Oleh: Rhinto Sustono.
PESONA batu akik memiliki kelebihan masing-masing. Meski tidak begitu digandrungi seperti beberapa tahun yang lalu, namun peminat, pecinta, hingga para kolektor akik tetap punya cara agar cerita batu nusantara senantiasa jadi bahan diskusi.
Tak ubahnya peranti elektronik yang terus berganti model dan menemukan kecanggihannya sendiri-sendiri, batu akik juga kian hari punya kharisma agar tetap memikat hati. Bahkan peminatnya juga sudah menyeluruh dari kalangan muda hingga tua.
Pecinta akik juga tidak memandang strata sosial. Pun tak condong hanya dari kalangan kaum pria. Kini, jika tak dikenakan sebagai batu cincin, kehadiran akik bisa menghiasi pergelangan tangan. Pun liontin kalung wanita tak abai dari kemilau pesona akik.
Jika kalangan pria banyak menyuka batu akik dari jenis tertentu, justru kaum hawa lebih memilih dari variasi dan pilihan warnanya. Misalnya lebih menggandrungi akik hijau yang berkilau, atau yang merah menyala. Tak jarang perempuan juga menyukai warna akik yang kuning bening, pun yang berserat mengkilat.
Dari sekian banyak pilihan warna itulah, kaum perempuan tidak bisa mengelak dari ketertarikan memakai akik yang bercorak abstrak. Terlebih jika keabstrakan corak itu memunculkan warna-warna yang semarak.
Dari banyak varian batu nusantara, jenis pancawarna merupakan salah satu yang unik, banyak dicari dan diminati. Sesuai namanya, pancawarna dikenal karena keanekaragaman warna yang menyatu pada fisik batunya. Bahkan, kadang jumlah warnanya melebihi standar namanya.
Batu pancawarna sejak lama melegenda sebagai batu yang dianggap memiliki tuah. Sebagian pecintanya percaya jika jenis batu ini bisa meningkatkan karismatik dan kewibawaan pemakainya.
Saat booming 4 tahun lalu, jelas akik panca warna juga diburu penyukanya. Bahkan jauh sebelum kini, batu ini sudah menjadi incaran para pembesar kerjaan. Mungkin karena diyakini berdaya magis atau menyimpan energi alam yang sangat dahsyat.
Tak hanya kalangan pria, permaisuri juga kerap menggunakan batu pancawarna sebagai liontin, bahkan penghias mahkotanya. Perpaduan aneka warna, merah, hijau, putih, hitam, cokelat, kuning, dan ragam warna lainnya memang sering membuat orang tergoda.
Bergambar Samar
Banyak kalangan mengira pasar batu akik sudah mati. Dugaan itu sah-sah saja, meskipun sejatinya pasar akik tetap menggejala di setiap kota. Bahkan para pedagang akik kini tak seperti saat masa booming silam, yang kebanyakan menjual secara asongan.
Dunia maya membuka lebar pasar batu akik. Bahkan saking menggejala, nama-nama akik nusantara juga kian beraneka. Yang pasti jika dulunya banyak dikenal pecinta dan kolektor akik misalnya jenis safir, topaz, sungai dareh, kecubung, bio solar, lumut, garut, bacan doko, kalsedon, kalimaya, dan lainnya. Kini meski nama-nama akik itu tidak sirna, namun malah diperkaya dengan sebutan jenis lainnya.
Jenis natural green moldavite, garut urat tembaga, garut tembaga kristal, bulu merak tiga dimenasi, cendana plat merah, dan sebagainya, menjadi nama varian baru yang mungkin masih asing bagi awam. Bagi kalangan pecinta dan kolektor akik, sebutan baru itu justru menjadi sesuatu yang menggembirakan.
Dari sekian banyak akik nusantara, satu yang kharismanya tidak pernah pudar bahkan kian dicari penggemarnya, yakni jenis pictorial agate (batu bergambar). Daya imajinasi perajin akik, turut memperkaya keberagaman yang bisa dimunculkan dari sebongkah batu alam yang sebelumnya tak terkuak rahasia gambarnya.
Benar jika gambar yang ada pada sebentuk batu sudah terbentuk secara alami, namun tangan manusialah yang menjadikannya hadir tak sebatas imajinasi. Gambar pada pictorial agate juga beragam. Dari perupaan kepala hewan, kadang juga gambar hewan secara utuh. Ada pula bergambar sosok-sosok tokoh terkenal, baik dalam duani nyata maupun tokoh dalam kisah legenda.
Hal paling menggembirakan, dari banyaknya ragam gambar yang muncul pada sebuah akik, pictorial agate juga menawarkan corak abstrak dengan dukungan warna-warna yang semarak.