Analisadaily (Medan) - Stasiun Karantina Orangutan Batu Mbelin Sibolangit terus berupaya melakukan penanganan terhadap Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) yang diberi nama Paguh.

Paguh merupakan korban dari para penembakan liar. Saat ini, hewa primata itu masih dalam perawatan intensif karena matanya mengalami kebutaan setelah terkena tembakan.

YEL-SOCP, selaku pengelola karantina juga masih mengkaji terkait rencana mengeluarkan 24 peluru senapan angin yang masih bersarang di sekujur tubuh Paguh.

Communication Officer Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), Castri Delfi Saragih mengatakan, kondisi satwa dilindungi itu terus diawasi.

Dokter hewan tengah mempertimbangkan langkah-langkah medis terkait peluru senapan angin yang masih bersarang di tubuhnya.

"Belum bisa kita pastikan pengambilan peluru lainnya, karena operasi ambil seluruh peluru berisiko," kata Castri Saragih, Sabtu (30/11).

Castri mengungkapkan, dari 24 peluru yang itu, tiga di antaranya sudah dikeluarkan. Sementara 21 lainnya masih menyebar di sekujur tubuh dan kepala.

Dengan peluru sebanyak itu, lanjut Castri menjelaskan, kalau dibuka semua dengan operasi misalnya, tentu akan menimbulkan banyak luka sayatan.

Tim penyelamat saat melakukan evakuasi terhadap Paguh dari Desa Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon Aceh Selatan, Sabtu (30/11)

“Oleh karena itu, tim medis akan terus memantau perkembangannya, termasuk perlu atau tidaknya peluru diambil. Jadi, belum tentu akan dikeluarkan seluruhnya," paparnya.

Paguh ini dievakuasi dari Desa Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon Aceh Selatan. Saat dievakuasi kondisinya memprihatinkan karena matanya buta terkena peluru. Hasil x-ray menunjukkan, ada 24 peluru yang tersebar di seluruh tubuhnya.

Di bagian kepala 16, kaki 4dan tangan, panggul 3 dan perut 1 peluru. Sejauh ini dokter sudah berhasil mengeluarkan tiga peluru dari bagian kepala.

Tim penyelamat saat melakukan evakuasi terhadap Paguh dari Desa Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon Aceh Selatan, Sabtu (30/11)