
Oleh: Sofyan
Dakwah berasal dari bahasa Arab da’ayad’u artinya mengajak, mengajak orang lain untuk menjadi manusia yang dekat dengan Tuhan. Mengajak orang lain mengabdi kepada Tuhan bukanlah hal yang mudah, buktinya Nabi Muhammad saw. selama tiga belas tahun berdakwah di kota Mekkah, hanya belasan orang yang memeluk Islam. Konon lagi kita yang tidak selevel dengan Nabi, tentu akan banyak mendapatkan kesulitan. Namun, kesulitan tersebut bukanlah menjadi sebuah halangan untuk melanjutkan dakwah Nabi saw.
Menurut penulis kewajiban berdakwah sepenuhnya berada di pundak ulama sebagai pewaris Nabi, yang memang ahli di bidangnya. Tetapi tidak tertutup kemungkinan bagi setiap pribadi untuk berdakwah, mengajak dan menunjuki orang lain kepada kebaikan sesuai dengan keahliannya.
Seorang pemain bola dapat berdakwah di arena lapangan, ketika berhasil mencetak gol misalnya, dia dapat melakukan selebrasi dengan sujud syukur memanjatkan do’a kepada Yang Maha Kuasa. Sehingga menjadi identitas bagi pemain bola yang beragama Islam untuk menebarkan nilai-nilai ajaran Islam di lapangan sepak bola.
Pemimpin publik, Gubernur, Presiden, Bupati yang beragama Islam misalnya dapat menjadi contoh bagi bawahan dalam hal berbuat baik, mereka dapat mengingatkan bahkan menyuruh bawahan meninggalkan pekerjaannya sejenak untuk menunaikan shalat, sebagai bentuk kewajiban seorang hamba terhadap Tuhan.
Aparat keamanan seperti polisi, tentara yang beragama Islam dapat berdakwah mengajak orang lain dekat kepada Tuhan, mereka dapat melakukan dakwah bil hal dengan melaksanakan ibadah shalat tepat waktu, kemudian mengajak masyarakat di sekitar tempat dia bekerja untuk menghentikan pekerjaan melaksanakan kewajiban seorang hamba terhadap Tuhan.
Pendidikan dan Dakwah
Bagi seorang pendidik, pendidikan dapat dijadikan sebagai lahan untuk mengembangkan dakwah Islam. Guru yang mengajar pelajaran umum seperti Biologi misalnya, memiliki kesempatan mengaitkan materi ajar tersebut dengan keberadaan Tuhan di alam semesta. Begitu juga mereka yang mengajar bidang pelajaran lain dapat mengaitkan materi ajarnya dengan materi yang berkaitan dengan agama Islam istilah saat ini pendidikan Islam berbasis multidisipliner keilmuan.
Dunia pendidikan sarana mengembangkan dakwah Islam, karena pendidikan berfungsi untuk merubah pengetahuan anak dari tidak tahu menjadi berpengetahuan, dari tidak memiliki ilmu menjadi manusia berilmu, luas pemikiran dan wawasan.
Pendidikan diharapkan dapat merubah perilaku dan kepribadian anak dari yang tidak baik menjadi manusia yang baik, dari yang tidak beradab menjadi manusia beretika yang menjunjung tinggi akhlak. Inilah makna dari tarbiyah (pendidikan) secara luas.
Melalui pendidikan Islam seorang pendidik dapat lebih leluasa berdakwah, menanamkan pengetahuan agama secara formal di sekolah maupun secara non formal di masyarakat.
Secara formal seorang pendidik di lembaga pendidikan Islam dapat mentransfer wawasan keislaman kepada anak didik, membentuk karakter dan kepribadian islami. Rasanya tidaklah memungkinkan menyampaikan aspek ajaran Islam yang begitu luas kepada masyarakat kecuali dengan menggunakan sarana pendidikan yang jumlah peserta didiknya dibatasi.
Dengan jumlah peserta didik yang terbatas, maka seorang pendidik dapat leluasa mengajari anak didiknya menanamkan ilmu agama dengan lebih mudah serta hasil yang lebih memuaskan.
