
Medan, (Analisa). Sebuah pertanyaan menarik dilontarkan Ustaz Agus Rizal kepada sekitar 200 siswa SMP Sultan Iskandar Muda, Medan Sunggal, yang tengah mengikuti pelajaran Kelas Keberagaman Agama, yang diadakan di Auditorium Bung Karno, Jumat (1/11).
Kelas Keberagaman Agama adalah pelajaran agama yang menyatukan siswa dari berbagai agama membahas satu tema khusus yang telah ditentukan oleh para guru agama di Perguruan Sultan Iskandar Muda, di bawah koordinasi Ustaz Agus Rizal. Kelas keberagaman hari itu tema Ajaran Cinta atau Kasih. Empat orang guru empat agama, yakni Ustaz Agus Rizal (Islam), Ernida Marbun (Kristen), Sumitra (Buddha) dan Segri (Hindu) bertindak sebagai fasilitator.
"Coba angkat tangan, siapa yang pada bulan Idhuladha lalu memberikan sebagian daging korban kepada teman yang berbeda agama?"
Dari ratusan siswa yang angkat tangan, jumlahnya tak lebih dari 10 orang. Ustaz Agus Rizal lalu mengisahkan pengalamannya saat memberikan ceramah pada sebuah pengajian ibu-ibu. Pertanyaan yang sama, ia lontarkan kepada ibu-ibu peserta pengajian. Sebagian besar jawaban mereka sama.
"Untuk apa kita memberikan daging korban kepada orang yang berbeda agama? Haram ustaz dan tidak ada pahalanya."
Kesalahpaham seperti ini menurut Ustaz Agus Rizal umum terjadi. Padahal dalam ajaran Islam, peruntukkan daging korban adalah sepertiga digunakan untuk yang mengkonsumsi, sepertiga dihadiahkan dan seperti lagi disedekahkan kepada mereka yang membutuhkan. Mereka yang membutuhkan tak pernah ditulis harus yang seagama. Karena itu sebagian daging korban juga bisa diberikan kepada mereka yang berbeda agama dan tetap ada pahalanya bagi yang memberi.
Ustaz lulusan Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara, Jurusan Perbandingan Hukum dan Mazhab tahun 1998 itu lalu memberi contoh tindakan Nabi Muhammad SAW memberi makan kepada orang yang berbeda agama.
Pengemis Yahudi
Di Kota Madinah, ada seorang pengemis buta. Setiap pagi dan sore hari, Nabi Muhammad datang menyuapi pengemis buta tersebut. Namun selesai menyuapi, pengemis itu selalu berkata kurang lebih begini: "Hei kau yang memberi aku makan, kalau kau nanti jumpa Muhammad, lempari batu dia. Caci maki dia, karena dia sudah merusak adat istiadat kita."
Begitu berkali kata-kata itu diucapkan si pengemis usai nabi membeti makan. Mendengar kata-kata itu, Nabi Muhammad tidak marah, bahkan beliau berdoa untuk pengemis itu: "Tuhan bukakan dia petunjuk, mudah-mudahan hatinya jadi lembut."
Setelah Nabi Muhammad meninggal, posisi untuk menyuapi pengemis buta itu lalu digantikan Abu Bakar Sidik. Ceritanya Abu Bakar Sidik pernah bertanya kepada Aisah, puterinya, yang juga isteri nabi, tentang kegiatan nabi yang tak banyak diketahui orang dan hanya diketahui Aisah. Dari Aisah, Abu Bakar Sidik tahu kebiasaan nabi secara diam-diam sering pergi ke sudut Kota Madinah menyuapi makan seorang pengemis buta beragama Yahudi itu.
Abu Bakar Sidik lalu pergi menemui pengemis itu. Ia menyamar sebagaii nabi. "Ohh kau datang, sudah empat hari kau tak datang."
"Ya," jawab Abu Bakar. Suapan pertama masih dilakukan Abu Bakar Sidik dengan lembut. Suapan kedua tangan Abu Bakar sudah mulai menggeletar. Pada suapan ketiga, Abu Bakar menunda suapannya.
"Kenapa kau berhenti menyuapiku?" tanya si pengemis itu.
Rupanya tiap suapan selesai, si pengemis itu berkata: "Ingat ya, kamu jangan pernah percaya Muhammad, jangan pernah ikut-ikut dia. Karena dia itu perusak tradisi kita."
Karena cintanya kepada Nabi Muhammad, Abu Bakar akhir tak tahan mendengar perkataan pengekis itu.
"Aku bukan orang yang biasa menyuapi kamu selama ini. Kamun perlu tahu, orang yang biasa kamu caci maki itu sudah meninggal empat hari lalu, dan orang itulah yang selama ini meyuapi kamu."
Mendengar cerita Abu Bakar, menangislah pengemis itu. Ia minta diantar ke kuburan nabi untuk meminta maaf.
Cinta tak terbatas
Menurut Ustaz Agus Rizal, tindakan Nabi Muhammad menyuapi makan pengemis Yahudi itu merupakan bentuk cinta yang tak terbatas. Cinta yang melintasi sekat agama, etnis bahkan caci maki dan fitnah. Karena itu sekarang ini ia mengaku heran jika ada orang yang mengaku sebagai pengikut Nabi Muhammad, tapi kerjanya justru menyebarkan kabar bohong dan kabar kebencian kepada orang atau kelompok karena berbeda agama atau akidah.
Ia menegaskan bahwa Nabi Muhammad diutus untuk menebarkan kasih sayang kepada seluruh mahluk ciptaan Tuhan. Tidak terkecuali manusia yang beragam itu. Perbedaan diciptakan Tuhan agar umat manusia bisa saling menghargai satu sama lain.
Agama Hindu, menurut Segri, juga punya mengajarkan maitri atau cinta sejati.
"Cinta sejati tak kenal perbedaan orang yang kita tolong," ujar Segri. Selain itu ada juga ajaran mudita, yakni ikut bergembira melihat orang lain bahagia. Lalu ada upeksa, ajaran untuk saling menghargai. Sementara itu agama Kristen sendiri menurut Ernida Marbun mengajarkan umat untuk mengasihi sesama manusia sama seperti umat mengasihi Allah. Sedang Sumitra, guru agama Buddha mejelaskan konsep cinta kasih kepada Tuhan, orangtua, sesama dan terhadap lingkungan.
Kelas pelajaran Keberagaman Agama berlangsung, dengan metode tanya jawab, pemutaran film bertema keberagaman. Siswa juga diajak menyanyikan lagu-lagu bertema keberagaman seperti Agamamu, Agamaku. (ja)