Grup Dangdut AS Konser di Medan

grup-dangdut-as-konser-di-medan

Medan, (Analisa). Konsulat Amerika Serikat untuk Su­matera terus melanjutkan kerja sa­ma di bidang pendidikan dan budaya dengan menghadirkan grup musik dang­dut asal Pittsburg, Amerika Se­rikat, Dangdut Cowboys. Selama 2 hari, Rabu-Kamis (13-14/3) Dangdut Cow­boys menghibur warga Kota Medan.

Rabu (13/3), grup musik tersebut tam­pil di SMK 11 Medan dan malam ha­rinya mereka berkolaborasi dengan se­niman lokal SuaraSama menggelar kon­ser yang umum di lapangan TVRI Medan. Keesokan harinya, mengisi work­shop musik di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara untuk mahasiswa jurusan etnomusiko­logi.

Dangdut Cowboys yang didirikan oleh Andrew, profesor etnomusikologi dari Universitas Pittsburg, AS memi­liki misi untuk memperkenalkan dang­dut kepada masyarakat internasional, yang umumnya masih asing dengan musik khas Indonesia ini.

Saat manggung biasanya mereka tampil dengan membawakan lagu-lagu dang­dut Indonesia, beberapa di an­ta­ranya dinyanyikan dalam Bahasa Ing­gris. Di Amerika sendiri mereka per­nah tampil bersama dengan sang Raja Dang­dut Rhoma Irama dan Ikke Nurjanah.

"Kedatangan mereka ke Indonesia adalah bagian dari rangkaian acara pe­ringatan 70 tahun hubungan diplo­ma­tik Amerika Serikat-Indonesia yang jatuh pada tahun ini. Saya sangat se­nang kon­sulat dan kedutaan besar bisa membawa grup musik Dangdut Cow­boys yang me­wakili semangat keb­e­ra­gaman Ame­rika Serikat dan apresiasi kami terhadap bu­daya Indonesia," ujar Juha Salin, Kon­sul AS untuk Sumatera dalam konferensi pers di Medan, Rabu (13/3).

Andrew Weintraub merupakan pro­fesor etnomusikologi dari Univer­sity of Pittsburg, Amerika Serikat se­ka­ligus penggila dangdut. Pada 2007, pria asal Amerika Serikat ini bahkan mem­bentuk grup orkes dangdut,  Dang­­dut Cowboys, dengan enam orang anggota yang terdiri dari dua orang profesor, mahasiswa doktoral dan musisi setempat. Dangdut Cow­boys memainkan musik kombinasi dangdut dan country dengan gaya ala cow­boys yang khas sepatu boots, baju rumbai, dan juga topi.

Mereka bahkan pernah manggung di berbagai kota seperti Pittsburgh, New York hingga Washington. An­drew yang hadir dalam konferensi pers ter­sebut mengarakan, ia datang per­tama kali ke Indonesia tahun 1984 untuk mempelajari musik tradisional dan kebudayaan Sunda, termasuk ga­melan.

Lalu selama di Indonesia, ia tertarik pada musik dangdut setelah tidak se­ngaja mendengarkan lagu Perjua­ngan dan Doa milik Rhoma Irama di se­buah radio. Sejak itu ia berkeinginan untuk meneliti musik yang liriknya memiliki makna mendalam ini secara khusus.

Pada tahun 2005, Andrew mendapat bea­siswa dan kembali ke Indonesia un­tuk meneliti musik dangdut selama enam bulan. Hasil penelitiannya ke­mudian dibukukan dengan judul Dang­dut Stories yang diterbitkan di Amerika Serikat pada tahun 2010 dan diterje­mah­kan dalam bahasa Indonesia. Ia juga mengundang beberapa artis atas kecintaannya pada dangdut.

"Saya ingin menyebarluaskan mu­sik dangdut yang dimainkan orang bule. Bagi saya musik dangdut enak di­­dengar dan fellingnya sangat kuat bagi saya. Saya merasa seperti di­pang­gil. Saya menggelar konser di Ame­­rika, penontonnya orang-orang bule cukup banyak dan grup dangdut ini sedang berkembang," katanya (amal)

()

Baca Juga

Rekomendasi