Titik Nol Peradaban Islam di Barus

titik-nol-peradaban-islam-di-barus

Ketika menatap laut lepas, ada perasaan lega. Mata terasa sejuk menatap “kaki langit yang masuk ke garis laut, melengkung. Berdiri di tepi pantai menatap gelombang laut (ombak saling kejar mengejar bibir pantai tak henti-hentinya mengeluarkan suara gemuruh bagaikan suara musik mendayu-dayu.

Oleh: M. Yasmin Ramadhan M. Terasa semakin nikmat ketika turun ke bibir pantai, tanpa alas kaki sebab air laut menyapu kaki dan kemudian air laut menjauh dari pantai. Kaki di atas pasir semakin terbenam dan kemudian ombak datang lagi, menyapu kaki di atas pasir. Terus, terus dan terus berulang.

Itulah nikmatnya berwisata di pantai laut lepas, bersama deburan ombak membelai kak di atas pasir pantai dan hembusan angin yang tak henti-hentinya memberikan sensasi tersendir membuat hati menjadi senang, tenang dan nyaman.

Berwisata ke Titik Nol peradapan Islam di Keca­matan Barus, Kabupaten Tapanul Tengah memiliki banyak pantai sebab daerah itu berada di sepanjang pantai barat Pula Sumatera, berhadapan dengan laut lepas, Samudra Indonesia. Menatap ke barat, terbentang lautan lepas Samudra Indonesia. Menatap ke timur, terlihat hijaunya Bukit Barisan yan berbaris-baris dengan Gunung Simampalu menjulang tinggi.

Barus dikenal dengan kota tua di Indonesia dan keterkenalan itu oleh Presiden Indonesia Ir. Joko Widodo didirikan sebuah Tugu Nol Kilometer Peradaban Islam yang diresmikannya pada 24 Maret 2017 lalu. Kemudian mengapa Barus dikenal sebagai kota tua di Indonesia? Ha itu karena Barus dahulu sebagai pintu masuk berbagai bangsa ke Nusantara (Indonesia). Berbagai bangsa datang karena hasil bumi Barus berupa kemenyan, kapur barus dan berbagai rempah rempah yang pada masa itu sebagai komoditi perdagangan internasional. Semuanya itu terjad jauh sebelum bangsa Belanda datang dan menjajah Indonesia.

Kala itu Barus sudah menjadi Bandar (Pelabuhan) internasional berbagai bangsa. Hal it karena zaman dahulu hanya ada satu transportasi lewat lautan maka Barus yang berada di tepi Samudra Indonesia Pulau Sumatera (dulu Pulau Andalas) menjadi pintu masuk ke Indonesia maka jadilah Barus sebagai kota pelabuhan.

Namun, ketika penulis berkunjung ke Barus tidak lagi merasakan berada pada sebua kota tua. Hal itu kare­na peradaban manusia telah berganti dan pen­du­duknya hidup sebaga petani, nelayan, pedagang dan pegawai negeri sipil. Sama dengan kota-kota lainnya di Indonesia Para pengunjung dan masyarakat Barus tidak lagi merasa berada di kota tua sebab tidak ada pembeda dengan kota-kota kecamatan lain di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Makam-makam Tua

Meskipun terkenal dengan sebutan kota tua tetapi ketika berwisata ke Barus tidak menemukan bangunan tua tetapi menemukan banyak makam-makan tua berusia beberapa abad lalu. Makam-makam tua itu penanda peradapan Islam masuk melalui pelabuhan Barus.

Faktanya, Kota Kecamatan Barus di Kabupaten Tapanuli Tengah terdapat 44 lokasi makam-makam tua yang dikenal dengan makam para Aulia 44, diantaranya makam Syech Mahmud menjadi saksi bahwa Agama Islam sudah ada di Barus kala itu.

