Digitalisasi Koperasi Sukses Gaet Kaum Millenial

digitalisasi-koperasi-sukses-gaet-kaum-millenial

Oleh Dedy Hutajulu.

Digitalisasi di segala lini telah mengubah perilaku manusia. Perubahan perilaku itu turut membawa konsekuensi terhadap lanskap pasar. Koperasi yang selama ini dijalankan dengan model konven­sional mulai merasakan imbasnya. Jika tidak ingin megap-megap dan berakhir pada sen­jakala, koperasi harus cepat-cepat ber­transformasi ke format digital.

Pemikiran revolusioner itulah yang mendorong Koperasi Syariah Nuri (KSN) Jawa Timur segera ber­transformasi ke format digital. Mereka meya­kini koperasi digital sebagai solusi ekonomi kaum millenial. KSN Jatim memiliki satu unit usaha yaitu BMT, yang bergerak dalam bidang keuangan syariah. Jenis produknya dua yakni tabungan dan pinjaman. Tabungan terdiri dari tabungan syariah, tabungan ber­­­jangka, tabungan hari raya, tabungan ibadah qurban, tabungan pendidikan dan tabungan haji. Sedangkan pinjaman ada enam jenis produk­nya yakni Mudharabah, Murobahah, Musyarakah, Qordul Hasan, Rohn/Gadai dan Hiwalah.

Disebut revolusioner, karena KSN Jatim berani me­nerapkan sistem digital ketika kebanyakan koperasi masih menjalankan usahanya dengan cara klasik dan tradisional. Dengan digitalisasi, KSN Jatim menjulang lebih dahsyat dan man­faatnya lebih besar dirasakan anggotanya. Itu tam­pak dari testimoni banyak kalangan masya­rakat yang menga­takan fasilitas dan pelayanan yang dimiliki KSN Jatim berasa pelayanan di bank syariah.

Penilaian masyarakat itu, tentu sebuah pen­capaian besar. Tran­sformasi KSN Jatim telah men­da­tangkan manfaat bagi masyarakat. Kini, koperasi ini memiliki fasilitas yang tak kalah lengkap dari lembaga keuangan lainnya. Asetnya mencapai ratusan miliar rupiah. Tumbuhnya ke­percayaan publik terhadap KSN Jatim menan­daskan transfor­masi sukses menjawab tantangan zaman.

Berkembang Pesat

Sejak bertransformasi ke digital, koperasi be­sutan para tokoh alumni Pondok Pesantren Darul Ulum Batunyanyar itu berkembang pesat. Dari anggotanya yang semula hanya seribuan jiwa, pasca bertransformasi, jumlah anggota mem­bengkak hingga mencapai 25 ribu orang (data 2018). "Dari angka itu, 90 persen anggotanya di­dominasi orang-orang yang lahir antara tahun '80-an hingga 2000-an. Artinya, koperasi ini sa­ngat diminati generasi millenial," terang Abdul Wafi Jamal, pengurus KSN Jatim.

Abdul Wafi menjelaskan, dengan digitalisasi, semua proses pekerjaan dan transaksi di KSN Jatim sudah terintegrasi dan terotomasi. Digita­lisasi itu diterapkan mulai dari proses pendaftaran sebagai anggota, pengajuan pembiayaan, serta transak­si keuangan. Pendaftaran dan pengajuan misalnya, hanya dengan mengisi formulir di website resmi ksnjatim.com.

Untuk sistem transaksi, dilakukan dengan me­sin EDC atau melalui telepon pintar. Aplikasi KSN Jatim Mobile bisa ditanam di android dengan cara mengunduhnya dari Playstore. Dengan apli­kasi KSN Jatim Mobile, anggota bisa mengecek saldo simpanan, transfer uang, pembayaran kebu­tuhan rumah tangga dan pembelian pulsa dari mana saja dan kapan saja.

Perubahan nyata kentara setelah digitalisasi. Abdul Wafi menerang, jika sebelumnya anggota mau bayar iuran harus datang ke kantor KSN, atau kalau mau meminjam duit mereka harus me­ngantre dan musti mengisi borang formulir secara tulis tangan. Kini dengan aplikasi KSN Jatim mobile yang mengandalkan kuota internet, segalanya menjadi mudah dan memungkinkan. Dengan sentuhan jari, hal yang berkaitan dengan usaha kecil menengah, koperasi dapat diakses de­ngan mudah, menyenangkan dan mengun­tung­kan. Bahkan pembagian laba jauh lebih besar. "Menjadi anggota mudah, simpan pinjam mudah dan bisnis jadi menyenangkan," imbuh Abdul Wafi.

