
Oleh: MH Heikal
KARYA memang sarana berekspresi. Melalui karya kita dapat mencurahkan ide, pikiran atau perasaan. Lewat karya kita membebaskan diri untuk berkreasi. Selain memberi orang lain sebuah arti atau pemaknaan.
Sebuah karya (terutama lukisan) semestinya tak sekadar indah. Melainkan juga perlu memiliki nilai filosofis. Namun untuk memberikan pemahaman itu tentu tak cukup mudah. Seorang pelukis mesti memerlukan mood dan suasana yang tepat. Dengan demikian besar kemungkinan pemaknaan filosofis tersebut akan diraih.
Mood memegang peran penting dalam lukisan. Walau cukup banyak yang tak menyadari hal ini. Mood secara singkat diartikan sebagai suasana hati, suatu kondisi emosional yang terstimulus oleh gairah. Bisa jadi akibat dari dorongan atau peristiwa tertentu.
Salah satu pelukis yang mengemukakan mood dalam lukisan, ialah Andriy Vutyanov. Seniman lelaki kelahiran Kiev, Ukraina pada 1968. Melalui pencarian bentuk dan warna yang telaten, ia tampaknya mencari keharmonisan dalam diri (mood) dan karyanya.
Jejak awal kreatif Vutyanov telah terlihat sejak sekolah. Ketika itu dia melukis di buku-buku tulis atau catatan sekolahnya. Tak jarang akibat ulah ini, Vutyanov dihukum gurunya. Selain di buku, pernah ia mencoba melukis di halaman rumahnya. Hebatnya, yang digambarnya sebuah objek besar. Ketika telah selesai, ia naik ke lantai tertinggi rumahnya. Dari sana Vutyanov melihat dan menilai sendiri karyanya tersebut.
Dukungan dari keluarganya membuat Vutyanov mantap untuk berseni. Maka ia meneruskan pendidikan di National Academy of Arts di Ukraina. Hampir setiap hari waktunya dihabiskan untuk menggambar.
Namun berdasarkan pengakuannya, ia baru serius melibatkan diri dalam seni lukis pada 1992. Begitupun sejak pertama kali melukis, Vutyanov tetap merasa amat bahagia. Lewat melukislah ia mengekspresikan dirinya dengan bebas dan luwes.
Tentu saja ia mengalami proses kreatif, sebagaimana para seniman lainnya. Proses yang tak sejenak tentunya. Bertahun-tahun ia berkutat dengan berbagai macam gaya dan genre lukisan. Ia mengaku melukis adalah satu-satunya hal yang terus dilakukan dalam hidup.
Dalam melukis, ia berusaha memahami sifat dari berbagai hal dan peristiwa kehidupan, bahkan dari seluruh yang ada di alam semesta. Tentu ini merupakan kegiatan yang sangat menarik. Memang itu pulalah yang memungkinkan dirinya untuk berkarya diatas kanvasnya.
Vutyanov mencipta berbagai seri lukisan. Ia tidak merasa terpaksa dalam melukis. Di sinilah mood mengambil perannya. Ketika mood-nya sedang baik ia akan melukis. Sebaliknya bila tidak baik maka dia tidak berusaha melukis.
Alhasil karya-karya Vutyanov selalu bergantung pada mood-nya. Lihatlah beberapa karyanya yang beragam. Mulai dari pemandangan, potret bahkan hingga gulat atau sumo. Perubahan mood ini selalu memengaruhi lukisan yang dihasilkannya.
Perihal ini membawa dirinya sampai pada satu kesimpulan. Kadang-kadang dia ingin melukis perasaan, kesan, pengalaman. Tanpa mengikat semua itu pada benda-benda dalam gambar. Sebagaimana ujarnya, "Musik tidak selalu membutuhkan kata-kata. Lukisan abstrak tidak selalu perlu objek atau subjek untuk memahami."
Itu sangat sulit dilakukannya. Bagaimanapun gambar membutuhkan objek (terkecuali lukisan abstrak). Vutyanov bereksprerimen menggunakan bentuk-bentuk abstrak. Tak jarang suasana hati yang ingin dicurahkan kurang sesuai. Tetap kembali kepada objek.
Kini ia lebih sering melukis hal nostalgia kota dan karya genre dalam gaya retro. Fitur yang membedakan dari karya-karyanya tak lain adalah filosofi. Di samping kapasitas subjek yang tak diragukan dan dunia romantis dari karakternya.
Mau tak mau mood memengaruhi lukisan. Mirip Vutyanov, ada juga seniman yang me-ngemukakan mood, Tjuju Wijaya namanya. Perasaan gelisah sering menggerogoti benaknya. Lewat melukis dia menemukan ketenangan. Di dalam lukisan dia tak menyembunyikan diri. Melainkan memberikan makna kepada penikmat karya melalui bentuk visual.
Lain pula Robby Sani, direktur perusahaan sparepart ternama. Sebagai penikmat seni dia punya satu kebiasaan yang unik. Yakni ketika merasa penat dan tidak mood. Dia biasanya berlama-lama memandangi suatu lukisan. Dengan cara itu mood-nya kembali membaik. Tentu korelasi antara mood dan lukisan ini tak bisa digambarkan secara nyata. Hanya dapat dirasakan, dinikmati, dan diresapi. Perlahan-lahan.
Foto diperoleh dari berbagai sumber terbuka di internet