Sedangkan 43 Auli lainnya Syech Rukunuddin, Tuanku Batu Badan, komplek Bukit Hasang, Tuanku Ambar, Tua Kepala Ujung, Tuan Sirampak, Tuan Tembang, Tuanku Kayu Manang, Tuanku Makhdum Syech Zainal Abidin Ilyas, Syech Ahmad Khatib Siddiq, Imam Mua’azhamsyah, Imam Chati Miktibai, Tuanku Pinago, Tuanku Sultan Ibrahim bin Tuanku Sultan Muham­madsyah Chaniago dan Tuan Digaung yang ke semua makamnya berada di Barus dan sekitarnya

Sayangnya tidak semua lokasi makam-makam tua itu bisa dikunjungi wisatawan dengan mudah, sebab akses ke lokasi belum layak. Sedangkan yang ada akses­nya masih cukup berat “medan” yang dilalui se­perti mengunjungi makam Syech Mahmud di Desa Pananggahan pad ketinggian 250 meter di atas per­mukaan laut (dpl) maka harus menaiki 720 anak tangga, bar sampai ke lokasi. Lokasi yang mudah dikunjungi makam Mahligai di Desa Aek Dakka da Syech Rukunuddin serta Tuanku Batu Badan di Desa Bukit Hasang.

Berdasarkan adanya makam-makam tua di Barus, masyarakat mempercayai sebagai kota tua sebab sudah berusia beberapa abad yang lalu. Melihat lokasi makam-makam tua yan tersebar di Barus dipercayai masyarakat Barus yang ada sekarang tidak sama dengan Barus yan dahulu.

Wisata Pantai, Sungai, Gunung dan Sejarah

Barus memiliki alam nan indah, tepian (pantai) yang indah sebab berada ditepi panta barat pulau Su­matera Utara. Pesona alam nan alami memiliki Bukit Barisan sebagai wisat gunung dan banyak sungai dengan air yang sejuk dan jernih. Barus memiliki tepi pantai landa dengan deburan ombaknya sebagai objek wisata bahari. Adanya sungai (aek) Sirahar yang d kecamatan itu menjadi objek wisata sungai. Namun, hanya sekali setahun ramai ketika henda bulan puasa Ramadhan yakni mandi balimo-limo. Lain dari hendak bulan puasa Ramadhan, sepi.

Barus merupakan pintu masuk semua suku bangsa dan agama yang ada di Indonesia pintu masuk agama Islam, Hindu, Kristen, Budha dan berbagai suku bangsa yakni Belanda Inggeris, Arab, Tamil, China, India, Portugis, Jepang dan lainnya.

Kota tua Barus dikenal dunia karena adanya kapur barus dan berbagai rempah-rempah yang zaman dulu menjadi komoditi (barang) perdagangan berharga. Komoditi itu diperdagangkan ke Arab, Parsia, India, Portugis, Tiongkok dan negara lainnya.

Berkunjung ke Barus (Barus Visit) akan melihat pandai, sungai, gunung dan makam makam tua sebagai peradaban Islam pada masa lalu. Berwisata ke Barus berziarah ke makam tua para Aulia 44, juga makam orang orang Tiongkok, prasasti dagang bangsa Tamil dan peninggalan sejarah lainnya.

Barus memiliki objek wisata serba lengkap sebab didukung alam nan indah. Sanga mempesona, ham­paran pantai landai memukau mata dan memanjakan para pengunjung denga pemandangan alam pantai memesona. Namun, infrastruktur jalan belum baik, penginapan transportasi dan akomodasi belum baik. Belum ada hotel berbintang, transportasi umum masi terbatas dan akomodasi lainnya.

Pesona alam yang indah seharusnya banyak wisa­tawan berkunjung ke Barus. Namun pesona alam yang indah itu dalam kesunyian. Sarana dan prasarana pen­dukung masih kurang penginapan (hotel berbintang) hanya ada di ibukota Kabupaten Tapanuli Tengah, Pandan yang berjarak 80 kilometer dengan kondisi jalan kurang baik.

Sejuta pesona objek wisata di Barus sepanjang tahun sepi pengunjung, alam indah memesona dalam kesunyian pengunjung. Idealnya sejuta pesona objek wisata ramai dikunjung setiap hari sepanjang tahun. Indahnya pantai Samudra Indonesia di Barus dengan deburan ombak menghempas pasir putih sepanjang garis pantai. Wisatawan bisa menyaksikan laut lepas dengan deburan ombak tak henti-henti dan nyiur (pohon kelapa) berjejer di tepi pantai, pohon Cemara Laut berdampingan dengan pohon kelapa memadukan keindahan alam pantai.

Barus juga memiliki banyak sungai airnya jernih berasal dari bukit-bukit yang berbaris baris berwarna hijau dengan hamparan sawah menghijau dan juga menguning. Semua keindahan Barus bisa dinikmati para wisatawan. ***

Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara.

()

Baca Juga

Rekomendasi