Berastagi, (Analisa). Pembuatan tembok penahan longsor dari tebing jalan nasional ruas jalan nasional menuju Berastagi disoroti masyarakat. Pembangunan tembok itu terkesan asal-asalan tanpa kajian konstruksi bangunan. Anggota DPRD Karo, Mansur Ginting, Selasa (12/11) menjelaskan, sebelum tembok penahan dibangun, longsor sudah lebih dahulu menimbun bahan material yang akan digunakan.
Ia menjelaskan, saat ini 5 titik pembuatan tembok penahan longsor dikerjakan mulai dari kilometer 50,5 Desa Bandarbaru dan antara kilometer 56-58 lereng perbukitan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan dari simpang Desa Doulu dengan Gerbang Tahura, Berastagi. Pembuatan tembok penahan longsor dibuat pemasangan batu sepanjang ruas tebing yang longsor menimbun drainase.
Tembok penahan longsor dibuat bukan seperti pemasangan beronjong bertingkat diisi batu sampai pada ketinggian yang diperkirakan tidak tertimbun lagi, namun hanya dibuat setinggi 2 meter dengan posisi tegak lurus 90 derajat sesuai tebing, sehingga ancaman longsor seketika bisa terjadi saat musim hujan. Buktinya, satu tembok penahan di lokasi di kilometer 57-58 terjadi longsor dan menimbun material bangunan yang akan diperuntukkan untuk pembuatan tembok penahan longsor.
PPK 4.4 Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) melalui petugas lapangan Jakup Sitepu dikonfirmasi Analisa, Selasa (12/11) melalui telepon selulernya, membenarkan kondisi pembuatan tembok penahan longsor.
“Sebenarnya bukan tegak lurus. Tapi ada kemiringannya beberapa persen tapi karena anggaran minim di Tanah Karo, itulah dilaksanakan yang seharusnya perlu melalui kajian. Dananya berkisar Rp3 miliar dari dana sisa lelang yang dialokasikan mulai dari wilayah Pancurbatu sampai wilayah Berastagi,” ujar Sitepu. (alex)