NIALL Ferguson, peneliti senior pada Hoover Institution dan seorang sejarawan pernah mengatakan jika Donald Trump kemungkinan akan dimakzulkan. Ramalan Ferguson itu mulai menemui titik terang setelah isu rencana pemakzulan (impeachment) Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dari kubu Demokrat terus mencuat akhir-akhir ini. Presiden kontroversial itu terbukti menekan Presiden Ukraina untuk melakukan upaya penyelidikan guna menyingkirkan saingannya dalam pemilu presiden 2020 nanti, yaitu Joe Biden.
Namun, bukan hanya Demokrat yang mengusulkan pemakzulan Trump. Rakyat Amerika juga mendukung pemakzulan Trump, bahkan jumlahnya juga dikabarkan meningkat sebesar 8% dalam sepekan terakhir.
Hal ini berdasarkan pada hasil jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dirilis pada Senin (30/9). Dari jajak pendapat pada 26-30 September ditemukan bahwa 45% orang dewasa menganggap Trump yang berasal dari Partai Republik "harus dimakzulkan".
Pada pekan sebelumnya, hanya ada 37% orang yang mendukung pemakzulan Trump. Sementara sebanyak 41% orang mengatakan bahwa Trump sebaiknya tidak dimakzulkan, 15% mengatakan "tidak tahu" harus memilih apa.
Wacana pemakzulan Trump muncul setelah dia melakukan panggilan telepon pada Juli dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Pada kesempatan itu Trump konon meminta Zelenskiy untuk mencari tahu skandal terkait Joe Biden, yang merupakan mantan wakil presiden semasa Barack Obama, dan putranya Hunter.
Pada pekan lalu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS meluncurkan penyelidikan pemakzulan terhadap Trump. Trump diduga melakukan penyalahgunaan kekuasaan setelah memanfaatkan dana bantuan AS senilai hampir US$ 400 juta untuk dijadikan sebagai imbalan atas bantuan politik dari Zelenskiy karena mau melakukan penyelidikan terhadap Biden.
Tidak akan ada artinya
Hasil jajak pendapat terhadap lebih 2.200 orang dewasa di AS juga menemukan bahwa 34% telah mendengar "banyak" tentang skandal Ukraina pekan ini. Jumlah itu meningkat sekitar dua kali dibandingkan dengan pekan lalu. Sementara sekitar 30% lainnya mengatakan telah mendengar "sebagian" detail tentang telepon Ukraina.
Ketika ditanya apa yang mereka pikirkan tentang berita itu, 43% mengatakan "presiden Trump berusaha untuk menyingkirkan Joe Biden menjelang kampanye presiden 2020". Jumlah itu naik 4 poin dari pekan lalu.
Jajak pendapat juga menemukan bahwa 66% orang dewasa Amerika mengatakan setiap pejabat terpilih "harus disingkirkan" dari jabatannya jika mereka bekerja dengan pemerintah asing untuk menyerang lawan politiknya. Jumlah itu termasuk 46% dari Partai Republik, 88% dari Demokrat dan sekitar dua pertiga dari peserta independen.
Namun, fakta sekitar 45% rakyat AS ingin Trump lengser, bukan angka yang besar. Masih banyak yang tidak percaya tuduhan terhadap Trump dan belum menyimpulkan bahwa sang presiden memang bekerja dengan Ukraina untuk menyingkirkan Biden.
Meski demikian, pendapat publik masih bisa berubah karena akan ada lebih banyak informasi terungkap. Tetapi ilmuwan politik Universitas Michigan Nicholas Valentino mengatakan bahwa dukungan untuk pemakzulan Trump tidak akan ada artinya, kecuali para pemimpin Republik bergabung dengan Demokrat untuk mengkritik presiden secara terbuka. Rakyat bukan sarjana konstitusional, lanjut Valentino.
Mereka mempercayai pejabat terpilih mereka dari partai mereka untuk mengetahui aturan politik. Dan ketika anggota partai mereka sendiri mengatakan bahwa seseorang telah melanggar aturan, saat itulah opini publik akan benar-benar mulai berubah. (cnn/rtr/es)