Apa yang dijalankan KSN Jatim menunjukkan ekonomi kerakyatan benar-benar berkembang, maju, mencerahkan. Masyarakat yang mau me­ngembangkan usaha terbantu dalam hal pinjaman. Konsep yang jelas dan penanganannya yang profe­sional membuat KSN Jatim mendapat tempat spe­sial di hati masyarakat Jatim.

Wafi menyebutkan, basis KSN Jatim adalah warga pesantren Darul Ulum Batunyanyar. Ko­perasi ini mengedepankan kejujuran, transpa­ransi dan akuntabilitas serta semangat berbagi hasil secara adil dan merata. Koperasi ini tumbuh besar dan kuat karena memegang prinsip-prinsip Islami yang selalu dijalankan anggota dan peng­urus, yakni syariah, jujur, transparan, inovatif dan semangat membantu kesejahteraan anggota.

Konsep yang jelas dan kuat itulah yang mem­buat KSN Jatim tumbuh dan berkembang pesat. Ketika ide membangun koperasi dicetuskan, sam­butan warga pesantren luar biasa. Malam inisiasi itu, mereka urun dana hingga terkumpullah uang Rp 45 juta yang digunakan sebagai modal awal. Dalam setahun, KSN Jatim sukses mendulang aset menjadi Rp 450 juta. Aset itu terus membeng­kak seiring bertambahnya anggota dan tum­buhnya kepercayaan publik. Sede­kade kemudian, koperasi ini telah memiliki aset melebihi Rp 200 miliar.

Tak hanya memprakarsai berdi­rinya koperasi, Achmad Muchlisin juga terlibat mendorong ga­gasan transformasi KSN Nuri ke digital. Ide trans­formasi itu terbersit ketika Muchlisin berke­nalan dengan Rahma­di, seorang programmer di awal 2012. Rahmadi sukses meyakin­kan Much­lisin soal transformasi koperasi ke format digital. Rahmadi sendiri yang mendesain software aplika­si untuk KSN Jatim.

Transisi koperasi dari model manual ke digital tidak begitu ada kendala bagi KSN Jatim. Rahma­di, menunjukkan kiprah terbaiknya lewat aplikasi software besutannya. Semua data KSN Jatim didigitalisasi. Begitu digitalisasi itu diperkenal­kan, anggota menyambutnya dengan antusias. "Bisnisnya sama, hanya sistem kerjanya berubah. Sekarang dibikin mudah dan menyenangkan ber­kat digitalisasi," ungkap Wafi.

Jauh Lebih Efektif

Wafi menuturkan, berkat aplikasi KSN Jatim mobile, kerja mereka sebagai pengurus jauh lebih efektif dan efisien. Pengurus tidak perlu lagi 'keluar - masuk' ke pasar untuk mengutip uang simpanan, mencatat di buku besar secara manual, masuk kantor dan mengentri data ke komputer. "Model dulu sangat tidak efisien, buang-buang waktu. Digitalisasi memudahkan segala urusan koperasi " sebutnya.

Tak hanya merekrut anggota, digitalisasi juga membantu KSN Jatim dalam mengembangkan bisnisnya. Kantor-kantor cabang KSN Jatim mulai di buka di beberapa daerah, seperti di Pamekasan. Saat ini, telah ada 20 cabang KSN yang tersebar di wilayah Jawa Timur. Digitalisasi memudahkan koperasi ini dalam membuka mengelola cabang. "Penggunaan software untuk koperasi dan dukungan IT adalah kunci," timpal Wafi.

Format digital ini juga menuntut pengurus KSN Jatim untuk menyajikan laporan keuangan lebih akuntabel dan akurat bahkan real time. Transparansi dan akuntabilitas pengurus itu disu­kai anggota. Sampai sejauh ini pengelolaan KSN Jatim masih berjalan pada rel profesio­nalitasnya. "Kami memastikan data-data anggota terjamin ke­amanan­nya," tandas Wafi.

Wafi menerangkan, selain pembagian keun­tungan koperasi dilakukan secara adil dan merata, mereka juga memberi perhatian khusus kepada anggota, secara spesifik yang ingin membuka usaha baru. KSN memberi suntikan dana sebesar Rp 2 juta secara cuma-cuma. "Itu bagi anggota yang mau buka usaha. Alhamdulillah, banyak yang terbantu," timpal lelaki lulusan sarjana eko­nomi itu.

Pengelolaan koperasi dengan ceruk digitalisasi ini telah memperbesar kontribusi KSN Jatim da­lam menyejahterakan perekonomian masyara­kat sekaligus menekan angka pengangguran di Jatim. Dan koperasi ini memberi kesempatan kepada generasi millenial untuk belajar ekonomi kerakyatan.

Dengan besarnya aset yang dikelola KSN Jatim telah berkontribusi terhadap negara. Pengelolaan koperasi berbasis digital, sepasti dilakukan KSN Jatim menandaskan, koperasi adalah pilar pere­konomian bangsa. Sebagai gambaran, sumbangan koperasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kita begitu besar. Pada 2016 lalu, sumbangan koperasi 4,41 persen dari PDB atau setara Rp. 508,580 T. Sumbangan itu terus meningkat secara signifikan. Di akhir 2018, koperasi menyumbang 5,1 persen dari total PDB 14.837,4 triliun atau se­tara 756,707 triliun.

Kita akui, geliat koperasi kita kalah unggul dari Denmark yang menyumbang 6,7 persen dari PDB-nya. Tetapi jika koperasi kita dikelola dengan modern berbasis digital, kata Wafi, bukan tidak mungkin sumbang­sih koperasi kita terhadap negara meningkat mengalahkan negara-negara maju lainnya. "Saatnya koperasi dikelola dengan professional melalui dukungan software aplikasi yang membuat pengelolaannya lebih mudah, rapi dan cepat," ajak Wafi.

Di era Internet of Things dan Artificial Inte­ligen­sia, digitalisasi koperasi semakin urgen kare­na menunjang perkembangan dan percepatan akses bagi masyarakat dalam membangun kope­rasi. Bagi masyarakat kecil dan menengah sendiri, digitalisasi koperasi akan memudahkan mereka mengem­bangkan usahanya.

Programmer Rahmadi menyebut, digitalisasi efektif membantu kope­rasi Indonesia dalam me­respon tantangan zaman. Dengan digitali­sasi, la­po­ran keuangan dan sistem informasi mana­jemen koperasi menjadi mudah, murah dan handal. Ini sejalan dengan motto koperasi era millenial: Tiada koperasi tanpa teknologi informasi dan tiada koperasi tanpa bertransaksi dengan anggota. "Sistem online akan mampu menjangkau lebih ba­nyak kalangan," terang pembuat software khu­sus koperasi itu.

Ramdani menambahkan, transfor­masi ke format digital justru me­ngem­balikan citra koperasi. Selama ini, koperasi kurang diminati generasi millenial karena manajemen dan layanannya masih 'jadul', tetapi dengan digitalisasi, koperasi menjadi diakrabi anak muda. Model koperasi dengan layanan mobile transaksi android ampuh menggaet kaum millenial. “Kita butuh sosialisasi ke generasi millenial bahwa koperasi saat ini sudah berbasis digital. Dengan demikian, mereka akan tampil percaya diri menggunakan koperasi era millenial,” terangnya.

Menteri Koperasi Anak Agung Puspayoga me­nyebut, koperasi digital perlu menyusun stra­tegi bisnis yang efektif, yang dapat memenuhi ke­butuhan ekonomi anggotanya melalui layanan digital tersebut. Koperasi berbasis digital potensial mendorong sebanyak 57 juta unit UMKM untuk beradaptasi dengan ekonomi digital.

Potensi Ekonomi Digital

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut saat ini, pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia paling pesat dibandingkan negara lain. Ekonomi digital di Indonesia sendiri mencapai 40 miliar dollar AS. Bahkan, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu meyakini ekonomi digital di Indonesia bisa mencapai 130 miliar dollar AS di 2025.

Potensi ekonomi digital itu dimungkinkan meng­ingat besarnya angka pengguna internet di Indonesia. Riset Asosiasi Pengguna Jasa Internet (2018) menyatakan, 171 juta orang terkoneksi de­ngan inter­net. Survey lembaga Marketers me­nunjukkan seba­nyak 83 persen dari pengguna internet itu meng­aksesnya melalui ponsel. Dan angka itu didominasi oleh kaum millenial. Maka digita­lisasi koperasi tak bisa ditawar-tawar lagi. ***

Penulis adalah seorang jurnalis.

()

Baca Juga

Rekomendasi