
Oleh: Theresia Anggriani Habeahan, S.Ked.
Quincy atau abses peritonsil merupakan komplikasi dari tonsillitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar mucus Weber di kutub atas tonsil.
Tonsil palatina adalah suatu masa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing – masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Infeksi yang terus menerus pada tonsil (tonsillitis kronis) merupakan penyebab utama terjadinya quincy.
Biasanya kuman penyebab sama dengan kuman penyebab tonsillitis, dapat ditemukan kuman aerob dan anaerob. Streptococcus pyogenes (grup A beta hemolytic streptococcus) merupakan kuman aerob yang paling sering dijumpai pada abses peritonsil.
Bagaimana Bakteri tersebut dapat menyebabkan gejala quincy?
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut, dan tonsil berperan sebagai filter atau penyaring terhadap masuknya kuman ke tubuh melalui hidung ataupun mulut. Kuman yang masuk akan dihancurkan oleh makrofag dan sel-sel polimorfonuklear.
Jika tonsil berulang kali terkena infeksi, maka pada suatu waktu tonsil tidak bisa membunuh kuman secara efektif, akhirnya kuman akan bersarang dan menetap di tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh pada tonsil berubah menjadi sarang infeksi. Karena proses radang berulang yang timbul, maka sel epitel mukosa terkikis dan jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi sehingga akan tampak korpus tonsil berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas.
Kemudian kuman akan masuk ke nasofaring lalu masuk ke tonsil melalui kripta-kriptanya dan menginfiltrasi lapisan epitel. Proses berjalan terus dan menembus kapsul tonsil hingga meluas ke dalam ruang jaringan ikat di antara kapsul dan dinding posterior fosa tonsil, sehingga menimbulkan perlengketan dengan jaringan di sekitar fossa tonsilaris.
Hal ini akan menyebabkan penumpukan pus, dan pus akan meluas kearah otot konstriktor faring superior menuju ruang parafaring dan retrofiring terdekat sehingga palatum mole akan tampak membengkak, dan permukaannya tampak hiperemis.
Bila proses berlanjut, akan terjadi supurasi sehingga daerah tersebut akan lebih lunak. Pembengkakan peritonsil ini akan mendorong tonsil dan uvula kearah kontralateral. Bila proses berlangsung terus akan terjadi peradangan di jaringan sekitar yang akan menyebabkan iritasi pada M.Pterigoid Interna, sehingga timbul trismus. Jika tidak diobati secara maksimal pus yang terbentuk tadi akan menjadi abses. Abses dapat pecah spontan, dan dapat terjadi aspirasi ke paru.
Tanda khas quincy berdasarkan perjalanan penyakit diatas:
• Trismus (sulit membuka mulut)
• Hot potato voice atau suara tidak jelas, seperti mengulum makanan
• Tonsil hiperemis dan terdorong ke arah yang sehat (unilateral)
• Febris, suhu tubuh dapat mencapai 39-400 C
• Nyeri menelan (odinofagia) dan sulit menelan (disfagia)
• Mulut berbau (foetor ex ore)
Dari tanda klinis seperti trismus, hot potato voice, tonsil yang terdorong kearah kontralateral, adanya fruktuasi dan adanya riwayat infeksi tonsil yang berulang dokter sudah dapat mendiagnosis quincy tanda adanya pemeriksaan penunjang.
Penanganan awal Quinsy
a. Konservatif
Pada stadium infiltrasi, diberikan antibiotika dalam dosis tinggi, juga perlu kumur-kumur dengan cairan hangat dan kompres leher dengan kompres hangat untuk mengendurkan tegangan otot. Bila terdapat trismus, dapat diberikan analgetik (local) di ganglion sfenopalatina (dibagian belakang atas lateral dari konka media).
b. Operatif
- Aspirasi jarum/fungsi.
Bila telah terbentuk abses, dapat dilakukan pungsi pada daerah abses, aspirasi ini untuk mengambil untuk pemeriksaan kultur kuman dan resistensi antibiota antibiotik.
- Insisi dan drainase
Insisi dilakukan pada daerah paling menonjol dan lunak (pada daerah paling berfluktuasi) biasanya pada bagian depan pilar anterior, batas antara 1/3 bagian atas dan tengah tonsil atau pada pertengahan garis yang menghubungkan dasar uvula dengan geraham atas terakhir pada sisi yang sakit.
- Tonsilektomi
Setelah dilakukan insisi dan drainase kemudian pasien dianjurkan untuk operasi tonsilektomi. untuk mencegah rekurensi abses peritonsil. Bila dilakukan segera/bersamaan dengan drainase abses disebut tonsilektomi “a chaud”. Bila tonsilektomi dilakukan 3-4 hari setelah insisi dan drainase disebut tonsilektomi “a tiede”. Bila tonsilektomi dilakukan 4-6 minggu setelah drainase abses disebut tonsilektomi “a froid”. Pada umumnya, tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi tenang yaitu 2-3 minggu sesudah drainase abses.
Indikasi tonsilektomi segera, yaitu:
• Abses peritonsil yang tidak dapat diinsisi dan drainase karena trismus atau abses yang berlokasi di kutub bawah.
• Abses peritonsil yang meluas dari hipofaring ke daerah parafaring, dengan resiko meluas ke daerah leher dalam.
• Penderita dengan DM (Diabetes Melitus) yang memerlukan toleransi terhadap terapi berbagai antibiotika.
• Penderita diatas 50 tahun dengan tonsil-tonsil yang melekat, karena abses akan sangat mudah meluas ke daerah leher dalam.
Cegah Quincy dengan melakukan pengobatan yang adekuat apabila terserag infeksi saluran nafas seperti tonsillitis. Jangan sepele terhadap tonsillitis, karena tonsillitis yang berulang inilah yang merupakan penyebab utama terjadinya abses peritonsil (quncy).