Oleh: Rhinto Sustono
SALAH satu batu paling dicari para kolektor meskipun harganya tak lazim alias selangit, yakni batu (mustika) merah delima. Presiden I dan II RI, Soekarno dan Soeharto dikabarkan pernah memiliki cincin ruby (rubi) atau juga disebut batu merah delima. Jenis batu ini masih satu keluarga dengan batu safir.
Layaknya jenis rubi lainnya, yang menjadi indikator harga batu akik ini menjulang karena tingkatan warnanya. Sejajar dengan batu safir, zamrud, dan intan, tingkat kekerasan batu merah delima mencapai 9 skala Mohs, setingkat di bawah intan yang kekerasannya mencapai 10 Mohs.
Hampir semua pecinta dan kolektor merah delima yakin, jenis rubi ini memancarkan kewibawan pemakainya dan menumbuhkan rasa percaya diri, bahkan optimis dan fokus pada sesuatu yang bermanfaat, serta sejumlah kelebihan lainnya.
Konon cara mendapatkan batu merah delima tak semudah seperti mendapatkan jenis akik lainnya. Di pasaran, pecinta batu yang kurang berpengalaman bisa teripu dan hanya mendapatkan merah delima palsu.
Secara kasat mata, dibutuhkan ketelitian untuk membedakan merah delima asli dengan yang palsu. Dari bentuk fisiknya, batu merah delima selalu dominan merah. Konon dalam cahaya yang gelap pun, batu merah delima akan berpendar.
Ada beberapa model dan bentuk dari jenis batu ini. Ada yang sedikit oval dan berbentuk oval. Ada juga yang bentuknya kecil-kecil menyerupai biji buah delima. Jika diteliti seksama, pada setiap merah delima asli tidak terdapat gelembung atau kristal di dalamnya karena serat batunya sangat kuat.
Penasaran mengetahui keaslian batu merah delima, bahkan ada yang sangat ekstrem dengan memasukkan ke dalam segelas air putih. Jika airnya berubah merah maka dipastikan batu merah delima itu asli. Tak sebatas itu, karena diyakini pemilik batu ini kebal senjata, maka saat di segelas itu ada yang mencobanya dengan cara menembak. Jika gelasnya pecah maka batu tersebut palsu.
Dalam banyak literasi, ternyata ketenaran batu merah delima tidak hanya di kalangan kolektor dan pecintaakik di Indonesia. Orang Myanmar juga memiliki cerita tersendiri seputar batu tesebut. Mereka menyebut batu merah delima berasal dari sebuah bukit di daerah pertambangan Mogok. Sekitar abad 6 M, pernah ditemukan sebongkah batu yang mereka sebut sebagai merah delima seberat 32 kg.
Saat batu akik booming di masyarakat kita, sedikit sekali yang punya batu merah delima. Apalagi kini, ketika tren akik semakin merosot. Namun pecinta akik dan kokektor sejati tentu tidak terbawa arus tren. Banyaknya cerita yang menyertai jenis batu tertentu, bisa dimaknai sebagai salah satu cara untuk mendongkrak kembali popularitas akik di tanah air.
Tak ubahnya varian akik lainnya, merah delima juga sangat memesona jika dikenakan sebagai perhiasan bagi pemiliknya.tak sekadar sebagai mata cincin, tapi juga akan indah jika melingkar sebagai gelang bersusun di tangan. Juga tak kalah menawan meskipun hanya sekadar dijadikan pemanis giwang bahkan kalung.
Terlepas dari kepercayaan yang dianut masing-masing individu, namun masyarakat kita memang masih tidak bisa melepaskan diri dari kebiasan turun-temurun terkait adanya kekuatan lain pada sebentuk batu akik. Tidak terkecuali pada akik merah delima.
Bahkan begitu banyaknya cerita yang berkembang, menambah khazanah manfaat kepemilikan batu merah delima yang konon mengandung kekuatan supranatural. Tak hanya untuk meningkatkan keterpesonaan penggemar batu, tapi juga untuk menaikkan harga jualnya.
Kecuali mendorong munculnya aura positif bagi pemakainya, batu merah delima bahkan disebut-sebut bisa menarik orang tertentu untukdijadikan pasangan hidup. Apa boleh dikata, merah delima sudah sejak lama menjadi pemikat dan sebagai batu tanda cinta.