Penyampaian ajaran Islam secara non formal saat ini telah berjalan dan berkembang dengan baik, karena majelis-majelis ta’lim dan pengajian-pengajian tumbuh subur di mana-mana. Sepertinya telah muncul kesadaran sebagian umat Islam untuk mendalami dan memahami konsep ajaran Islam yang rahmatan lil alamin.
Pesan Rasulullah saw. ketika seseorang meninggal dunia tidak akan dapat beramal kembali, maka “al-ilmu yuntafa’u bihi” menjadi faktor pendorong yang kuat bagi seorang pendidik untuk dapat mendidik anak-anak didiknya dengan sungguh-sungguh agar anak menjadi manusia yang paham agama dan mengamalkannya dalam keseharian. Untuk mendapatkan pahala jariyah serta menebarkan dakwah Islam melalui pendidikan maka dapat dipahami berapa hal berikut:
Pastikan Anak Didik Memahami Ilmu yang Diajarkan
Sebelum mengajar, biasanya sorang pendidik membaca, memahami materi yang akan diajarkan agar mudah menyampaikannya kepada anak didik. Ketika menyampaikan materi tersebut, sejatinya seorang guru memastikan bahwa ilmu yang disampaikan dapat benar-benar diterima serta dipahami murid.
Dituntut kepiawaian seorang guru untuk mengemas materi ajar sehingga dapat diterima akal anak didik. Tidak sedikit anak murid yang tidak memahami apa yang disampaikan gurunya, bahkan banyak guru yang hanya menyampaikan materi saja tanpa berkeinginan untuk mengetahui apakah materi tersebut dipahami anak murid atau tidak. Sejatinya seorang pendidik melakukan evaluasi rutin untuk mengetahui perkembangan keilmuan yang telah disampaikannya. Dengan memahami ilmu tersebut, maka besar harapan bahwa anak didik dapat mempraktekkan serta mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.
Perhatian dan Mencintai Anak Didik
Setiap anak didik membutuhkan kasih sayang dari orang lain dan pendidik adalah orang yang memberikan perhatian kepada anak didik dengan cara mengajari, membimbing mereka dengan telaten dan kasih sayang.
Banyak permasalahan yang terkadang dialami anak didik, bermasalah dengan teman pergaulan, dalam belajar, kesehatan dan lain-lain.
Dengan bersikap baik, perhatian terhadap kondisi anak didik, akan memudahkan proses jalannya dakwah, karena mereka merasa diperhatikan dan merasa dekat, sehingga memudahkan seorang pendidik menanamkan nilai-nilai ajaran ilahi serta membentuk kepribadiannya yang mulia. Menunjukkan perhatian kepada mereka bagian dari realisasi dari mencintai anak didik.
Menjalin Komunikasi Efektif
Membangun komunikasi antara pendidik dengan anak didik hal yang sangat urgen, dengan menjalin komunikasi efektif anak akan banyak mendapat wawasan dan masukan berbagai pengetahuan khususnya berkaitan dengan wawasan keislaman.
Dialog yang interaktif dan komunikasi yang efektif akan memungkinkan untuk membentuk dan merubah karakter anak didik, mereka yang memiliki sikap dan kepribadian yang kurang baik dengan dialog dapat diketahui sebab musababnya sehingga akan mudah memperbaiki dirinya.
Anak perlu arahan serta bimbingan yang baik dari orang lain dalam mengahadapi realita kehidupan, agar dia dapat mencari yang terbaik dalam hidup ini. Interaksi yang baik di antara keduanya dapat membangun komitmen dalam banyak hal terkhusus berkaitan dengan komitmen dalam mengembangkan dakwah Islam.
Tiga hal di atas sejatinya perlu diperhatikan oleh setiap pendidik yang berkomitmen dalam mengembangkan dakwah Islam. Apalagi kita mafhumi, bahwa generasi muda saat ini rapuh iman, adab, ketaqwaan dan ilmu pengetahuan. Maka di tahun 2019 ini komitmen kita adalah menjadikan pendidikan sarana mengembangkan dakwah Islam. Wallahu a’lam
Penulis dosen di STAI Darularafah Deli Serdang