
SETELAH puluhan tahun mengalami diskriminasi, Suku Ainu di Jepang akhirnya mendapat pengakuan resmi. Untuk kali pertama, Negeri Sakura mengakui keberadaan etnis minoritas Suku Ainu di negaranya.
Pengakuan tadi tertuang dalam sebuah undang-undang yang disetujui pada Jumat (15/2) pekan lalu.
"Penting untuk melindungi kehormatan dan martabat Suku Ainu dan menjamin generasi mereka hidup dalam masyarakat yang dinamis dengan nilai-nilai yang beragam," kata juru bicara pemerintah Jepang, Yoshihide Suga.
Seperti diketahui, Suku Ainu banyak yang tinggal di Hokkaido Utara. Suku Ainu telah lama menderita akibat kebijakan asimilasi paksa. Selain itu, mereka juga mengalami diskriminasi seperti kesenjangan dalam pendapatan dan pendidikan.
Tak hanya itu, Suku Ainu juga telah lama dicabut dari akar sejarahnya. Pasalnya, pemerintah Jepang modern pada akhir abad ke-19 melarang mereka mempraktikkan adat istiadat mereka dan menggunakan bahasa mereka.
"Kini kami mengambil keputusan kabinet tentang undang-undang untuk melanjutkan dengan kebijakan guna menjaga kebanggaan Suku Ainu," jelas Yoshihide.
Menurutnya, undang-undang itu akan menjadi pertama di Jepang yang mengakui Ainu sebagai "masyarakat adat" dan menyerukan pemerintah agar membuat "kebijakan berwawasan ke depan", termasuk langkah-langkah untuk mendukung masyarakat dan meningkatkan ekonomi dan pariwisata lokal.
Secara tradisi, Suku Ainu memiliki aliran animisme. Kaum pria Suku Ainu banyak menumbuhkan jenggotnya secara penuh, sementara kaum perempuan menghiasi diri mereka dengan tato wajah sebelum menikah.
Namun, seperti banyak suku minoritas di seluruh dunia, sebagian besar Suku Ainu di Jepang telah kehilangan gaya hidup tradisional mereka setelah puluhan tahun kebijakan asimilasi paksa.
Hingga 2017, populasi Suku Ainu diperkirakan masih ada 12.300. Namun, angka yang sebenarnya tidak diketahui karena banyak yang telah terintegrasi ke dalam masyarakat arus utama dan beberapa telah menyembunyikan akar budaya mereka.
"Ini adalah langkah pertama untuk memastikan kesetaraan di bawah hukum," tandas Mikiko Maruko, yang mewakili sekelompok orang Ainu di Jepang timur dekat Tokyo.
Menurutnya, ada banyak hal yang harus dilakukan. Dia mencontohkan, pemerintah harus menciptakan beasiswa untuk Suku Ainu yang selama ini berjuang untuk mengirim anak-anak mereka ke sekolah tinggi. Di bawah kebijakan yang baru itu. pemerintah Jepang juga akan mengizinkan Ainu menebang pohon di hutan milik nasional untuk digunakan dalam ritual tradisional.
"Ini merupakan langkah besar ke depan pada kebijakan terhadap orang Ainu," terang Masashi Nagaura, kepala biro kebijakan Ainu dari pemerintah prefektur Hokkaido yang telah mempelopori kebijakan untuk etnis minoritas.
Beberapa fakta menarik tentang Suku Ainu Jepang:
- Diyakini bahwa Suku Ainu merupakana penduduk asli Jepang yang keberadaannya sudah ada sejak Periode Jomon. Periode Jomon sendiri merupakan periode penting dalam masa prasejarah Jepang.
Pada masa ini, kebudayaan Jepang mulai terbentuk. Diperkirakan, Periode Jomon ini berlangsung antara tahun 14.500 SM hingga 300 SM.
- Suku Ainu yang diyakini sebagai penduduk asli Jepang, kini justru menjadi kelompok minoritas di negeri asal mereka. Diduga masih ada ribuan keturunan Ainu, namun jumlahnya takbisa dipastikan karena banyak suku Ainu yang menyembunyikan asal-usul mereka.
Orang-orang Ainu yang masih hidup bahkan tak menyadari garis keturunan mereka. Orang tua dan kakek-nenek mereka merahasiakannya untuk melindungi anak-anak mereka dari masalah sosial.
- Dulu Suku Ainu hidup dengan cara bertani, berburu, dan menangkap ikan. Meski demikian, saat ini cara tersebut sudah tak dipakai lagi. Kini Suku Ainu hidup dengan bergantung pada perdagangan dengan turis.
Yang menjadi andalan mereka adalah karya mereka yang berupa kerajinan tradisional. Kerajinan ini kemudian dijual kepada pengunjung. (bmbc/afp/es)