Sepuluh Negara dengan Kebrutalan Polisi Terburuk

sepuluh-negara-dengan-kebrutalan-polisi-terburuk

POLISI adalah penjaga hu­kum masyarakat atau pra­nata umum sipil yang menjaga keter­tiban, ke­ama­nan dan pe­negakan hukum di seluruh wilayah ne­­gara. Tugas mereka, antara lain me­melihara ke­amanan dan keter­tiban umum, menangkap orang yang melanggar undang-un­dang, dan sebagainya.

Akan tetapi, polisi bukanlah otori­tas yang memutuskan siapa saja yang pan­tas dibunuh atau dihukum. Ke­polisian, selaku lembaganya, ber­tang­­gung jawab di bawah hukum dan konstitusi. Mereka juga tidak bisa memu­tuskan sebuah perkara hu­kum di tangan mereka sendiri.

Namun, ada kasus di sejumlah ne­gara di dunia di mana polisi dike­tahui telah melampaui peran dasar me­reka. Beberapa pasukan terka­dang menempatkan tugas mereka se­seuai "tempatnya", tetapi ada pula yang melampaui batas. Berikut be­berapa negara de­ngan kebrutalan po­lisi terburuk di dunia:

1. Pakistan

Polisi di Pakistan dikenal ka­rena dianggap kerap melakukan korupsi dan bertindak sewenang-wenang. Mereka juga memiliki reputasi buruk karena beberapa kali melakukan pembunuhan di luar proses hukum.

Menurut data Human Rights Commission of Pakistan (HRCP), sebanyak 6.610 pria dan 23 wa­nita, serta 12 korban kekerasan di­la­kukan polisi selama periode 2014 hingga Mei 2018. Dari jumlah tersebut, 3.345 orang terbunuh.

Ada banyak kasus pem­bunuhan di luar hukum dan ke­brutalan polisi di Pakistan. Be­berapa contoh seperti insiden Model Town (14 demonstran tewas karena tembakan polisi), pem­bunuhan model Naqeebullah Meh­sud, dan masih banyak lagi.

2. Afrika Selatan

Sebuah data menunjukkan bahwa jumlah orang yang dibunuh polisi di Afrika Selatan, mening­kat setiap ta­hunnya. Jika semua gugatan perdata terhadap polisi ditegakkan, anggaran pemerintah akan dikonsumsi di pe­ngadilan saja.

Angka tentang penyiksaan polisi dan pemerkosaan oknum berse­ra­gam, terus mening­kat tajam setiap tahunnya. Pada 2016, dilaporkan ada 244 kematian dan 124 perkosaan oleh oknum berseragam polisi di Afrika Selatan. Sedangkan 145 kasus pe­nyiksaan oleh polisi juga dilapor­kan pada tahun yang sama.

3. Mesir

Seorang perwira CIA, pada 2004, mengklaim bahwa jika seseorang ingin "menghilang dari planet ini", maka dia harus dikirim ke Mesir.

Situasi di Negeri Piramida dikata­kan semakin memburuk setelah ' Arab Spring. Menurut Na­deem Centre, 600 penyiksaan lokal di­laporkan terjadi pada tahun 2015 ber­sama dengan 40.000 penang­ka­pan, 1.265 laporan orang hilang dan 267 pembu­nuhan.

Banyak dari insiden tersebut dila­kukan untuk mendukung kudeta mi­liter yang mengun­tungkan Abdul Fat­tah Said Hus­sein Khalil as-Sisi, presiden Mesir saat ini.

4. Somalia

Kepolisian Somalia bisa di­gam­barkan kacau, seperti kondisi dalam ne­geri negara itu sendiri akibat pe­rang saudara. Lebih 1.000 perwira polisi yang dilatih militer Jerman, dilaporkan meng­hilang dan diduga berga­bung dengan milisi Islam pada 2009.

Pasukan tersebut tidak dibayar dan menggunakan tindakan ilegal un­tuk meningkatkan pendapatan me­reka. Perampasan properti pribadi dan paksaan pemberian uang yang di­lakukan polisi Somalia terhadap penduduk di sana, terutama untuk suap, adalah pemandangan yang lumrah.

Selain itu, ada pula laporan yang menyebut bahwa polisi tidak lagi me­nangani kasus kejahatan dan men­dukung ketidakadilan, dengan imbalan uang suap. Di satu sisi, ber­bagai upaya telah dilakukan untuk mem­perbaiki negara ini, tetapi sam­pai sekarang belum banyak berhasil.

