Ahok, Hibernasi Hidup dan Titik Balik

ahok-hibernasi-hidup-dan-titik-balik

Oleh: Fransisca Ayu K.

Setelah mendekam di penjara hampir 2 tahun yakni sejak pertengahan 2016, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok telah menerima pembebasan murni alias menghirup udara segar pada Kami 24 Januari 2019. Tak ada acara penyambutan khusus yang disiapkan. Staf pribadi BTP Mahdiah menga­ta­kan bahwa BTP bebas sejak pukul 07.30 WIB, Kamis 24 Ja­nuari 2019. Bekas orang nomor satu di Jakarta dijemput oleh putra sulungnya Nicholas Sean Purnama di Mako Bri­mob, Depok. Tim penjemputan BTP di­pimpin tim kuasa hukum dari Law Firm Fifi Lety Indra & Partners. Sebelum bebas BTP telah menghimbau kepada pendukungnya (ahokers) agar tidak melakukan penyambutan apa-apa karena ia enggan dibilang mau melakukan show-off atau sedang membuat panggung politik.

Lalu apa yang menjadi agenda Ahok setelah bebas dari pen­jara? Kuasa hukum BTP, Teguh Samudera mengatakan BTP berencana menekuni bisnis perminyakan –yang ia telah ren­canakan sejak lama- dan menjadi pembawa acara talk-show setelah bebas. BTP konon telah menjalin kontrak dengan salah satu stasiun TV swasta. Sebelum menetap di Jakarta, BTP juga berencana akan pulang sebentar ke Belitung Timur, kam­pung halamannya, untuk menemui sanak keluarganya di sana. Ia juga akan berziarah ke makam ayahnya di Manggar, Belitung.

Tidak sedikit sohib, para pendukung dan warga netizen yang menghendaki BTP agar tetap eksis di panggung politik, bahkan Djarot Saiful Hidayat sempat mengatakan BTP akan bergabung di PDI-P, partai pendukung pemerintah saat ini. Ada juga yang menghendaki agar BTP tidak lagi menekuni dunia politik yang telah ikut membawanya ke terali besi. Novel Bamukmin mengatakan sebaiknya BTP menjadi pe­bis­nis dan kalaupun bersikeras mau bergabung dalam politik, ia bisa bergabung dengan partai politik yang bukan pendukung peme­rintah seperti Gerindra, PAN, PKS, dan lain-lain. Tidak sedikit war­ganet yang bereaksi mengunggah kicauan bertagar #Wel­come­backBTP di mana mereka menghendaki BTP untuk mengemban jabatan yang tidak biasa seperti menjadi Ketua Umum PSSI, ahli Geologi hingga Ketua Tim Khusus Anti Pungli mengi­ngat BTP merupakan sosok yang selama ini dikenal tegas dan pemberani.

Telah menempa hidup

Kepulangan BTP dari penjara yang telah menempa hidup­nya selama 1 tahun 8 bulan 1 hari ini memang akan selalu diwarnai pernak-pernik harapan agar BTP tetap menjadi ba­gian dari peruba­han. Ahok telah mencicipi banyak tempaan hi­dup, merenungi perjalanan politik sebelumnya yang penuh suka-duka, belajar dari kesalahan, untuk kemudian menjadi sosok yang lebih dewasa dan bijaksana dalam menempuh hidup yang baru. Bagaimana tidak, BTP tentu mengalami tekanan psikologi yang tidak mudah, saat harus menjadi “pesakitan” di tengah karir politiknya mulai menanjak pada saat itu. Tidak hanya itu, tekanan psikologis yang besar di terungku itu juga menjadi kian bertubi-tubi setelah ia pun harus menghadapi perceraian de­ngan isterinya, Veronica Tan.

Kini semua berharap BTP telah menjadi sosok yang ber­trans­formasi. Sosok yang lebih kuat menahan emosi dan ama­rah untuk sesuatu hal yang tidak perlu. Bukan lagi Ahok yang dulu, yang suka ceplas-ceplos, mendakik-dakik kalau ngo­mong atau mencak-mencak kalau berseberangan dengan ke­inginannya. Penjara mestinya harus menjadi momentum hibernasi hidup BTP, sebelum kemudian akan menempuh hidup baru melalui panggilan baru yang akan digelutinya. Keputusannya untuk mengganti nama panggilan keseha­rian­nya dari Ahok menjadi BTP tentu bukan sekadar sok keren na­­mun tentu mencerminkan sebuah ikhtiar dirinya untuk memulai sebuah perjalanan hidup dengan pembawaan diri dan orientasi hidup yang baru.

Di penjara BTP mengisi rutinitasnya dengan rajin membaca kitab suci, yang membuatnya lebih mendekatkan dirinya ke­pada Tuhan. Ia juga tak lupa juga untuk membaca buku dan menyempatkan diri menulis. Selain itu BTP menjalani masa hukuman dengan luar biasa, aku Kepala Lapas 1 Cipinang, An­dhika Dwi Prasetya. Ahok bahkan tidak mau menggunakan hak cutinyanya seperti pembebasan bersyarat, sebagaimana yang biasa dilakuka para narapidana lainnya selama ini.

Duka dan kesendirian yang selama ini memenjara BTP kini telah “gugur”. Ia tentu telah mendapatkan banyak ilham untuk meng­ambil hikmah masa lalu dan serentak menggapai kebaha­giaan hidup yang akan diwujudkannya lewat versi-nya sendiri ke depan. Kata Agnes Davonar, penulis online dan novel fiksi, “ter­kadang arti kebahagiaan dapat terjadi karena kita melihat masa lalu dan membawanya ke masa depan untuk becermin tentang kehidupan kita saat ini”.

Titik balik

Tentu saja apa pun profesi yang akan digeluti BTP, ia akan men­jadikannya sebagai titik balik untuk menghadirkan per­ubahan buat masyarakat, bangsa dan negara. Kita tidak pernah tahu, sejauh mana ia akan meletakkan harapan dan optimis­me­nya sebagai sosok yang pernah menjadi milik publik, dalam meneruskan panggilan hidupnya untuk bermanfaat buat orang lain sebagaimana wejangan ayahnya dulu. Khalil Gibran, penulis dan pelukis dari Lebanon-Amerika (1883-1931) per­nah mengatakan “arti penting manusia bukan terletak pada apa yang dia peroleh, melainkan apa yang sangat ia rindukan untuk diraih”. Waktu pula yang akan menjadi saksi perjalanan kerinduannya setelah menimba banyak ilmu kehidupan di penjara.

Yang pasti berbagai ucapan selamat datang BTP yang digelorakan masya­rakat hari-hari ini akan menjadi dukungan moril tak terbilang bagi BTP dalam memaknai arti kebebasan yang sudah ia dapatkan saat ini sekaligus untuk memberikan kontribusi idealisme dan pemi­kirannya buat rakyat dan bangsa Indone­sia. Panggung Indonesia masih membutuhkan sosok berkarakter seperti BTP yang tidak pernah meengenal rasa takut untuk mewujudkan kebenaran dan kebaikan. Benar kata Aung Sang Suu Kyi, seorang pejuang demokrasi dan politisi Myan­mar, “the real prison is fear, and there is only on true free­dom, freedom for fear (penjara yang sesuangguhnya adalah rasa takut, dan hanya ada satu kebebasan sejati, bebas dari rasa takut). ***

Penulis adalah Magister Kenotariatan Fakultas Hukum UGM.

()

Baca Juga

Rekomendasi