
PERJALANAN hijrah selalu menyimpan kisah. Dari perjalanan hijrah seseorang, kita belajar banyak hal. Di buku ini, kita disuguhi kisah perjalanan hijrah dari pasangan Rene Suhardono dan Intan Yamuna. Tak sekadar memberi kita gambaran tentang bagaimana lika-liku perjalanan hijrah, dengan meresapi apa yang tersirat dalam buku ini, diharapkan muncul motivasi dan dorongan untuk menjemput hidayahnya masing-masing untuk terus berhijrah menjadi Muslim yang lebih baik.
Rene mendedahkan pengalamannya berhijrah dengan cair. Ia buka-bukaan secara jujur dalam mendaki fase-fase hijrah. Ia menulis, mulanya niatan untuk berubah sekadar untuk menyenangkan Muna, istrinya, demi mempertahankan pernikahan. Awalnya, istrinya tak bisa menerima Rene yang terlalu banyak melakukan kesalahan. Agar bisa diterima lagi, Rene merasa harus memunculkan persepsi perubahan. "Atau lebih jujur, 'pura-pura' berubah," tulisnya. Namun, akhirnya kepura-puraan tersebut dibuka oleh Allah pada Muna. Sehingga, Rene tak punya pilihan lain kecuali benar-benar berubah.
Rene juga tergerak untuk berubah karena pesan-pesan yang pernah disampaikan Ustaz Nouman yang ia tonton melalui Youtube. "Apa arti kepiawaian menata banyak hal dalam kehidupan, tetapi awam saat kehidupan kekal sejati yang menanti kita kelak?", "apa guna berbagai kemahiran mengolah tubuh dan pikiran, tetapi pandir tentang seluk-beluk hati dan jiwa kita sendiri?", "apa manfaat segala bentuk pencarian ilmu demi memahami alam semesta dan segenap isinya, tanpa (berupaya) memahami kehadiran Dzat Sang Maha Pencipta, Sang Maha Penguasa, dan Sang Maha Pengasih?"
Tiga pertanyaan tersebut membuatnya terenyak dan menohoknya dengan sempurna. Tiga pertanyaan tersebut jugalah yang terus–menerus coba untuk dijawab penulis melalui proses panjang berhijrah. Penulis juga menekankan pentingnya seorang Muslim menjadikan Al-Quran sebagai guidance, bukan sekadar informasi. Saat itu terjadi, petunjuk akan datang sendiri menghampiri kita. Dan saat satu hidayah Allah direspons, maka akan muncul hidayah lain. Dan saat kembali direspons, makan hidayah lain pun terus bermunculan atas izin Allah. Ketika kita mengikuti guidance, maka komitmen untuk berubahnya adalah berkonsekuensi pada hijrah (hlm 23).
Penulis memaparkan tiga fase perubahan yang dia alami. Orang lain mungkin merasa bahwa perubahan Rene bersifat drastis. Namun ia sebenarnya merasa ada beberapa fase perubahan. Ia membagi fase perubahan tersebut menjadi tiga. Pertama, perubahan orang yang lemah. Di tahap ini, orang akan mengatakan, "Suatu hari Allah akan mengubah saya, tetapi bukan hari ini". Bagi Rene, pikiran seperti ini menandakan kita bohong pada diri sendiri. Sebab, Allah tak akan memberi beban di luar kapasitas yang mampu kita tanggung. Merasa bahwa kita belum mampu adalah sekadar penyangkalan untuk bisa lebih maju.
Kedua, fase perubahan yang lebih buruk, hipokrit, alias munafik. Di fase ini, orang sudah merasa berubah dan mengatakan, "Gue sudah berubah. Gue shalat, gue tahajud, gue ke masjid. Butuh apa lagi?". Bagi Rene, ini semua sebenarnya baru sekadar kulitnya saja, belum menyentuh perubahan esensial di dalam. Di fase ini, orang melakukan perubahan sekadar untuk membuktikan pada orang lain bahwa ia berubah. "Apa yang dicari sekadar anggukan, dukungan, dan persetujuan manusia lain," tulisnya Rene.
Ketiga, fase hijrah, ketika orang benar-benar menyadari bahwa perjalanannya berhijrah merupakan sebuah proses yang berjalan terus-menerus untuk berbenah menjadi lebih baik. Rene menjelaskan bahwa esensi hijrah yang ia pahami adalah bahwa ia tidak sempurna dan tidak akan pernah sempurna. Oleh karena itu, ia selalu berusaha menyempurnakan diri dari hari ke hari, dari jam ke jam, dari detik ke detik (hlm 26-28).
Buku ini membawa kita menelusuri proses demi proses yang dilalui penulis dalam perjalanan hijrah. Namun, bukan berarti sekarang penulis merasa sudah "selesai" dalam proses hijrah. "Buku ini sekadar catatan dari orang yang ingin selalu berubah menjadi lebih baik," tulis Rene. Buku ini paling tidak memuat tiga hal penting sekaligus paling sulit dalam hidup. Yakni tentang kejujuran dalam berintrospeksi, kesabaran dan keikhlasan dalam berikhtiar dan menerima hasilnya, dan istiqamah untuk terus menapaki jalan-Nya yang lurus. Wallahu a’lam
Peresensi: Al-Mahfud, lulusan IAIN Kudus.