
Oleh: Yuni Ren Naibaho SSos
MENSYUKURI rezeki yang telah dimiliki adalah obat termahal untuk mencegah iri terhadap rezeki yang orang lain miliki.
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(QS. Ibrahim:7).
Seringkali tanpa tidak atau disadari kita sering membandingkan keadaan orang lain dengan yang ada pada diri kita sendiri, baik itu rezeki, harta, pekerjaan, jabatan, anak sampai paras wajah.
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik" (QS Ali Imran:14).
"Kau sih enak,” atau “kalau kau kan lebih dari cukup dibandingkan aku”. Ada juga yang bilang, “Apa lagi yg jadi beban, nikah udah, usaha ada dan semuanya beres”.
Ini kata-kata yang sering kita ucapkan karena kita selalu yakin kalau kehidupan oranglain lebih baik dari kehidupan orang lain dari kehidupan kita. Dan orang lain pun meyakini, kalau kehidupan kita jauh lebih daik darinya.
Sebagian besar orang akan selalu fokus pada dirinya sendiri, melihat berbagai masalahnya saja dan tidak pernah memperhatikan berbagai hal di sekitarnya. Merasa cemburu ketika orang lain mempunyai kenikmatan sering tanpa sadar kita lakukan.
Sehingga tak jarang kita akan selalu merasa kekurangan dan tidak pernah merasa nyaman dengan kehidupan yang kita miliki sekarang. Intinya hanya satu, kita tidak mensyukuri apa yang kita miliki saat ini, bahkan meski itu lebih dari pada cukup untuk semua kebutuhan kita.
"Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya." (QS. Al Isra': 30).
Harusnya kita dapat menjaga hati agar selalu percaya pada Allah Swt, terlebih saat kita mulai gelisah dikala orang lain mendapat kenikmatan lebih. Karena rezeki itu ada masanya, mungkin saja Allah Swt tidak memberi kita saat ini sebab sejatinya kita memang belum benar-benar membutuhkannya.
Jadi jangan biarkan hati kita meronta melihat kenikmatan yang didapat orang lain, karena yang demikian Allah Swt tidak suka. Maka, bijaklah mengendalikan hati, agar Allah Swt senantiasa ridho terhadap kita. Dan bila Allah Swt telah rdho, tentu untuk memperoleh lebih dari sekedar yang kita harapkan akan sangat mungkin.
Perlu kita ingat, rezeki yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, jadi bila saat ini kita belum mendapatkannya maka artinya kita belum membutuhkannya. Jadi tidak perlu kita mengeluh ataupun berputus akan rahmat-Nya, sebab bila sudah sampai waktunya maka Allah Swt akan takdirkan kepada kita.
Dan bisa jadi saat kita mampu bersabar, maka Allah Swt akan memberimu lebih dari apa yang diinginkan saat ini.
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas,” (QS. Az-Zumar : 10).
Memang rasa hasad, iri, dengki jadi sebab kita tak pernah puas dengan rezeki. Namun sebenarnya itu semua kembali pada diri kurangnya iman pada takdir.
Rezeki adalah bagian dari takdir ilahi sehingga untuk memahaminya harus memahami takdir dengan baik. Yang jelas Rezeki tak mungkin tertukar, Allah pasti membagi rezeki dengan adil.
Apa yang kita miliki, itulah yang terbaik untuk kita. Rezeki itu tidak perlu dipusingkan. Jatah rezeki kita dari Allah Swt itu sudah pasti dan tidak akan tertukar dengan rezeki orang lain. Justru sebenarnya rezeki itu yang akan mencari kita.
“Sesungguhnya rizki akan mengejar seorang hamba seperti ajal mengejarnya” (HR. Ibnu Hibban, dihasankan oleh syekh Al Bani).
Jika pedagang di pasar memahami konsep rezeki sudah diatur Allah Swt, maka tidak akan ketakutan tidak bisa makan sampai-sampai harus berbuat curang dengan timbangan. Jika pengusaha memahami hal tersebut, maka tidak akan ada kasus penipuan klien.
Jika kontraktor memahami konsep rezeki diatas, maka tidak akan ada bahan kecurangan dalam mengerjakan proyeknya.
Berhentilah untuk selalu mengasihani diri sendiri dan mengeluh sepanjang waktu. Di luar sana, ada banyak sekali orang yang tidak seberuntung kita, bahkan berbagai masalah selalu menaungi mereka sepanjang waktu, namun mereka tetap menjalani kehidupan mereka dengan bersemangat dan tersenyum bahagia.
Jangan hanya fokus pada diri sendiri dan mengabaikan berbagai hal lain di sekitar kita, sebab di sana banyak pelajaran yang berguna dan juga pengalaman yang bisa kita petik.
Melihat berbagai hal lain di luar kehidupan kita, akan membuat kita bersyukur dan bisa menjalani kehidupan dengan “normal”. Artinya, kita akan menikmati apa yang kita miliki saat ini, bahagia dan selalu merasa tenang dalam menjalani hari-hari, itulah makna kehidupan yang sesungguhnya.
Manusia yang senantiasa bersyukur kepada Allah Swt memiliki kemuliaan dan keistimewaan dibandingkan yang lain. Ia akan selalu merasakan nikmat Allah dalam hidupnya. Rasa syukur dan merasakan kehadiran nikmat itu selalu bersama. Semakin banyak seseorang bersyukur, semakin banyak nikmat Allah Swt yang dirasakannya. Semakin banyak nikmat yang ia rasakan, semakin dalam rasa syukurnya pada Allah Swt.
Keberadaan orang-orang yang selalu bersabar akan selalu disertai oleh anugerah Allah Swt.
“Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang yang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, ‘Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?’ (Allah berfirman): ‘Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNya)?’” QS,Al-An’am: 53).
Namun kebanyakan di antara orang-orang kaya tidak begitu percaya bahwa di tengah kekurangan hidup orang-orang miskin ada anugerah Allah Swt yang tak ternilai. Mereka menyangka anugerah Allah Swt itu hanya terlimpah pada mereka dengan bukti kelebihan harta yang mereka miliki. Padahal Allah Swt Maha Mengetahui siapa di antara manusia yang bersyukur dan Maha Bijaksana dalam menentukan anugerah apa yang terbaik untuk diberikan kepada hamba-hamba yang bersyukur pada-Nya.
Kekayaan dan kemiskinan adalah cara Allah Swt menguji manusia, siapa di antara mereka yang bersyukur kepada-Nya. Kekayaan adalah ujian seberapa besar manusia masih mengingat Allah Swt ketika hidupnya secara materi diberi Allah Swt kecukupan bahkan berlebih. Kemiskinan juga ujian seberapa besar manusia mampu bersabar dalam keadaan hidup yang secara materi kekurangan. Diantara orang-orang kaya ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur. Diantara orang-orang miskin pun ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.
Penting bagi kita untuk tetap berikhtiar menjemput rezeki, namun apabila rezeki seperti yang kita harapkan dalam hati dan pikiran kita tidak tercapai, maka jangan berkecil hati dan berprasangka buruk pada Allah Swt. Yakinlah bahwa Allah Swt maha adil, apa yang ditetapkan oleh Allah Swt pastilah yang terbaik bagi hambanya, umat manusia.
Rezeki adalah hak prerogatif Allah Swt, mau kepada siapa diberikan bukan urusan kita. Cukuplah kita bertawakal kepada Allah Swt sehingga keperluan kita akan dicukupkan. Bahkan binatang melata pun sudah dijamin rezekinya oleh Allah Swt.
Penulis Anggota Komisi Infokom MUI Kota Medan.