5. Rusia

Pembunuhan dalam tahanan dan kekerasan polisi di Rusia disebut sa­ngat umum terjadi, se­hingga ham­pir tidak dilaporkan. Tak lagi me­narik untuk dijadikan berita.

Satu kasus paling terkenal baru-baru ini adalah kasus kematian yang me­nimpa penabuh drum dari grup musik lokal yang berjaya di 1970-an, Sergei Pestov. Dia adalah drummer band Zhar-Ptitsa.

Pada 4 September 2015, Pestov, yang saat itu berusia 57 tahun, baru saja meletakkan stik drumnya setelah manggung di sebuah garasi yang di­konversi di Dubna, sebuah kota kecil dekat Moskow, ketika petugas polisi menyerbu masuk. Seketika, polisi pun menangkap Pestov dengan tuduhan kepemilikan narkoba.

Pagi berikutnya, istri Pestov, Irina, menerima kabar duka. Suaminya di­laporkan meninggal setelah men­jalani pemeriksaan dan ditahan se­malaman oleh polisi Rusia. Aneh­nya, di tubuh Pestov ditemukan ba­nyak luka memar.

Pestov dikabarkan meregang nya­wa di rumah sakit setempat. Para akti­vis HAM lokal menduga bahwa Pes­tov adalah korban penyiksaan petu­gas kepolisian Rusia.

6. Kenya

Menurut laporan survei terbaru dari Transparency International, 92% warga sipil Kenya menilai polisi di negaranya sebagai yang paling korup. Banyak penduduk yang telah membayar suap kepada polisi selama 12 bulan terakhir.

Penyalahgunaan ini diman­faatkan orang-orang untuk men­da­patkan akses masuk ke berba­gai layanan, se­perti Bea Cukai, perawatan kese­hatan, pendi­dikan, kepolisian, pen­daf­taran dan izin khusus. Masyarakat Kenya bahkan membayar suap pada sejumlah layanan umum.

7. Haiti

Polisi Haiti secara negatif mem­pe­ngaruhi masyarakat dan budaya lo­kal dengan praktik yang tidak etis.

Dalam beberapa tahun ter­akhir, Kepolisian Nasional Haiti (HNP) telah melanggar berbagai hak asasi manusia dan undang-undang, seperti penculikan, per­dagangan narkoba dan melaku­kan tindak brutal.

Mereka bahkan menolak mence­gah atau me­nang­gapi kekerasan ter­kait geng. Pelang­garan hukum HNP tam­paknya telah sedikit mereda se­te­lah bencana gempa bumi meng­gun­cang negara tersebut pada Januari 2010.

8. Brazil

Di negara ini sangat umum jika po­lisi membunuh ketika mereka men­coba untuk mengen­da­likan mas­sa dan pendudukan tanah ilegal.

Kepolisian bahkan seolah-olah memiliki tiket gratis dari peme­rintah untuk mengendalikan si­tuasi sesuai keinginan. Hampir se­tiap kematian dianggap sebagai bela diri. Masalah­nya adalah polisi berusaha mengen­da­likan kebru­talan dengan kebru­talan, akibat perang geng yang tak ku­njung mereda.

9. Iran

Melihat demonstrasi Ashura ta­hun 2009 akan memberi Anda gam­baran tentang tingkat kebru­talan po­lisi di Iran. Polisi dan pihak ber­we­nang melaporkan 36 ke­ma­tian, na­mun para pemrotes mengklaim bah­wa angka tersebut jauh lebih tinggi.

Asyura adalah peringatan hari ke­tidakadilan dalam sejarah Is­lam. Ini adalah hari dimana umat Islam Syiah berusaha untuk meng­­akhiri kekera­san dan keti­dak­adilan namun polisi menggu­nakan tindakan brutal terha­dap orang-orang dalam prosesi di Ashura.

10. Amerika Serikat (AS)

Mengejutkan sepertinya, tapi AS di­anggap sebagai negara dengan ke­polisian yang bertindak paling brutal terutama setelah peristiwa 9/11. Akibat awal pe­rang melawan tero­risme ini, memberi kekebalan kepada po­lisi di negara tersebut terhadap hak hukum dan hak sipil (secara tidak konstitusional dalam beberapa kasus).

Baru-baru ini, telah terjadi banyak pem­bunuhan karena polisi "me­ra­gu­kan" aktivitas krimi­nal­­nya. Orang-orang yang tidak ber­salah dibunuh atau dihukum mati setelah diadili karena po­lisi me­nunjukkan impunitas sehubungan dengan hak-hak sipil dalam hal perang melawan terorisme mere­ka. (wndlist/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi