
AWAL pekan ini, Senin (28/10/2019), kita memperingati hari Sumpah Pemuda Ke-91. Tema yang diangkat adalah "Bersatu Kita Maju". Sebuah ajakan yang relevan dengan awal periode kedua kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin yang memang mengusung visi dan misi kemajuan negara dan bangsa yang, paling tidak sesuai janji, dalam lima tahun mendatang akan fokus kepada upaya pembangunan sumber daya manusia (SDM), di samping pembangunan bidang infrastruktur yang terus dilanjutkan. Bahkan, Presiden sendiri menamakan kabinetnya kali ini dengan Kabinet Indonesia Maju.
Seiring fokus pada pembangunan SDM itu, menarik bagi kita untuk mencermati pidato peringatan Hari Sumpah Pemuda yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim. Apalagi, sosoknya cukup fenomenal: berusia 35 tahun dan akan menjadi pemimpin dalam mewujudkan fokus pembangunan SDM tersebut. Disampaikannya, sebagai perwakilan generasi milenial, dia siap membuka berbagai kesempatan bagi generasi muda Indonesia.
Dia meminta pemuda Indonesia tidak takut atau bingung menghadapi masa depan bangsa karena hal itu berada di tangan generasi muda. Generasi muda diajak untuk terus melangkah dan tidak menunggu dunia berubah. Satu-satunya kegagalan adalah kalau kita diam di tempat. Sementara, satu-satunya kesuksesan adalah kalau pemuda terus melangkah ke depan. "Kita mungkin tersandung-sandung, kita mungkin jatuh, tapi kita tidak akan tiba di tujuan kita kalau kita tidak melangkah bersama. Dunia ini ada di tanganmu. Asal kita berani melangkah, kita tak akan pernah kalah," ujarnya.
Saat ini sampai setidaknya 2040, kita akan menikmati bonus demografi. Diperkirakan, sekitar 62 persen di antaranya adalah generasi muda dan usia produktif. Bila bangsa kita mampu mengelola bonus kependudukan ini, kita akan mampu menjelma sebagai sebuah bangsa maju. Namun, jika kita gagal, jumlah penduduk muda yang dominan tersebut justru akan menjadi katastropi. Sebuah keadaan yang tidak kita inginkan sama sekali.
Persoalannya, tantangan pembangunan SDM kita begitu pelik. Satu dengan lainnya saling berkelindan. Penyelesaiannya tidak bisa parsial. Problem yang kita hadapi dalam bidang pendidikan, yakni belum tercapainya secara memuaskan seluruh delapan standard nasional pendidikan, harus berhadapan dengan kemajuan teknologi yang sangat cepat yang bahkan sekarang telah menjelma sebagai era baru, yakni Revolusi Industri 4.0, yang membutuhkan tingkat pengetahuan tertentu untuk bisa dikuasai dan dimanfaatkan bagi kemajuan. Kita tidak mendewakan teknologi. Namun, pada masa depan, penguasaan iptek ini akan sangat elementer bagi seluruh aspek kemajuan bangsa.
Dalam hal inilah kita harus menyadari pentingnya pembangunan generasi muda yang menguasai teknologi. Peran ini harus mampu ditunaikan dengan baik oleh pemerintah, khususnya Kemdikbud. Sebagai kementerian sentral, Kemdikbud dan seluruh jajaran Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan bertanggung jawab untuk mewujudkan sosok generasi muda yang kreatif dan inovatif sehingga perannya untuk memajukan bangsa ini bisa bukan angan belaka.
Namun, lebih jauh dari itu, keunggulan generasi muda bangsa ini tentu bukan hanya dalam penguasaan iptek semata. Keunggulan itu juga terutama, bahkan jauh lebih vital adalah karakter. Sebab, inilah sebetulnya tujuan utama pendidikan dan pembangunan manusia Indonesia. Dalam hal ini, kita patut mengutip dan mempedomani pernyataan mantan Presiden BJ Habibie sejak puluhan tahun lalu yang terasa sangat relevan saat ini: bangsa Indonesia bukan hanya harus menguasai iptek, tapi juga beriman dan bertakwa (Imtak). Imtak menjadi jangkar moral sehingga iptek yang dikuasai benar-benar menjadi alat membangun kemaslahatan bangsa dan negara.
Pada 1928, pemuda telah menancapkan tonggak kepionirannya bagi terwujudnya Indonesia merdeka. Perjalanan bangsa ini juga telah banyak menorehkan tinta emas pemuda dalam pembangunan. Kini, para pemuda yang akan menjadi warga mayoritas bangsa ini, kembali dituntut menjadi pionir bagi perubahan bangsa dan negaranya dengan penguasaan imtak dan iptek. Jalan ke arah itu telah dibuka selebar-lebarnya lewat visi dan misi pembangunan bangsa. Sejalan dengan visi itu, dibutuhkan keberanian pemuda untuk mengambil peran seperti disampaikan Nadiem Makarim di atas.
Generasi muda bangsa ini patut pula mencamkan sepenuh hati ucapan salah satu pendiri bangsa ini, Bung Karno. Ditegaskannya, dengan sepuluh pemuda di tangannya, dia akan bisa mengubah dunia. Sekarang, kita benar-benar menanti terwujudnya kepioniran generasi muda bangsa ini untuk mengubah Indonesia menjadi maju!