Daun Pisang Vs Kantong Plastik

daun-pisang-vs-kantong-plastik

Oleh: M Anwar Siregar

Pro dan kontra tentang kantong plastik berbayar kini menjadi bahan isu di masyarakat, penyebabnya telah membuat kondisi lingkungan tanah di darat dan laut Indonesia kini semakin banyak menumpukan sampah dan kadang lama di angkut ke TPA dan di perparah kondisi TPA semakin terbatas.

Kebiasaan yang sering menggunakan dan membuang kantong plastik telah membuat situasi lingkungan saat ini mengalami banyak tumpukan sampah di kota-kota besar dan 90 persen sampah yang memenuhi lingkungan di berbagai kota di Indonesia adalah sampah plastik, minuman botol dari bahan plastik atau kotak makanan yang dari bahan plastik.

Daun Hijau

Kebiasaan di era modern saat ini, perlahan tapi pasti, daun hijau, seperti dari daun pisang, daun jati atau daun gondok mulai ditinggalkan berganti dengan kantong plastik dengan label perusahaan atau toko, dan salah satu cara yang efektif untuk publikasi gratis. Pembung­kus daun hijau semakin tertinggal, setelah ada inovasi pembuatan plastik yang praktis, lebar dan modern serta enak di bawah ke­mana-mana, sehingga pemandangan bungkus daun hijau semakin jarang terlihat oleh anak milenial zaman now, mereka lebih suka menggunakan kantong plastik yang dianggap keren namun sangat merusak lingkungan.

Zaman era 70-an hingga memasuki era 80-an kita sering melihat para pedagang emak-emak yang menjual atau berdagang makanan ringan dengan membungkus jualan­nya dengan menggunakan daun pisang. Era itu, daun pisang banyak digunakan untuk mem­bungkus jajanan gorengan dan nasi bung­kus dan merupakan pemandangan yang lazim di era itu.

Harga daun pisang murah dan mudah di dapat, dan memberikan efek baik bagi ling­kungan, karena memberikan dorongan bagi petani maupun non petani atau yang gemar berkebun untuk selalu menanam pisang, se­hing­ga daun pisang mudah di dapat dan mem­berikan juga keuntungan ganda bagi petani, karena selain daun pisang petani dapat menjual pisang dan serta tunas pohon pisang. Daun pisang dapat mudah terurai dalam tanah dan memberikan efek yang baik bagi tanah.

Itulah cerita dulu, beda cerita bungkusan di era sekarang. Sampah plastik telah menim­bulkan masalah bagi keberlanjutan lingku­ngan dengan semakin meningkatnya kondisi iklim ektrem global.

Sampah Plastik

Jika dilihat dalam jangka panjang, kantong plastik sebenarnya sangat membahayakan kondisi lingkungan, terutama daya tampung tempat pembuangan akhir sampah. Coba kita perhatikan tempat pembuang akhir (TPA) sampah disekitar lingkungan, yang sangat men­dominasi tong sampah adalah plastik-plastik dari berbagai jenis karena tidak mudah diuraikan sehingga membuat kondisi TPA menjadi gunung sampah, jika kemudian digabung dengan tumpukan plastik lainnya akan ada lautan gunung plastik.

Dalam satu tahun, 1 triliun kantong plastik jika digabungkan yang ada di dunia, terutama dikawasan padat penduduk yang notabenenya sudah berkurang jumlah pemakaian non sampah plastik atau sampah hijau, maka ka­wa­san perkotaan merupakan kawasan ter­besar penyumbang kantong plastik dan tumpukan sampah dari bahan plastik lainnya.

Penyebab utamanya adalah peningkatan populasi penduduk sehingga meningkatkan volume sampah yang dihasilkan, begitu juga dengan berkurangnya masyarakat yang meng­gunakan bahan baku non sampah seperti pembungkus dari daun, hanya untuk sekedar membungkus gorengan seperti pisang dan tahu isi gorengan.

Masyarakat perkotaan terlihat lebih tinggi aktivitas penyebab utama tingginya penum­pukan sampah pada titik yang tidak dipas­tikan, akan terus mengalami peningka­tan se­hingga ruang TPA tidak mampu menam­pung lagi tumpukan sampah, dan jika setiap orang di masyarakat perkotaan menggunakan sampah sekitar 170 kantong plastik tiap tahun, berarti satu menit terdapat 2 juta kantong plastik terbuang, kita sudah sering melihat atau kita sendiri membuang plastik semba­rang, tempat seperti kantong plastik, yang serba plastik jelas dari bahan plastik, botol minuman dari bahan plastik sebenarnya me­ru­pakan sumbangan terbesar bagi kerusakan lingkungan dan sumber salah satu pening­katan pemanasan global karena sampah di­kenal sebagai sisa buangan dari proses akti­vitas keseharian manusia yang berbentuk padat.

