Atasi Peningkatan Kebutuhan Pangan

Daging Kelinci Jadi Solusi Baru Afrika

daging-kelinci-jadi-solusi-baru-afrika

KELINCI merupakan he­wan mamalia dari famili Lepori­dae, yang dapat ditemukan di banyak bagian bumi. Kelinci berkem­bangbiak de­ngan cara beranak yang disebut vivipar. Dulunya, hewan ini terbilang liar yang hi­dup di Afrika hingga ke daratan Eropa. Pada perkem­bangan­nya, 1912, kelinci diklasifi­kasikan dala­m ordo Lagomorpha.

Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, Ochtonidae (jenis pika yang pandai bersiul) dan Lepori­dae (terma­suk di dalamnya jenis kelinci dan terwelu). Kelinci berasal dari bahasa Belanda, konijntje yang berarti "anak kelinci".

Masyarakat Nusantara mulai mengenali kelinci saat masa kolonial, padahal di Pulau Suma­tra ada satu spe­sies asli kelinci sumatera (Nesola­gus netscheri) yang baru ditemukan pada 1972.

Saat ini sejumlah jenis kelinci menjadi hewan peliharaan dan hewan pedaging. Beberapa jenis kelinci sebagai hewan pedaging juga ada yang dijadikan hewan peliharaan. Jenis kelinci terbesar di dunia, Continental Giant biasanya dijadikan hewan peda­ging, tetapi ada juga yang meme­liharanya dan secara resmi telah menjadi kelinci terbesar di dunia.

Kini kelinci menjadi solusi baru para peternak di Afrika untuk memenuhi kebutuhan akan da­ging di benua itu. Populasi Afrika hampir dua kali lipat dalam 30 tahun men­datang, menjadi 2,5 miliar.

Solusi, kata mereka, mungkin terletak pada kelinci. Dalam 10 tahun ini, pemasok terbesar daging kelinci di Afrika Selatan telah menambah hampir 150 peter­naka­n kelinci. Dan peternak baru-baru ini menciptakan jenis Afrika Selatan, Phendula.

Petani independen Gavin Grgurin memelihara 500 kelinci di peterna­kannya di luar Johan­nesburg. Menu­rut­nya, kelinci menjadi daging masa depan. Sebagai Dewan Nasional, kami telah mengatakan selama 12 hingga 15 tahun terakhir bah­wa kelinci berpotensi menjadi penye­lamat Afrika dari sudut pandang protein. Banyak alasan untuk itu, paparnya.

Pertama, kata Grgurin, daging ke­linci tinggi protein dan rendah lemak dan kolesterol. Mereka tidak banyak membutuhkan ruang dan tidak makan banyak.

Kelinci membutuhkan lebih sedikit air dibandingkan ayam, dan mempro­duksi lebih sedikit limbah daripada sapi. Kelinci, kata Grgurin, mungkin daging yang paling ramah lingkungan.

Ada banyak hal negatif yang saat ini terjadi akibat dampak karbon di planet ini, khususnya di sekitar peter­nakan dalam skala besar. Maksud ka­mi adalah he­wan ternak dan sapi yang dima­sukkan ke tempat pem­be­rian makan. Jadi, terdapat jejak karbon be­sar di sana. Jejak karbon kelinci sangat minim dibandingkan dengan yang lainnya." Sementara populasi Afrika hampir dua kali lipat pada 2050, pasokan pangan-terutama pro­tein-menjadi kepri­ha­tinan utama. (ngi/tst/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi