkan. Hal itu karena secara psikologis hasil survei yang baik dan benar bila hasil survei itu dirasakan oleh masyarakat yang disurveinya. Sebaliknya hasil survei yang tidak baik dan tidak benar bila hasil survei itu bertentangan dengan apa yang dirasakan orang yang disurvei. Kini warga Kota Medan Provinsi Sumatera Utara dikategorikan tidak bahagia. Benarkah?
Kemudian ada data yang dikeluarkan Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia tentang kota paling layak huni. Diekspose kota-kota paling layak huni di Indonesia berdasarkan hasil survei yang dilakukan dua hingga tiga tahun oleh IAP ternyata juga menempatkan Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara pada kelompok daftar sepuluh kota paling tidak layak huni di Indonesia. Daftar sepuluh kota paling tidak layak huni itu masuk Kota Medan bersama Kota Makassar, Banda Aceh, Pekanbaru, Lampung. Sedangkan kota dinilai paling layak huni adalah Solo, Palembang, Balikpapan, Denpasar, Tangerang Selatan, Semarang, Banjarmasin.
Kreteria atau alasan IAP menilai sebagai kota paling layak huni adalah kota yang memiliki ketersediaan pangan yang baik, adanya tempat ibadah yang baik, tersedianya air bersih, memiliki sarana pendidikan yang baik, adanya fasilitas kesehatan yang baik, ketersediaan sarana transportasi yang baik, adanya jaminan keselamatan warga, baiknya pengelolaan air kotor dan drainase, tersedianya fasilitas pejalan kaki dan serta partisipasi masyarakat yang baik.
Kembali lagi penulis tidak ingin membenarkan data dari IAP itu dan tidak ingin menyalahkan data IAP itu. Namun, penulis menyerahkan kepada semua pembaca untuk menilai data-data yang ada itu dan menilai sendiri apakah merasa aman dan nyaman dengan lingkungan Kota Medan sekarang ini. Hanya itu. Hal itu karena semua orang bisa menilainya. Apakah benar hasil penilaian IAP itu. Kota yang masuk daftar kota layak huni harus memenuhi kreteria yang disebutkan dalam survei BPS itu yakni tentang kepuasan hidup (life satisfaction), perasaan (affect) dan makna hidup (eudaimonia). Sudah tepat karena tentang kepuasan hidup (life satisfaction), perasaan (affect) dan makna hidup (eudaimonia) adalah psikologis lingkungan buat semua manusia. ***
Penulis adalah sarjana Fakultas Psikologi UMA Medan dan kini mahasiswa pasca sarjana ilmu psikologi