Titik konsentrasi tertinggi dalam penggu­naan sampah setiap menit terdapat pada akti­vitas pusat perbelanjaan, supermarket, pasar modern mapun pasar tradisonal yang telah meninggalkan pembungkus daun pisang yang kini beralih ke kantong plastik, terminal dan tempat hiburan.

Nilai Ekonomi

Sampah dibagi menurut sifat dasarnya yaitu sampah organik yang mudah terurai atau membusuk, contoh sampah non plastik dan sampah anorganik yang sulit membusuk atau membutuhkan waktu lama untuk terurai dalam tanah.

Kelebihan sampah dari daun atau sampah organik adalah sampah hijau yang berasal dari sisa sayur-sayuran, daun-daunan atau makanan yang bisa diuraikan oleh tanah, bisa dijadikan atau di olah menjadi kompos untuk keperluan pupuk untuk tanaman yang bernilai ekonomis yang sangat tinggi, menjaga lingkungan, mengurangi gejolak pemanasan global dan cuaca ektrem.

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk terurai, memperkaya kekuatan tanah, menyuburkan kembali tanah yang telah dipakai pasca panen dibandingkan dengan sampah plastik yang membutuhkan waktu lama terurai sehingga menjadikan kondisi pemanasan global alias coklat kegelapan di atmosfir bumi.

Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari sisa produk atau sisa proses industri seperti plastik, kertas, kaleng, besi, kaca dan sebagainya, sampah ini membutuhkan waktu 1000 tahun agar dapat diuraikan oleh tanah secara terdekom­posisi atau terurai dengan sempurna.

Sampah anorganik dapat didaur ulang melalui inovasi dan kreativitas yang tinggi namun tetap terbatas, untuk dijadikan bahan baku proses industri lain misalnya botol air mineral bekas dapat diproses menjadi bijih besi, besi bekas sebagai bahan baku peleburan baja dan kertas bekas dapat diolah kembali menjadi bahan baku industri kertas. Plastik bekas bisa di sulap menjadi bahan tas, dompet atau alat perlengkapan sehari-hari, kertas di daur ulang untuk menghasilkan kertas kembali.

Untuk membuat nilai ekonomis sampah oragnik dan anorganik adalah dengan cara membuat pemisahan. Lalu menggunakan ru­mus 3 R, reduce (mengurangi), reuse (meng­gunakan kembali), recyle (mendaur ulang). Dari semua itu merupakan barang buang berubah menjadi bahan yang dapat digu­nakan kembali untuk menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi.

Dampak Sampah

Kantong plastik adalah barang sekali pakai sehingga memperbanyak sampah di berbagai tempat. Salah satu yang paling sering kita lihat adalah di pojokan pasar, karena itu kantong plastik ataupun sampah plastik lainnya harus dikurangi. Mengingat sampah plastik membutuhkan waktu terurai dialam sekitar 500-1000 tahun, sehingga tercecer di tanah akan merusak lingkungan, menghambat peresapan air, menyebarkan kerusakan kerusakan tanah dan banjir.

Plastik ukuran kecil bisa sangat berba­haya, baik di darat maupun dilautan, sampah plastik termasuk barang sekali pakai se­hingga memperbanyak sampah, yang ham­pir ditemukan pada setiap barang sehingga membentuk gunung sampah plastik, me­nimbulkan berbagai masalah pada lingku­ngan tempat hidup manusia itu sendiri, bau sedap, tempat sumber berbagai penyakit dan mengurangi nilai estetika.

Sampah menumpuk sebagai sarang bak­teri, lalat, serangga yang dapat menjadi “peng­hubung” penyakit ISPA (Infeksi Sa­luran Penyakit Akut), diare, demam beer­darah dan chingkungunya. Maka secara glo­bal untuk mengurangi penggunaan kan­tong plastik atau (mungkin) bisa kembali sampah hijau untuk pembungkus ringan.

Kurangi Penggunaan Plastik

Dalam satu tahun terdapat satu triliun kantong sampah plastik digunakan oleh dunia, setiap orang menggunakan sekitar 170 kantong plastik tiap tahun, berarti setiap menit terdapat 2 juta kantong plastik ter­buang.

Hanya 1 persen kantong plastik bekas yang dapat di daur ulang, karena sulitnya memilah berbagai jenis plastik yang digu­nakan dan tidak sebanding biaya daur ulang dengan harga jualnya untuk mengurangi dampak penggunaan kantong plastik, kita perlu membawa tas dari rumah, simpan di mobil atau motor agar bisa digunakan kapan saja di perlukan dan juga dapat menghemat pembelian tas belanja serta menekan penge­luaran.

Begitu juga jika tidak membawa tas belanja, apabila memang belanjaan kita tidak terlalu banyak maka kita perlu menolak menggunakan plastik dari pihak penjual.

Penulis, Enviroment Geologist, Pemerhati Tata Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer

()

Baca Juga

Rekomendasi